Sinopsis K-Drama : Hi Bye, Mama Episode 08-1


Sinopsis K-Drama : Hi Bye, Mama Episode 08-1
Images by : TvN

Tahun 2016,
Geun Sang menerima dokumen dari bagian HRD rumah sakit, tapi dia juga tidak tahu dokumen apa. Ternyata, HRD menawarkan dokumen berisi gosip “Pemakaian Vila Musim Panas RS Universitas Dongsung 2016” untuk pengajuan Gye Geun Sang dan Cho Gang Hwa di setujui.
Melihat dokumen tersebut, Geun Sang tersenyum getir. Tidak mungkin lagi mereka bisa berlibur bersama karena Yu Ri sudah tiada.
Satu individu masuk begitu dalam ke kehidupan kita. Perpisahan tiba begitu saja. Mencemooh kala-kala dikala bersama.
Hyeon Jeong minum sendirian. Dia begitu merindukan Yu Ri hingga menangis dan menulis di beranda fb Yu Ri bahwa beliau merindukannya. Hyeon Jeong menangis terisak-isak.
Saat perpisahan terjadi, ada yang menerima kenyataan dengan menghadapi kesedihan yang datang membanjiri.


Ibu Yu Ri menentukan menutupi kesedihannya dengan terus dan terus membersihkan rumah. Ayah dan Yeon Ji yang melihat tentu jadi ikutan murung. Usai membersihkan rumah, ibu akan menghabiskan waktu dengan bermain kartu melalui aplikasi games di ponsel.
Ada yang berusaha menghindar dari perpisahan yang menyedihkan untuk melindungi diri sendiri dari rasa sakit perpisahan demi mampu bertahan hidup.

Gang Hwa bangun diam di trotoar jalan. Dia tidak beranjak dari sana walaupun hujan turun.
Namun, entah kebenaran, penolakan, waktu yang mengalir atau apapun itu, tidak ada cara untuk mengatasi kesedihan ini.



Geun Sang, Hyeon Jeong, ibu Yu Ri dan Gang Hwa, mereka bersedih atas kepergian Yu Ri dengan cara mereka masing-masing.
-Episode 08-
Orang yang tak bisa mengucapkan selamat tinggal
Pil Seung menumpang di bawah payung Gang Hwa dan dia merasa tidak nyaman. Itu alasannya adalah Gang Hwa memegang payung sesuai tinggi Gang Hwa, sementara Pil Seung jauh lebih tinggi dari Gang Hwa, alhasil ia harus menunduk. Karena itu, Pil Seung memberikan diri semoga beliau saja yang memegang payungnya. Gang Hwa dengan tegas menolak dan menyuruh Pil Seung pergi saja jika merasa tidak nyaman.
Pil Seung menolak pergi dan menentukan untuk terus numpang payung Gang Hwa.

Dan mereka malah berpas-pasan dengan Min Jeong dan Yu Ri yang juga sedang mengembangkan payung. Gang Hwa begitu terkejut melihat mereka berdua bersama. Pil Seung tidak tahu apa-apa, malah menyapa Yu Ri dengan sebutan ‘tukang mimisan’.

Yu Ri benar-benar canggung berada dalam situasi mirip ini. Jadinya, dia mendorong Min Jeong ke bawah payung Gang Hwa dan langsung pergi dengan alasan ada urusan. Pil Seung tidak tahu malu malah numpang di bawah payung Yu Ri dan mengikutinya. Yu Ri heran melihat tingkahnya, tapi Pil Seung terus mendekat.
--

Yu Ri ternyata pergi ke minimarket untuk berbelanja. Pil Seung masih mengikutinya. Dia protes pada Yu Ri karena tadi beliau baru dari minimarket itu dan alhasil numpang pada Gang Hwa, dan kini malah balik lagi ke sini. Yu Ri mana peduli karna kan bukan beliau yang nyuruh Pil Seung ikut dengannya.
Dengan hambar, Yu Ri langsung pergi dengan payungnya. Pil Seung kesal di abaikan dan malah berdoa semoga Yu Ri mimisan lagi.
Yu Ri tiba-tiba saja berbalik dan berteriak semoga Pil Seung membersihkan rumahnya. Setelah itu, Yu Ri benar-benar pergi.
--

Gang Hwa menyebarkan payung dengan Min Jeong. Dia membuka pembicaraan dengan membahas kenapa Min Jeong mampu membuatkan payung dengan perempuan tadi (Yu Ri)? Biasanya, Min Jeong kan tidak suka mengobrol dengan tetangga, tapi tadi beliau lihat Min Jeong tertawa saat bersama Yu Ri.
Min Jeong malah galau sendiri, apa ia tertawa? Dia kisah pada Gang Hwa jika Yu Ri agak ajaib. Yu Ri bilang dia baik. Gang Hwa membenarkan jika Min Jeong memang baik. Min Jeong malah menduga Gang Hwa hanya beromong kosong. Gang Hwa tidak terima di bilang beromong kosong sebab Min Jeong memang benar, orang baik.
“Kalau begitu, ia saja yang menjadi pengasuh Seo-woo.”
“Ya,” setuju Gang Hwa, tersenyum.
--


Tapi, malam-nya, Gang Hwa malah pergi minum ke kedai Misaeng dan menyesali keputusannya baiklah mengakibatkan Yu Ri pengasuh Seo Woo. Geun Sang bahkan menyebutnya sudah gila. Gang Hwa yang stress malah berencana pergi ke Sri Lanka. Hyeon Jeong ikutan nimbrung, menyarakan supaya Gang Hwa pergi ke Afrika Selatan. Gang Hwa malah tertarik dan ingin mencari tahu apakah RS punya cabang di Afrika atau tidak.
Geun Sang dan Gang Hwa mulai saling berdebat. Karena pusing, Geun Sang menyuruh Hyeon Jeong untuk menelpon Yu Ri dan mengajak bertemu supaya mereka mampu membahas bagaimana ke depannya. Yu Ri nyuruh mereka tidak ikut campur, tapi dia malah buat problem. Jadi, hubungi ia.
Hyeon Jeong menjawab jika Yu Ri tidak akan tiba. Gang Hwa baiklah, Yu Ri tidak akan datang sebab ia ada di sini. Geun Sang masih tidak mengerti. Gang Hwa menjelaskan jika Yu Ri bahkan tidak mencarinya, mereka mampu bertemu karena tidak sengaja berpapasan. Geun Sang masih juga tidak mengerti alasannya adalah. Hyeon Jeong hingga bilang blak-blakan jikalau karena Min Jeong. Yu Ri tahu Gang Hwa sudah menikah lagi dan tidak mau mengganggu mereka.

Karena sedang membahas hal ini, Gang Hwa memberitahu hal lain, mengenai Yu Ri yang bilang ke Min Jeong jikalau Min Jeong yaitu orang baik. Geun Sang kaget, karna darimana Yu Ri mampu menilai hal itu? Hyeon Jeong menyuruh Geun Sang untuk membisu saja.
Hyeon Jeong ingin tau dan nanya, apakah Gang Hwa pernah cerita mengenai Min Jeong ke Yu Ri? Gang Hwa menjawab tidak. Yu Ri bahkan sedari awal sudah tahu jikalau ia menikah lagi dan Min Jeong yakni ingusan-nya. Yu Ri tahu semuanya.

Hyeon Jeong bilang jika informasi itu mampu di mampu dengan gampang. Akan tetapi, beliau merasa seolah Yu Ri sudah usang mengenal Min Jeong. Gang Hwa ternyata juga merasa demikian. Hyeon Jeong dengan yakin bilang jika Yu Ri pasti menyembunyikan sesuatu. Gang Hwa mencicipi hal itu juga dan mampu merasa jikalau Yu Ri hanya berpura-pura lupa. Akan tetapi, Yu Ri memintanya untuk menunggu. Sekarang, mereka hanya harus bersabar.
Hyeon Jeong setuju dengan Gang Hwa. Bagaimanapun, Yu Ri adalah Cha Yu Ri. Jika ada sesuatu, Yu Ri tidak bisa menutupinya dan selalu bercerita. Pasti ada alasan kenapa dia seperti ini.
--

Midong sedang berdoa kepada Dewa menanyakan alasan Yu Ri menjadi manusia. Akan tetapi, ia belum juga menerima jawabannya. Midong yakin jika tidak mungkin Yu Ri menjadi insan hanya alasannya beliau mengumpat pada Dewa karena ada banyak juga arwah yang suka mengumpat. Pasti ada sesuatu.
--

Gang Hwa sudah agak hening dan beranjak pulang. Tapi, Hyeon Jeong mengejarnya dan menanyakan hubungan Gang Hwa dan Min Jeong. Apa mereka langgeng? Apa mau Min Jeong mau bercerai? Mendapat pertanyaan itu, Gang Hwa malah mengira Hyeon Jeong sudah asing karna kelamaan tinggal sama Geun Sang.
Gang Hwa bilang jika mereka baik-baik saja. Hanya saja, semenjak Yu Ri kembali, beliau merasa bersalah sampai tidak sanggup menatap mata Min Jeong. Mumpung lagi membahas hal ini, Gang Hwa jadi ingin membahas mengenai anaknya, Seo Woo. Seo Woo menjalani penilaian psikologis tapi hasil kemampuan bahasa, kognitif dan sosial, semua karenanya di bawah rata-rata. Kaprikornus, harus bagaimana?
Hyeon Jeong agak kesulitan menjawabnya. Dia menanyakan balik bagaimana reaksi Min Jeong?
“Aku bilang tidak perlu cemas. Ini bukan problem besar,” jawab Gang Hwa.
“Apa? Cho Gang-hwa! Kau benar-benar...”
“Apa?”
“Kau bilang "tak perlu cemas" kepada Min-jeong, tapi membahasnya denganku?”
“Bukan begitu. Aku tak ingin Min-jeong terlalu cemas sampai menyalahkan dirinya.”
“Biarkan Min-jeong yang menetapkan itu. Itu bukan sesuatu yang bisa kamu atur. Astaga. Kau salah sebab terlalu memikirkan perasaan Min-jeong,” nasehat Hyeon Jeong.
Gang Hwa jadi semakin merasa bersalah dan pamit pulang.
--

Yu Ri pergi ke rumah orang tuanya. Dia membawa banyak obat dan meletakkannya di depan pintu pagar. Sebelum pergi, Yu Ri bermain dulu dengan Popo. Dia yakin jikalau Popo pasti merindukannya.
Flashback
Saat masih arwah, Yu Ri sering tiba untuk bermain dengan Popo, sebab Popo mampu melihatnya. Dia bermain dengan memberi perintah duduk, berbaring berulag kali.
Ayah dan ibu Yu Ri melihat tingkah Popi itu dan menerka Popo sedang bermain sendirian. Mereka sedikit heran, tapi tidak ambil pusing.
End
--
Esok hari,
Ayah menemukan barang-baran yang Yu Ri tinggalkan dan membawanya masuk ke dalam rumah. Yeon Ji merasa orang yang meninggalkan barang itu sangat asing. Siapa yang mengirim barang-barang itu? Sudah tanya tetangga pun tetap tidak tahu siapa yang meletakkannya di depan pagar rumah.

Yeon Ji merasa sangat ajaib. Kenapa orang yang mengirim barang itu sangat mengenal keluarga mereka? Kenapa orang itu tahu ayah punya gangguan liver sampai mengirimkan pemanis liver? Sebelumnya juga mereka di berikan obat untuk lutut Ibu. Dan sekarang ada komplemen kalsium. Yang lebih abnormal, orang ini tahu dia suka minum bir dengan jeli, padahal sahabat-temannya saja tidak tahu. Padahal ayah ada di ruang tamu seharian, tapi tidak mendengar ada suara menyalak Popo. Biasanya, Popo akan menyalak kalau ada tamu atau orang gila.

Ibu hanya membisu saja. Melihat semua obat itu, Ibu malah teringat dikala dulu Yu Ri selalu ngotot ingin membelikan semua obat itu untuk Ayah dan Ibu.
Dan sekarang, ibu pun meminum obat itu.
--

Ibu tiba-datang keluar dari kamar sambil menggunakan jaketnya dan menanyakan dimana kunci sepeda. Yeon Ji dan ayah menghalanginya untuk keluar dan naik sepeda sebab sedang animo hambar, tapi ibu bilang tidak apa-apa.
--

Yu Ri ada di taman bersahabat rumah. Dia penasaran apakah orangtuanya meminum suplemen yang di berikannya atau tidak. Dia ingin masuk ke rumah dan memeriksanya, tapi tidak mampu. Saat itu, ia melihat ada sebuah keluarga : nenek, ibu dan cucu yang sedang bermain di taman. Melihat pemandangan itu, Yu Ri menjadi murung.

Ibu naik sepeda dan pergi ke taman. Dia bisa saja berjumpa dengan Yu Ri, sayangnya Yu Ri sudah terlebih dahulu pergi. Ibu juga melihat keluarga yang Yu Ri lihat tadi dan jadi merasa duka.
--


Di rumah duka,
Anak perempuan supir Kim tiba dan menempelkan permintaan pernikahannya : Jeong Gyeong Hun & Kim Hye Su. Dia akan menikah beberapa hari lagi. Dan anak perempuan supir Kim yakni guru di Taman Kanak-kanak Seo Woo.
Para arwah menunjukkan selamat pada supir Kim alasannya adalah anaknya akan menikah. Supir Kim senang mendapat ucapan selamat dari mereka, tapi juga sedih sebab toh dia tetap tidak bisa pergi. Mereka tetap merasa senang untuk supir Kim. Dan sekarang, Supir Kim mampu reinkarnasi karena sebelumnya, supir Kim bilang akan pergi setelah salah satu putrinya mendengarkan. Mereka yakin, Midongdaek akan senang mendengar kabar itu.
“Apakah kau terus di sini alasannya ingin melihat anakmu menikah?” tanya arwah tn. Jang.
“Bukan begitu. Aku hanya punya dua putri, tidak ada laki-laki di keluargaku. Aku tidak hening meninggalkan tiga perempuan sendirian. Dunia sekarang sangat kejam.”
“Ternyata dilema seorang ayah dengan anak perempuannya.”
“Aku mampu pergi dengan tenang alasannya adalah sudah ada menantuku,” senang supir Kim.
Akan tetapi, rasa bahagia supir Kim menjelma cemas karena wajah Hye Su terlihat sedih padahal akan menikah. Karna itu, supir Kim mengikutinya.
Setelah supir Kim pergi, para arwah gres sadar jikalau tadi arwah nenek Jung tidak ada.
--


Dari pagi-pagi, arwah nenek Jung sudah pergi ke rumah sakit daerah putrinya di rawat. Dia merasa murung alasannya adalah kondisi putrinya semakin memburuk. Putrinya tampak sangat kesakitan, tapi walaupun begitu, beliau tetap tidak meminta obat penahan sakit. Dia bilang pada dokter bila ia masih mampu menahan rasa sakitnya. Dokter cukup kagum padanya, tapi mengingatkan semoga dia meminta obat juga sudah tidak tahan.
--

Geun Sang sedang berada di depan ruang kerja Gang Hwa sambil bergosip dengan para suster. Dan arwah Gang Bin masih saja mengikutinya. Saat Gang Hwa tiba, Geun Sang pribadi menyindirnya yang mau ke Afrika. Suster yang mendengarnya menyebut Gang Hwa yang sudah ajaib alasannya mau keluar negeri walaupun sedang  di hukum. Gang Hwa kesal mendengarnya dan masuk ke dalam ruangannya sambil menyindiri suster itu yang terlalu tegas.
Setelah Gang Hwa masuk, Geun Sang meminta para suster untuk memaklumi Gang Hwa yang memang sedang ada banyak duduk perkara. Mereka risikonya berganti topik membahas mengenai jam tangan incaran Geun Sang. Geun Sang jadi duka alasannya adalah masih belum bisa mendapatkan jam tangan itu. Dia dulu pernah melihat jam tangan itu di pakai oleh Gang Bin.
Gang Bin yang mendengar jadi ingat ketika Geun Sang menanganinya dan waktu itu menanyakan mengenai jam tangannya. Teringat itu, arwah Gang Bin memuji Geun Sang yang sangat berkelas.
--
Min Jeong mengirim pesan pada Yu Ri jika Yu Ri bisa mulai bekerja minggu depan. Dan juga, alasannya adalah Yu Ri bekerja di TK, jadi Yu Ri tidak perlu memasukkan surat lamaran kerja. Dia memberi nama kontak “Pengasuh Penjemput.”
Setelah mengirim pesan, Min Jeong jadi memikirkan insiden tadi pagi.

Flashback
Min Jeong memakaikan baju Seo Woo. Saat itu, Gang Hwa keluar kamar dan siap berangkat kerja. Sebelum pergi, beliau datang-datang mendekat pada Min Jeong dan membahas mengenai hasil evaluasi psikologis Seo Woo waktu itu, bisakah mereka pergi bersama ke kawasan konseling?

Min Jeong sedikit terkejut mendengarnya dan mengingatkan bila waktu itu Gang Hwa kan bilang semoga mereka tidak usah cemas. Gang Hwa membenarkan dan pribadi berkata, ya tidak usah cemas.
End
Min Jeong heran mengingat perilaku abnormal Gang Hwa tadi itu.
--
Yu Ri sangat senang sehabis menerima SMS dari Min Jeong. Dia sudah bertekad akan mengusir hantu yang ada di rumah itu. Yu Ri lalu fokus memotong bawang bombai.
Saat menyiapkan jeruk untuk bawah umur murid, guru Kim Hye Su membantunya. Melihatnya, Yu Ri mengucapkan selamat atas pernikahannya. Hye Su membalas dengan tersenyum, tapi wajahnya tampak tidak bahagia. Yu Ri menyadari hal tersebut dan sedikit heran.
--

Yu Ri ketika bekerja, menyempatkan diri untuk melihat Seo Woo yang bermain di kelas. Dia senang alasannya Seo Woo tampak lebih ceria karena sudah tidak ada arwah di TK yang menganggunya.
Lagi asyik melihat Seo Woo, Yu Ri malah melihat ada sebuah arwah yang hendak masuk ke TK.
--

Arwah yang di lihat oleh Yu Ri ialah arwah supir Kim. Supir Kim hendak masuk ke dalam gedung Taman Kanak-kanak, tapi dia tidak bisa, seolah ada yang menghalangi. Dan itu alasannya di sisi gerbang sudah ada jimat yang di tempeli.
Saat itu, Yu Ri keluar sambil berteriak untuk mengusirnya. Tapi, teriakannya berhenti saat melihat ternyata itu ialah arwah supir Kim.
--
Mereka akhirnya berbincang berdua. Yu Ri dan supir Kim tidak menyangka jikalau dunia arwah pun begitu kecil seperti dunia manusia. Siapa sangka bila putri supir Kim adalah guru TK di Taman Kanak-kanak daerah Seo Woo sekolah. Supir Kim juga meminta maaf dan berkata tidak akan tiba lagi ke Tk biar tidak mengganggu bawah umur.

Yu Ri juga memberikan selamat untuk supir Kim sebab Hye Su akan segera menikah. Supir Kim senang mendengar ucapan selamat Yu Ri, tapi juga sedikit cemas. Dia memberitahu mengenai Hye Su yang terlihat sedih padahal lusa sudahlah pernikahan Hye Su dan seharusnya, Hye Su merasa senang. Supir Kim takut kalau Hye Su merasa duka karna beliau tidak mampu mendampinginya di pernikahannya nanti. Dia jadi merasa tidak berkhasiat dan merasa bersalah.

Yu Ri yang jadi kasihan padanya.
--

Ibu Yu Ri pergi ke kuil untuk berdoa. Tapi, pas keluar kuil, dia malah berjumpa dengan bibi Geun Sang yang dukun. Bibi Geun Sang tiba-tiba menghampiri ibu dan bilang jika anak ibu tidak bisa reinkarnasi sebab masih memikirkannya. Arwah anaknya selalu menangis alasannya adalah memikirkan ibunya dan sebab itu, pintu rumah Ibu di penuhi dengan roh jahat. Karena itu, ibu harus melaksanakan ritual atau membeli jimat darinya.
Ibu terang murka mendengar ucapan dukun itu.
Pas sekali, Midong muncul dan memukulinya. Midong juga melihat jimat yang bibi hendak jual pada ibu. Bibi Geun Sang tidak terima di pukuli dan di marahi Midong sampai dia menyebutnya penipu. Siapa kamu?

Midong merebut jimat bibi dan memberikan alamat website yang tertulis di sudut bawah kertas : www.midongs.co.kr Dia ialah pemilih website itu. Midong. Bibi yang takut eksklusif kabur sehabis merebutnya jimatnya balas.
Saking kesalnya, Midong tidak sengaja bergumam jikalau Yu Ri tidak senang menangis melainkan berkeliaran. Usai bergumam seperti itu, Midong baru sadar jika Ibu Yu Ri masih ada di sana. Ibu jadi murka mendengar bila anaknya di sebut arwah gentayangan. Midong jadi merasa bersalah.
--


Ayah menghabiskan waktu di rumah dengan melihat foto-foto nya bersama Seo Woo ketika menjadi relawan. Dan begitu ibu pulang, dia pribadi menutup ponselnya dan bersikap tidak melihat apapun.
--

Malam hari,
 Guru dan staff TK melaksanakan makan malam bersama. Yu Ri juga ikut dengan mereka. Sambil berbincang, mereka membahas mengenai Yu Ri yang selalu saja berkeliaran di sekitar Taman Kanak-kanak dan juga akrab dengan anak kecil, terutama Seo Woo. Yu Ri beralasan bila Seo Woo sangat manis. Kecil saja sudah elok, gimana besarnya. Mereka tertawa mendengar ucapan Yu Ri yang sudah mirip ibu kandung Seo Woo saja.
Saat semuanya tertawa, Hye Su terus saja duka dan bahkan terus minum. Rekannya sampai harus menghentikannya dan mengingatkan jikalau ijab kabul Hye Su sebentar lagi. Tapi, Hye Su terus saja minum hingga mabuk.
Setelah sangat mabuk, Hye Su tiba-tiba saja menangis terisak-isak. Semua jadi murung melihatnya menangis. Hye Su terus menangis dan menanyakan untuk apa ia menikah? Untuk apa?
“Apa alasannya kau merindukan ayahmu? Karena ayahmu tidak mampu mendampingimu di ijab kabul, kamu menjadi duka,” tanya Yu Ri.
“Tidak. Bukan begitu,” jawab Hye Su.
Arwah Supir Kim yang melihat dari jauh, tentu jadi sedih.
--
Hye Su duduk di pinggir jalan. Yu Ri menemaninya. Dan arwah supir Kim juga ada di sisinya, walaupun Hye Su tidak bisa melihatnya.
“Berjalan sendirian menuju pelaminan, itu tidak penting. Tak masalah alasannya kesedihannya hanya sementara. Bukan itu masalahnya,” ujar Hye Su pada Yu Ri. “Aku hanya merasa bersalah dengan ayahku.”
“Kenapa kamu berpikir mirip itu?”
“Andai saya tak menikah di usia setua ini... Andai aku menikah di usia muda, ayahku mampu menikmati pesta pernikahanku. Seumur hidupnya, ia selalu mengutamakan kedua anak perempuannya tapi beliau pergi tanpa melihat pesta pernikahan kami. "Kau membesarkan anakmu dengan baik. Aku tidak sia-sia membesarkan mereka." Dia tidak sempat mendengar kata-kata itu. Dia tidak sempat membanggakan anaknya. Saat aku terlihat senang besok, orang-orang akan berkata, "Kasihan sekali ayah mempelai perempuan. Dia pergi sebelum melihat anaknya menikah." Itu semua karena saya. Kasihan sekali ayahku. Aku tidak sempat membahagiakan ayahku. Aku bahkan tidak bisa memperlihatkan yang biasanya orang lain berikan,” tangis Hye Su, terisak-isak.

Supir Kim tentu duka mendengar ucapan putrinya. Padahal, beliau sangat bahagia untuk putrinya dan juga sangat besar hati padanya. Tapi, putrinya malah merasa bersalah padanya. Hatinya merasa duka sampai ia menangis dan beranjak pergi dari sana.
Yu Ri yang bisa melihatnya, tentu juga merasa duka.
--

Nenek masih ada di rumah sakit menemani putrinya. Putrinya sedang bersama suaminya berbincang. Suaminya menyuruh putrinya untuk tidur dan beristirahat sebab harus menjalani kemoterapi. Suaminya bertanya, apakah rasanya sakit?
Putrinya menjawab jika rasanya sangat sakit, tapi anehnya, masih mampu di tahan. Dia juga tidak tahu kenapa. Setiap kali kesakitan, beliau selalu teringat Ibunya.

Flashback
Nenek Jung menjalani pengobatan untuk penyakit kankernya. Dan beliau menghembuskan nafas terakhirnya juga di rumah sakit. Putrinya yang menemani, Yeong Ae, menangis dan mengajak ibunya bicara. Memohon padanya untuk sadar. Memohon biar ibunya mengatakan sesuatu untuknya.
“Sa…kit,” itu yang nenek Jung katakan dan lalu, meninggal.
Hanya kata itu yang Yeong Ae dengar. Dan rasa bersalah memenuhi tubuhnya.
End
“Ibuku wafat dengan kesakitan. Dia menderita kesakitan alasannya adalah saya. Aku memaksanya melaksanakan semua yang bisa dilakukan, memaksanya untuk dirawat. Karena aku, ibuku pergi dengan penuh kesakitan. Mungkin sebab itu, setiap kesakitan, aku selalu berpikir, "Daripada saya, Ibu pasti lebih merasa kesakitan." Tapi, "Apa aku tidak mampu menahan ini?" Sambil berpikir seperti itu, rasa sakitnya tertahan,” cerita Yeong Ae dengan sedih, meneteskan air mata.
Suaminya memeluknya erat dan berkata jikalau itu bukanlah salah Yeong Ae.
Nenek Jung yang mendengar juga menangis murung. Dia tidak menyangka anaknya berpikir demikian.



Subscribe to receive free email updates: