Sinopsis C- Drama : Beautiful Reborn Flower Episode 1 Part 1

Original Network : Tencent Video iQiyi Youku iQiyi
=Rahasia Lili Merah=


Lin He Ping : “Namanya Nan Sheng. Beberapa tahun yang kemudian di hari ini, ia telah memilih jalan yang tidak mampu kembali.”


Lin He Ping : “Buku ini ditulis oleh Nan Sheng, diberikan kepada aku saat kepergiannya. Didalam tertulis kala muda kami yang paling indah. Setiap kali melihat nya, aku akan memikirkan Nan Sheng.”


Lin He Ping : “Nan Sheng, kita hidup disisi yang berbeda, dulu kita begitu saling menyayangi, kamu pernah berkata ingin menjadi jantung aku, berdetak di samping menjaga saya seumur hidupmu.”



Lin He Ping : “Tapi relasi kita tidak abadi, kita juga belum sempat untuk berpisah dengan baik. Kamu malah pergi begitu saja.”

Lin He Ping : “Mengapa kamu menentukan jalan ini yang tidak mampu kembali? Apakah sebab ingin menghukum saya?”

Lin He Ping : “Mengapa?”


Qiao Man seorang perempuan muda dengan pakaian esentrik. Dia mengenakan wig putih pendek dan dia mengendarai vespa nya dengan gaya yang sangat keren sambil mendengarkan keluhan teman nya ditelpon.
“Ben, orang yang tidak dipercaya itu. Saya jadi dibentuk menderita karena Ben. Biaya pemeliharaan nya, sebesar 50.000 Euro. Tunggu saja sampai saya menemukan beliau, saya niscaya akan mengguliti beliau. Hutangnya banyak begini, 50.000 Euro. Dengar-dengar jikalau ia akan meninggalkan Barcelona. Saya akan pergi menahan dirinya kini, orang brengsek ini, saya ingin melihat beliau bisa lari kemana,” keluh sobat Qiao Man.


Saking fokus nya mendengarkan keluhan temannya, Qiao Man hampir saja menabrak truk yang melaju di depannya. Dan dia pun segera membanting stir ke samping untuk menghindari truk tersebut. Lalu diapun terjatuh dan pingsan.

Lin He Ping : “Bekerja dengan keras dari pagi hingga sore demi mengisi penuh waktu yang kosong. Karena tidak ingin memberikan diri sendiri kesempatan untuk memikirkan periode lalu, untuk memikirkan Nan Sheng.”

Lin He Ping : “Orang harus selalu berjalan maju dikala mereka masih hidup, tapi bagi orang yang terkekang oleh masa kemudian, lupa itu bukanlah hal yangmudah dilakukan.”

Lin He Ping : “Syukurlah ada Kakak Ali yang menemani saya. Dia memang sangat tangguh, tapi dia sama seperti keluarga saya.”


Lin He Ping : “Melihat perusahaan yang didirikan oleh aku dan A Li, menjadi kuat dan besar setiap hari, aku harap arwah Nan Sheng yang ada dilangit mampu melihatnya. Dan aku berharap, aku bisa menjadi orang yang ia harapkan, menjadi Lin He Ping yang ulet bekerja.”


He Ping masuk ke dalam kantornya. Disana A Li sedang menatap lukisan punggung seorang perempuan yang terpajang di kantor nya. Dan melihat itu, He Ping mendekatinya serta memberikan dokumen yang di bantu diambilkannya barusan.



“He Ping,” sapa A Li. “Pameran seni di Barcelona kali ini berkaitan dengan mampu atau tidaknya perusahaan kita go publik. Masalah ini sangat penting, mengapa kau bisa memilih lukisan ini sebagai rekomendasi utama?” tanyanya, mengeluh. “Apakah lukisan ini lebih bagus dari lukisan Pak Su? Lukisan dari pelukis yang tidak dikenal, kamu ini sedang mempertaruhkan abad depan perusahaan.”
“Kalau kau memang merasa khawatir, bagaimana bila kamu pergi keluar negri menjadi kuratornya, saya tinggal disin untuk melaksanakan pemasaran. Bagaimana?” balas He Ping dengan perilaku tenang.


A Li mengeluh tidak senang, sebab He Ping tahu kalau kurator bukanlah keahlian utamanya, tapi He Ping malah sengaja berbicara seperti itu. Namun ia merasa jikalau He Ping tampaknya menentukan lukisan ini alasannya terdapat tulisan kata dunia lain. Dan He Ping membisu sambil menatap lukisan tersebut. Lalu beliau menjelaskan bahwa menurutnya lukisan tersebut sangat anggun dari segi warna, komposisi dan idenya, semuanya sangat cocok dengan tema perusahaan mereka. Dan dia juga sudah menghubungi pelukisnya untuk mengirimkan lukisan minyaknya kemari. Dan dia percaya dengan pandangan nya.



Mendengar itu, A Li pun tidak keberatan lagi, tapi ia berharap He Ping mampu segera melupakan Buku Harian “Dunia Lain” dan lupakan Nan Sheng yang sudah tiada. Sebab dalam hatinya, itu terisi penuh oleh segala hal tentang He Ping. Dan dia mampu menunggu, tidak peduli kalau dia harus menunggu seumur hidupnya. Setelah mengatakan itu, dia pun mengambil dokumen di tangan He Ping dan pergi.


Lin He Ping : “Benar yang d ikatakan oleh A Li, mengapa aku bisa mempunyai perasaan khusus terhadap luksisan ini, alasannya seperti melihat diri saya ketika ini dan Nan Sheng yang ada disisi lain. Menatap ribuah cahaya lampu di depan mata, aku tidak tahu lampu yang mana dinyalakan untuk aku. Kehidupan ini kita tidak berjodoh, apakah kita mampu bertemu di kehidupan mendatang?”


Qiao Man terbangun di suatu daerah ajaib. Melihat kesekitarnya, beliau bertanya- tanya, dimana ini dan apakah ada orang disini. Tapi sama sekali tidak ada apapun dan siapaun disana. Tempat itu sangat kosong.


Namun kemudian, Qiao Man melihat seorang wanita berpakaian merah sedang melepaskan banyak lentera ke atas langit.
Nan Sheng : “Dunia manusia yang mempesona dengan aneka macam godaannya, apakah ada orang yang mampu membantu saya untuk menyebrang? He Ping, apakah kau bisa masih ingat kepada aku? Saya rindu padamu.”



Qiao Man mendekati Nan Sheng, dan ia terkejut melihat betapa miripnya Nan Sheng dengan dirinya. Dan dengan resah, beliau bertanya, siapa Nan Sheng.
“Jangan pedulikan siapa aku. Ini adalah tempat aku,” jelas Nan Sheng. “Mengapa kamu mampu menyusup ke sini?” tanyanya.
“Bukannya saya yang ingin menyusup sendiri ke sini, saya tiba- datang melihat ada sebuah truk, kemudian menyelinap masuk begitu saja,” terang Qiao Man, merasa resah juga.


Nan Sheng mengabaikan Qiao Man dan berjalan pergi begitu saja. Dengan kesal, Qiao Man berteriak memanggilnya dan mengajaknya untuk berteman. Tapi Nan Sheng terus berjalan pergi. Dan saat Qiao Man ingin mengejarnya, ia dihalangi oleh sebuah dinding tidak terlihat.


“Tidak boleh begini,” keluh Qiao Man. “Beritahu pada aku bagaimana caranya keluar dari kawasan ini? Saya masih ada urusan,” teriaknya. “Halo. Halo.”


Qiao Man datang- tiba terbangun. Dan itu menciptakan Si Teman merasa terkejut. Dokter yang melihat itu langsung menasehati Qiao Man untuk lebih berhati- hati lain kali. Sesudah menyampaikan itu, ia pun pergi bersama dengan petugas medis yang lain. Dan orang- orang yang mengerumuni Qiao Man barusan, mereka juga bubar.


“Apakah kau tahu, tadi aku melihat ada seorang gadis yang terlihat sangat seperti dengan saya. Rambutnya panjang, terlihat seperti bidadari,” kata Qiao Man, bercerita dengan tidak sabaran. “Oh iya, apakah kau tahu lampion Kongming?”
Mendengar itu, Si Teman merasa kesal. “Sudah saat apa kini kamu masih bercanda dengan saya? Tahukah kamu, tadi itu benar- benar mengagetkan saya. Orang lain bilang jikalau kamu itu kecelakaan, sehingga saya memanggil ambulans untukmu,” keluhnya dengan perhatian.

Qiao Man masih belum tersadar penuh dari apa yang dilihatnya di dunia lain barusan. Makara beliau mengabaikan keluhan Si Teman dan meminta Si Teman untuk mencubit dirinya. Dan Si Teman tidak mau melakukannya. Jadi Qiao Man memukul dirinya sendiri, dan merasa kesakitan sendiri kemudian. Lalu Si Teman menasehati Qiao Man untuk jangan bertingkah asing dan pergi periksa apakah vespa nya baik- baik saja.
Mendengar ihwal vespa nya, Qiao Man eksklusif merasa panik. Karena beliau teringat kalau beliau harus pergi ke suatu kawasan khusus. “Gawat, gawat, gawat,” keluhnya. Lalu ia pergi begitu saja.

“Qiao Man, bagaimana dengan kendaraan itu? Saya masih ada urusan,” protes Si Teman.
“Kamu yang urusi ya, Xiaozhi,” pinta Qiao Man sambil berlari pergi.


Qiao Man datang ke hotel untuk mencari Ben atau Hu Jie Ming (nama chinanya). Tapi sayangnya, sesampainya dia disana Resepsionis memberitahu bila Ben sudah check out.

“Zhuo Yang, aku berangkat satu penerbangan lebih awal, sudah hingga di Barcelona,” kata He Ping memberitahu Zhuo Yang.
“Pak Lin, perluhkah saya pergi menjemput Anda?” tanya Zhuo Yang.
“Tidak perlu. Saya pergi jalan- jalan dulu, kau pergi mengurus urusan pamerannya.”
“Baik,Pak Lin.”

Lin He Ping : “Nan Sheng, aku sudah tiba di Barcelona, kawasan kamu pernah tinggal dulu, sama-sama dibawah langit yang biru, menghirup udara yang sama, tapi satu-satunya penyesalan adalah kamu tidak berada di sisi saya. Membuat kita tidak dapat merasakan bersama semua hal paling romantis yang ada di depan mata.”


Lin He Ping : “Nan Sheng, apakah kau baik- baik saja disana? Apakah kau bisa melihat aku? Jangan terlalu pelit, berikan saya sebuah mimpi. Biarkan aku memegang tanganmu dan jangan lepaskan lagi.”


Ketika Zhuo Yang menelpon, He Ping langsung memberitahu bahwa ia sedang mencarinya. Dan dia menyuruh Zhuo Yang untuk nanti tiba mencarinya di hotel.
Tepat dikala He Ping akhir bertelponan, dari belakang, seorang pencopet mendekatinya. Si Pencopet berpura-pura tidak sengaja menabrak He Ping dan jatuh. Lalu dia mengambil barang He Ping. Dan Qiao Man yang sedang duduk di bangku taman melihat peristiwa tersebut.


Lalu ketika He Ping mendekati Qiao Man dan meminta kursinya untuk di berikan kepada Si Pencopet. Qiao Man mampu menebak jikalau He Ping adalah orang Tiongkok, jadi diapun berbicara bahasa Mandarin. Dia mengatai He Ping terbelakang dan menolak untuk memberikan kursinya.


“Mengapa kau begitu kurang asuh?” keluh He Ping sambil menunjuk memakai jarinya.
“Bisakah kau tidak menggunakan jarimu untuk menunjuk orang. Saya tidak mau pergi, bagaimana?” balas Qiao Man, menantang. Lalu beliau memperlihatkan betapa bodohnya He Ping.


Qiao Man menggeledah Si Pencopet dan mengambil dompet He Ping yang di curi oleh Si Pencopet. Lalu ia memberikan itu kepada He Ping. Dan dengan panik, Si Pencopet ingin segera kabur. Tapi He Ping eksklusif menghentikannya.

Dua polisi keamanan yang berada di akrab taman lalu datang dan menangkap Si Pencopet.



Qiao Man melepaskan kacamata dan wig yang di kenakannya. Dan melihat itu, He Ping yang awalnya berterima kasih eksklusif terpaku dan termenung.
Lin He Ping : “Nan Sheng. Mengapa dia sangat seperti dengan Nan Sheng? Mengapa?”



He Ping memperhatikan Qiao Man dengan seksama, lalu ia bertanya, apakah Qiao Man mengenal nya. Dan Qiao Man mendengus geli, alasannya beliau sudah pasti tidak mengenal He Ping.
“Siapa namamu?” tanya He Ping, memastikan.
“Qiao Man. Di Barcelona kau harus berhati- hati,” terang Qiao Man. Lalu diapun pergi.
Lin He Ping : “Apa saya sedang bermimpi? Mengapa hal seperti ini bisa terjadi?”


He Ping teringat kala kemudian nya dulu. Har itu, He Ping tiba ke rumah Nan Sheng dan mencari nya. Lalu ketika dia menemukannya, beliau memanggil namanya.
“Kamu sudah tahu mencari aku ya sekarang,” kata Nan Sheng tanpa emosi apapun diwajahnya. Dan dengan nada bersalah, He Ping menjelaskan bahwa beliau sudah tahu jikalau dia salah dan ia meminta maaf. “Untuk apa kamu memohon pada saya kini? Dasar kamu laki-laki tidak berperasaan. Sudah terlambat menyampaikan semua hal ini kini. Dulu saya berpikir bila kita bisa bersama selamanya, tapi sekarang aku sudah berpikir dengan terang, kamu tidak pantas, yang ada hanyalah kebencian terhadapmu,” jelasnya.
“Nan Sheng,” kata He Ping, mencoba untuk berbicara.

“Hanya ada kebencian,” sela Nan Sheng dengan tegas.
He Ping menjelaskan kepada Nan Sheng bahwa ini yaitu kesalah pahaman, beliau juga sangat tidak rela. Awalnya beliau menduga dengan meninggalkan Nan Sheng, maka Nan Sheng mampu senang. Dan ia meminta maaf. Tapi Nan Sheng tidak mau memaafkan.


“He Ping, sudah terlambat. Untuk menghukum dirimu, aku akan menciptakan mu tidak dapat melihat diri aku untuk selamanya,” terang Nan Sheng. Lalu diapun pergi,
“Nan Sheng. Nan Sheng. Nan Sheng,” panggil He Ping terus.


Lin He Ping : “He Ping, apa yang sedang kamu pikirkan? Secara kebetulan bertemu dengan seorang gadis, namanya Qiao Man. Dia bukanlah Nan Sheng. Nan Sheng sudah tiada.”



Zhuo Yang datang menemui He Ping dan meminta maaf, sebab belakangan ini Barcelona sedang isu terkini tur, jadi seharian dia sangat sibuk. Dan He Ping menegurnya, tidak peduli sesibuk apapun Zhuo Yang, ia ingin Zhuo Yang jangan membohonginya. Karena lokasi pameran yang Zhuo Yang carikan sama sekali tidak besar. Kalau bukan sebab Yang Lan yang memperkenalkan Zhuo Yang, maka dari dulu dia sudah memecat Zhuo Yang.
“Saya juga tidak terpikir, jika ekspo yang Anda adakan ini sangat besar,” kata Zhuo Yang, beralasan. “Ini … ketika perbincangan dengan Yang Lan juga tidak jelas. Tempat pameran yang Anda pilih waktu itu sudah di pesan oleh sebuah perusahaan properti. Mereka juga akan menciptakan sebuah bazar, apa ya namanya,” terperinci Zhuo Yang, juga tidak terlalu tahu.


“Zhuo Yang, waktunya sudah tinggal sedikit lagi. Kamu masih ingin membohongi saya, ya?” keluh He Ping murka. Dia tidak peduli Zhuo Yang melaksanakan apa, tapi Zhuo Yang harus membantunya menerima lokasi festival yang pernah dia bilang.
Seorang karyawan He Ping datang dan melapor. Barang mereka besok akan lewat bea cukai, jadi ekspo ini harus segera di memutuskan. Kalau tidak, dimana mereka akan menaruh barang. Dan He Ping sekali lagi menegur Zhuo Yang.


Dengan panik, Zhuo Yang pun mencoba menghubungi penyewa kawasan. Dan pergi untuk berbicara dengannya. Dan Si Karyawan pun juga pamit serta pergi darisana.

Pria berpakaian esentrik dengan motor besarnya dan sahabat gengnya. Dia datang ke suatu tempat dan menghancurkan kawasan tersebut.

“Kamu sudah menempati tempat Pak An, kau masih ingin apa lagi?” tanya Karyawan disana dengan marah kepada Si Pria esentrik.
“Harganya diturunkan lagi, ya? Melakukan persaingan tidak sehat ya?” keluh Si Pria esentrik sambil menyentuh Si Karyawan memakai tongkatnya. “Ingin menghancurkan kilang anggur aku ya? Ini yakni risikonya,” jelasnya.


Si Karyawan mengerti dan menanyakan, apa yang Si Pria esentrik inginkan. Dan Si Pria esentrik menjelaskan bahwa beliau akan menawarkan waktu kepada kilang anggur Yipin, dalam tiga hari, mereka sudah harus pergi dari Distrik Dua Puluh Satu ini. Jika tidak, maka beritahu pada Ah Kailun bahwa dia akan membawa teman- temannya untuk berkunjung ke sini lagi setiap hari. Dan ini yaitu bahaya.


Setelah mengatakan itu, Si Pria esentrik dan sobat- temannya pun langsung pergi darisana. Dan Si Karyawan segera menelpon Ah Kailun dan melaporkan wacana Hanson yang barusan datang.


Mendengar laporan dari Si Karyawan, Ah Kailun merasa jikalau Hanson semakin lama semakin keterlaluan. Dan Ah Kailun menyuruh Si Karyawan untuk jangan memperdulikan ancaman Hanson, karena dia yang akan mengurusnya.


Qiao Man kebetulan bertemu dengan Hanson yang sedang berkumpul bersama sahabat- sobat gengnya di taman. Dia datang membawa poster besar. Dan melihat itu, Hanson pribadi membantunya mengangkat kan itu.
“Mengapa kau bisa tiba ke kawasan ini? Jualan properti ya?” tanya Hanson sambil membawa Qiao Man untuk menjauh dari teman geng nya. “Perusahaan mu pelit juga ya, tidak memberikanmu kendaraan. Berat sekali barang ini.”
“Ini alasannya kesalahan saya sendiri, sehingga ketika turun dari kendaraan beroda empat baru tahu kalau rumahnya masiha da didepan,” jelas Qiao Man dengan perilaku capek.
“Bodohnya,” ejek Hanson, bercanda. Dan ia memberikan diri untuk membantu Qiao Man.




Qiao Man memperhatikan sahabat-sahabat geng Hanson dan bertanya gundah, kenapa Hanson bisa berkumpul dengan orang- orang mirip itu, yang pekerjaannya tidak jelas setiap hari. Dan Hanson menjelaskan bahwa ini tidak mengecewakan, karena ia memiliki pekerjaan dan kilang anggur, sehingga dia mampu menghidupi mereka serta Qiao Man. Dengan kesal, Qiao Man menyuruh nya membisu.
“Peter,” panggil Hanson. “Bawa mereka ke daerah biasa lalu tunggu saya,” jelasnya.
“Kakak Ipar,” panggil Peter. “Semoga kalian bersenang- senang hari ini,” katanya. Dan lalu beliau berseru besar hati bersama yang lainnya. Mendengar itu, Qiao Man mendengus geli.

Setelah semuanya pergi, Hanson menemani Qiao Man ke daerah yang rumahnya akan di jual. Dan ketika hampir sampai di kawasan, Hanson bertanya memastikan, apakah benar disini tempatnya. Dan Qiao Man mengiyakan dengan tidak terlalu yakin.


“Qiao Man, kebetulan sekali. kebetulan melewati rumah saya,” kata Hanson dengan senang. “Mari, mari, mari. Masuk ke dalam,” ajaknya sambil menarik tangan Qiao Man. Dan dia menawarkan diri untuk memasakkan kuliner kesukaan Qiao Man.
“Apa? Ini ialah rumahmu?” tanya Qiao Man terkejut. “Saya juga tidak salah mendatangi lokasi,. Bagaimana mungkin? Sejak kapan kamu mampu punya rumah mirip ini?” tanyanya.
“Ini rumah saya, hanya saja tidak pernah membawamu ke sini,” terperinci Hanson. Lalu ia mengajak Qiao Man untuk masuk dan beristirahat sebentar.


Qiao Man merasa galau, alasannya menurut lokasi, ini yaitu rumah yang ingin dijualnya. Tepat saat dia menyampaikan itu, grup tamu yang ingin melihat rumah tiba. Lalu dia pun menjelaskan kepada Hanson bahwa ini yaitu rumah An Group, rumah An Kailun, jadi dia meminta Hanson untuk jangan membuat duduk perkara untuknya dan letakkan papan di jual di depan rumah.


Mendengar itu, Hanson tertawa geli. “Jangan bercanda ya. Kalian ingin menjual rumah saya? Saya malah membantumu mengangkat papan jualan ini,” keluhnya sambil membuang papan yang di pegangnya ke tanah.


Rekan kerja Qiao Man memanggil dan bertanya pelan, ada apa dan siapa Hanson. Dan Qiao Man menyuruhnya untuk tunggu sebentar, kemudian beliau mengomeli Hanson untuk berhati- hati, jika tidak Hanson bisa di tuntut nantinya.
“Saya bukan sengaja, tapi ini yakni permasalahan antara saya dan An Kailun. Saya akan menyelesai kan hal ini dengan nya. Kamu tidak perlu ikut campur,” jelas Hanson dengan serius.
“Kamu lucu sekali,” keluh Qiao Man, kesal. “Saya menyuruh ia datang, lalu mengusirnya pergi?”
“Kamu tidak perlu mengusir mereka, saya saja.”


Qiao Man ingin menghentikan Hanson, tapi Hanson tidak mau mendengarkan. Dia menarik perhatian semua orang dan menjelaskan jikalau ini adalah properti langsung miliknya. Dan ia merasa marah karena mereka menerobos masuk begitu saja. Makara jikalau masih ada diantara mereka yang bersikeras tinggal di kawasan ini, maka beliau akan menggalikan liang kubur dibelakang rumah nya untuk mereka.
Mendengar itu, semua orang pun langsung pergi darisana. Dan Qiao Man serta Rekannya merasa panik. Tapi Hanson tidak peduli, alasannya ini ialah rumahnya.

Zhuo Yang membawa He Ping untuk menemui manajer kawasan, alasannya ia tidak mampu mengatasinya sendirian, alasannya setiap beliau menghubungi manajer kawasan selalu tidak di angkat. Dan dengan heran, He Ping bertanya, bukankah Zhuo Yang harus membuat kesepakatan sebelumnya, tapi kenapa kini Zhuo Yang malah bilang tidak mampu mengatasinya. Dan Zhuo Yang tidak mampu menjawab.


He Ping berbicara memakai bahasa Mandarin kepada manajer kawasan, alasannya adalah manajer tempat juga bisa berbahasa mandarin ternyata. Dia memperkenalkan dirinya, ia berasal dari Studio Lipingge dan ia ingin menggunakan kawasan ini untuk pameran, mereka sudah membicarakan ini dengan General Manager sebelumnya, jadi beliau ingin tahu kenapa setibanya beliau disini jadi berubah.
“Mohon maaf, ya. GM kami saat ini sedang pergi berlibur, baru kembali sesudah dua minggu lagi. Buat akad lain kali lagi ya,” jelas Manajer daerah. Lalu beliau pergi.
Mendengar itu, Zhuo Yang serta He Ping pun hanya mampu mengeluh, tanpa bisa melaksanakan apapun.


Qiao Man tiba ke kantor dan mencoret poster besar yang ada disana sambil mengeluh kesal kepada Hanson. Dan melihat itu, Zhuo Yang memanggil namanya.
“Kamu kenal, ya?” tanya He Ping, ingin tau.
“Iya, kenal. Dia yakni sahabatnya Xiaozhi, pacar saya,” jelas Zhuo Yang. “Katanya perusahaan properti itu mungkin saja adalah mereka.”


Mengetahui itu, He Ping dan Zhuo Yang mendekati Qiao Man dan bertanya, siapa yang membuat nya murka. Dan Qiao Man pun langsung berhenti mengomel. He Ping lalu memperkenalkan dirinya sebagai seorang kurator dan ia menceritakan permasalahannya.
“Apa maksudmu? Apa yang dimaksud dengan memesan? Maksudmu yaitu perusahaan kami sudah menempati kawasan bazar perusahaan kalian?” tanya Qiao Man, tidak senang.
“Bukan. Sayalah yang memesannya dulu dan festival ini sangat penting bagi aku,” terperinci He Ping.
“Pak Lin adalah klien aku sekarang, saya juga bertanggung jawab sebagai pemandu, dia benar- benar sangat memerluka ruangan ekspo ini, dan aku juga tidak mampu menemukan daerah yang sama seperti ini,” terang Zhuo Yang, membantu He Ping.


Qiao Man mengerti, dan beliau tidak keberatan, tapi beliau juga punya alasan tersendiri. Bila hal ini penting untuk He Ping, maka ini juga penting untuknya. Lalu dengan tidak bahagia, dia bertanya, apakah mereka ingin membuatnya pergi darisini. Dan jawabannya, itu tidak mungkin, alasannya adalah beliau sedang sibuk. Setelah menyampaikan itu, ia pun berjalan pergi sambil menabrak mereka berdua.
“Qiao Man,” panggil Zhuo Yang, putus asa.