Sinopsis K- Drama : Memorist Episode 10 Part 1



Original Network : tvN
"Semua aksara, organisasi, kawasan, dan insiden yaitu fiktif”

Dorr …!!!
Sun Mi menembak sekali sebagai peringatan biar Si Penghapus jangan mendekat dan mengalah, tapi Si Penghapus tetap saja terus berjalan menuju ke arah nya. Sehingga diapun ingin menembak nya lagi. Tapi sebelum dia sempat menembak, Dong Baek datang dan menghentikannya.

“Apa yang kamu lakukan?” teriak Sun Mi, murka.
“Tunggu sebentar,” pinta Dong Baek.
Dong Baek mendekati Si Penghapus, beliau melepaskan topeng yang Si Penghapus kenakan, kemudian diapun melihat wajahnya. Dan ternyata itu adalah In Tae. Dong Baek menyentuh tubuhnya dan mencoba untuk melihat ingatannya. Tapi ia tidak mampu menemukan apapun, ingatan In Tae telah di hapus semuanya. Mendengar itu, Sun Mi terkejut.


“Dia tidak ingat namanya…” terang Dong Baek sambil memperhatikan sikap aneh In Tae. “Dia bahkan tidak bisa bicara. Dia menghapus semuanya.”
Tim Forensik dan Tim Detektif datang untuk mengusut terowongan di bawah paret. Mereka menyakini jikalau terowongan paret ini sudah di buat sekitar 20 tahun kemudian.


Sang Ah tiba ke rumah sakit. Dan ia terkejut melihat kondisi abnormal suaminya. “In Tae,” panggilnya. “Ini aku,” jelasnya sambil memegang tangan In Tae.
Melihat Sang Ah datang, In Tae yang awalnya terus memberontak pribadi menjadi damai. Tapi ia sama sekali tidak mampu berbicara. Dia tampak sangat tidak perdaya.

“Kemampuan kognitifnya akan segera kembali. Lagi pula, otaknya tidak rusak,” terang Peniliti.
“Kurasa tidak. Ingatannya telah dihapus,” balas Dong Baek. “Seseorang menghapus semua ingatan selama hidupnya. Jika ada pemindai ingatan, pasti ada penghapus ingatan,” terang nya dengan yakin.
“Tolong rahasiakan ini hingga kami menangkap pembunuh berantai itu,” pinta Sun Mi.

Peneliti memeriksa kondisi In Tae.

Ketika Dong Baek menyentuh kepala In Taek, dia melihat sesuatu, adalah pesan yang di tinggalkan oleh Si Penghapus yang sesungguhnya. Ini belum berakhir. Ini akan menjadi akhir hayat ketiga dari seseorang yang kau sentuh. Seseorang akan mati sebelum bulan terbenam. Mereka akan menjadi persembahan terkutuk ketiga.”

“Dia memperingatkan kita akan pembunuhan lain?” tanya Sun Mi, menegaskan.
“Permainan sadisnya belum berakhir,” jawab Dong Baek, membenarkan.
Sun Mi merasa khawatir, karena waktu mereka hanya tinggal tiga hari lagi. Dan Dong Baek dengan percaya diri menenangkan Sun Mi. Dia sudah muak dengan permainan Si Penghapus, jadi dia sudah menyiapkan perangkap untuk Si Penghapus. Dan itu akan menjadi perangkap yang mengerikan.

"Episode 10, Pemicu Trauma"
Langkap Pertama, Pemilihan.
Berita di TV memberitakan perihal pembunuhan Sung Dong, sudah sepekan sejak kematiannya, polisi masih belum tampak bertindak dan menolak untuk bersikap transparan. Kaprikornus media mulai mencurigai kinerja kepolisian.
Menonton isu tersebut, Shin Woong merasa kurang senang. Dia mematikan TV dan menanyai Young Soo, apa rencananya. Dan Young Soo menjawab bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk membagi informasi tersebut.


“Untuk ketika ini, jangan beberkan berita perihal kekuatan super pembunuh,” perintah Shin Woong. Dan Sun Mi tidak mengerti, kenapa. “Masyarakat datang-datang mengetahui kekuatan super Baek. Tapi para petinggi yakin kali ini harus berbeda,” terang nya.
“Itukah yang diinginkan BIN?” tanya Young Soo.
“Tidak, situasi di sana sudah sangat sibuk.”
“Lalu siapa?” tanya Young Soo, lagi.
“Petinggi,” jelas Shin Woong sambil menunjuk ke atas. “Berhati-hatilah. Aku ingin ia hidup. Temui beliau sebelum BIN.”
Sun Mi memberanikan dirinya untuk bersuara. Dia memberitahu Shin Woong bahwa beliau membutuh kan bantuan. Dia membutuhkan pertolongan Dong Baek. Supaya Shin Woong baiklah dengan usul nya, Sun Mi menjelaskan bahwa alasannya Dong Baek bukanlah anggota resmi mereka, maka kalau kasus ini final, mereka yang akan mendapatkan pujian. Juga bagaimanapun, Dong Baek akan di nyatakan bersalah dan di keluarkan, jadi ini tidak akan menghipnotis mereka nantinya.

“Kenapa kamu membutuhkannya?” tanya Shin Woong.
“Pembunuhnya menghapus ingatan. Jika kita ingin menangkapnya, kita juga butuh anjing pemburu berkekuatan super,” jawab Sun Mi.
“Makara, kau mau memanfaatkannya, lalu menyingkirkannya? Kukira kalian berdua satu tim,” komentar Shin Woong.

“Satu-satunya tujuanku ialah memecahkan kasus ini,” terang Sun Mi. Dan Shin Woong tidak percaya. Makara Sun Mi menambahkan, “Aku juga ingin promosi untukku dan Kepala Byun. Karena Anda ingin mencapai posisi lebih tinggi dari kepala polisi dan membutuhkan kami.
“Makara, kamu ingin memihakku?” tanya Shin Woong sambil tertawa. Dan Sun Mi mengangguk. “Kamu juga” tanyanya. Dan Young Soo mengangguk.
Shin Woong merasa senang dan puas. Dia kembali bersikap serius. Dia setuju untuk membiarkan Sun Mi menggunakan Dong Baek, yang beliau inginkan ialah Sun Mi dan Young soo untuk membawa Si Penghapus ke hadapannya.


Diluar kantor polisi. Young Soo menegur Sun Mi untuk dua kesalahan yang telah Sun Mi lakukan hari ini. Kesalahan yang paling serius yakni Sun Mi memberikan kesetiaan kepada Shin Woong. Dan Sun Mi menjelaskan bahwa beliau melaksanakan itu agar ia mampu mendapatkan keinginannya dan itu tidak berarti apa- apa.
“Tepat sekali. Itu kesalahanmu yang bekerjsama. Semua orang tahu kamu kecanduan memecahkan kasus. Tentu saja, kau juga ingin mendapatkan promosi. Itu masuk akal. Tapi makin banyak promosi, kerja di lapangan makin berkurang,” terperinci Young Soo. Dan Sun Mi tampak tidak terlalu paham. “Lihatlah saya. Aku yakin kamu menyadari itu. Namun, kau menyatakan kesetiaanmu hanya demi promosi? Dan beliau memercayai itu? Tidakkah menurutmu itu agak ajaib?” tanyanya. Dan Sun Mi tidak mampu menjawab, dia mulai tampak menyesal. “Mulai kini, beliau akan lebih meragukan niatmu yang bahwasanya,” jelasnya. Setelah mengatakan itu, beliau pun pergi.

Shin Woong memperhatikan Sun Mi dan Young Soo dari dalam ruangannya.
Sun Mi menelpon Dong Baek. “Pemilihan sudah akhir.”
Seseorang menempelkan foto Shin Woong di papan.

“Baiklah. Berikutnya aku,” balas Dong Baek. Dia bangun di depan Pusat Medis Nasional.
Dong Baek tiba menemui Jae Gyu. Dia mengomentari betapa penakutnya Jae Gyu sambil menggali dua jalan di bawah tanah. Dan Jae Gyu menjawab dia tidak ingat. Dong Baek tidak peduli perihal itu, alasannya adalah maksud kedatangannya yakni untuk mengajak Jae Gyu bekerja sama. Sebab beliau membutuhkan tunjangan Jae Gyu.
“Apa Sang Ah dan putranya pergi ke luar negeri?” tanya Jae Gyu, tidak menjawab.
“Dia tidak ingin melakukan itu,” jawab Dong Baek.
“Bawa mereka pergi.”


Dong Baek memberitahu Jae Gyu gosip tentang In Tae. Mendengar itu, Jae Gyu berhenti menguyah kuliner nya. Dia tampak sangat terkejut.

"Yanbian, Tiongkok, 2002"
In Tae membeli sebotol kecil racun dari organisasi diam-diam.

In Tae menaruh racun yang dibelinya ke dalam kuliner yang di masak nya. Kemudian sesudah itu dengan gugup di menghidangkan makanan tersebut kepada anggota gangster yang dilayaninya. Namun Ketua menolak dan menyuruh In Tae untuk menawarkan itu kepada orang di dalam ruangan terlebih dahulu. Dan In Tae pun melakukannya.
Setelah In Tae pergi. Ketua menawarkan aba-aba mata kepada para anggota nya. Dia mengajak mereka untuk makan bersama.

Didalam ruangan. Seorang pria dengan kepala di tutup kain hitam, dia duduk dengan lemas di lantai. Dan In Tae mendekati nya serta berbisik kepada nya, “Jangan makan ini. Kamu akan mati,” katanya memperingatkan sambil melepaskan ikatan si Pria. Kemudian beliau pun pergi.
Setelah In Tae pergi. Si Pria melepaskan borgol yang menahan tangannya.
In Tae memperhatikan para anggota gangster jatuh satu persatu. Lalu beliau mendekati Ketua dan menatap Ketua yang sedang kesakitan. “Aku membalaskan dendam kakakku,” katanya dengan kebencian. Lalu Ketua jatuh ke meja. Melihat itu, beliau merasa lega serta tidak percaya sebab planning nya berjalan dengan mulus.


Ketika In Tae berpikir dia berhasil. Tiba- tiba saja Ketua terbangun dan satu persatu anggota juga terbangun. Mereka tertawa keras dan menahan In Tae.
“Dasar terbelakang. Aku mengenal semua orang di pasar gelap. Kamu membeli gula,” kata Ketua. Lalu dia mengeluarkan botol kecil dari sakunya dan menunjukkan itu kepada In Tae. “Ini sianida yang asli,” jelasnya. Dan In Tae merasa ketakutan.
“Siapa nama kakakmu?” tanya Ketua. Dan In Tae diam, tidak menjawab. “Itu tidak penting. Lagi pula, beliau akan mati,” terang Ketua. Lalu dia membuka epilog botol dan memaksa In Tae untuk membuka mulut, sebab beliau ingin menuangkan racun tersebut padanya. Dan dengan dekat, In Tae menutup lisan nya dan berusaha untuk bertahan.

Si Pria dengan epilog kepala yang berada di dalam ruangan, ia berhasil meloloskan diri. Dia keluar dari ruangan dan melemparkan pisau ke leher Ketua. Kemudian sehabis itu, beliau bertarung melawan setiap orang yang maju untuk menyerang nya.
Melihat itu, In Tae merasa ketakutan dan bersembunyi di pojok.

Ketua tersadar. Dia bangkit dan menembak Si Pria menggunakan pistol yang di miliki nya. “Siapa kau?” tanyanya sambil meletakkan pistol sempurna dikepala Si Pria. “Itu tidak penting. Lagi pula, kamu akan mati,” katanya lalu.
Tapi sebelum Ketua sempat membunuh Si Pria. Dari belakang, In Tae menembak nya.


Si Pria itu adalah Jae Gyu. Setelah Ketua mati, ia bangun dan mendekati In Tae yang terduduk lemas di lantai karena stress berat, alasannya adalah beliau baru saja membunuh seseorang secara langsung. Dia mengambil pistol yang di pegang In Tae. “Maafkan aku. Tapi siapa pun yang melihat wajahku harus mati,” jelasnya dengan ramah.
“Itu tidak penting. Dendamku sudah terbalaskan,” balas In Tae sambil menutup matanya. Dia bersiap untuk menerima takdirnya.
“Siapa namamu?” tanya Jae Gyu, tidak jadi untuk membunuh nya.
“In Tae. Yoon In Tae.”

In Tae bermain permainan anak- anak. Dan ia tampak mirip anak kecil. Jae Gyu memperhatikan kondisinya dan dia tampak sedih. Sang Ah lalu tiba. Dan alasannya Sang Ah tampak takut serta tidak ingin menemuinya, maka diapun berniat untuk pergi dari ruangan.

“Benarkah itu?” kata Sang Ah, memberanikan dirinya untuk mulai berbicara dengan Jae Gyu. “Detektif Dong memberitahuku. Dia bilang Ibu juga akan membunuhku.”
“Apa maksudmu?” tanya Jae Gyu, terkejut. Sebab beliau tidak menyangka Sang Ah akan menanyakan hal tersebut.
“Kudengar kau membunuhnya untuk menyelamatkanku.”


“Pembunuh tidak butuh alasan untuk membunuh. Ibumu perempuan yang baik. Karena itu aku lebih ingin membunuhnya,” kata Jae Gyu, menyangkal. Dan mendengar itu, Sang Ah pun tampak semakin membenci dirinya. Tapi Jae Gyu tampak tidak mau peduli dan pergi.


Setelah Jae Gyu pergi, Se Hoong bertanya- tanya, kenapa Jae Gyu bersikap mirip itu. Dan Kyung Tan menjawab bahwa Se Hoong akan tahu jawabannya sesudah punya anak. Menurutnya, Jae Gyu tidak ingin Sang Ah tahu sifat asli Ibunya, itulah kasih sayang seorang anak.
“Tapi mereka tidak punya kekerabatan darah,” kata Se Hoong, tidak mengerti.
“Itulah sifat manusia.”
Dong Baek menghubungi Sun Mi. “Halo, pemilihanku sudah akhir.”
Seseorang menempelkan foto Jae Gyu di papan.

Langkah kedua, periksa teman dan musuh.
Sun Mi memerintahkan para rekannya untuk menyelidiki alibi semua orang selama Si Penghapus berada di dalam selokan. Dimuali dengan Tim Investigasi Khusus. Dan untuk para rekannya, beliau secara langsung sudah memeriksa nya sendiri dari kamera CCTV.


Ji Eun di perintahkan untuk mencari skandal buruk wacana Dong Baek. Untuk menghancurkan Dong Baek. Mendapatkan perintah itu, Ji Eun merasa ragu dan ingin menolak. Tapi ia tidak bisa.
“Jika tidak tahu itu, kamu tidak pantas duduk di sini. Bawakan saya sesuatu dalam waktu 48 jam. Sebaiknya itu menghancurkan Dong Baek,” perintah rekan 1, memaksa.

Kyung Tan menemui Ji Eun yang datang menemuinya. Dan Ji Eun secara diam-diam menyalakan rekaman suara di hp nya. Dengan gugup, beliau bertanya- tanya ihwal Dong Baek. Dan alasannya Kyung Tan menganggap Ji Eun yakni kawan yang baik, maka diapun tidak ragu untuk menjawab semua pertanyaannya.
“Aku ingin mendengar seperti apa Detektif Dong sebetulnya dari orang-orang di sekitarnya,” kata Ji Eun. Dan Kyung Tan salah paham, menerka Ji Eun sangat baik sebab melaksanakan ini untuk mendukung Dong Baek dalam persidangannya.
“Apa yang harus kubicarakan? Kurasa sesuatu yang anggun,” tanya Kyung Tan.
“Aku ingin tahu bagaimana perasaanmu bantu-membantu tanpa melebih-lebihkan. Contohnya, apa kamu pernah merasa benci terhadap Detektif Dong?” tanya Ji Eun dengan gugup.

“Tentu saya merasakannya. Setiap hari. Aku marah kepadanya 12 kali sehari. Sudah tiga tahun semenjak saya bertemu dengannya,” jawab Kyung Tan sambil bercanda. “Dahulu kepalaku penuh dengan rambut. Tapi lihatlah diriku kini. Sejak bertemu dengannya, rambutku banyak yang rontok.”
“Apa yang paling kamu benci darinya?” tanya Ji Eun, lanjut.
“Semuanya. Dia hanya melakukan hal-hal yang membuatku murka.”
“Apa karena kepribadiannya?” tanya Ji Eun, lagi.

“Dia selalu abnormal, tapi itu alasannya adalah dia serakah,” jawab Kyung Tan dengan perasaan yang nrimo. “Dia serakah soal menangkap penjahat. Baek tidak tertarik mendapatkan promosi. Dia hanya fokus menangkap penjahat.”
“Menurut rumor, dia melakukannya demi popularitas. Beberapa orang mentertawakannya.”
“Tentu saja. Baek cenderung merasa beliau selebritas. Tapi itu alasannya ia mampu bersimpati. Dia bisa langsung mencicipi penderitaan para korban. Setiap kali membaca ingatan mereka, beliau bisa merasakan semuanya. Penderitaan, kemarahan, dan sisanya. Dia tidak mengalahkan orang lain biar bisa populer. Dia mengerahkan tinjunya karena merasa disakiti mirip korban. Dia berusaha menahannya, tapi ketika dia melihat wajah si pelaku, tubuhnya bergerak secara otomatis. Seperti anjing Pavlov. Dia seperti anjing yang berliur setiap kali bel berbunyi,” terang Kyung Tan, menlistkan semua sikap baik Dong Baek.
Mendengar itu, Ji Eun tampak bersalah dengan tindakannya sekarang.

Dong Baek membaca catatan seruan maaf kecil yang sudah disiapkannya di dalam lengan baju. Dia membacakan itu di hadapan para Detektif yang berada di dalam ruangan. Dan semua orang menatap heran serta bingung dengan sikap aneh nya.
“Aktingnya sangat buruk,” komentar Lim, pelan. Dan Se Hoong merasa malu pada Dong Baek.
Kyung Tan masih berbicara dengan Ji Eun yang mencoba untuk menggali hal jelek ihwal Dong Baek. Tapi sayangnya, Kyung Tan tidak menyadari itu.


“Apa kamu membaca naskah?” tanya Detektif B. Dan dengan gugup, Dong Baek pun melongo untuk sesaat, kemudian lanjut berbicara lagi. “Hei, apa itu di tanganmu?” tanya nya sambil memperhatikan tangan Dong Baek.
“Dia menyontek undangan maafnya,” komentar Lim.
Dengan kesal, Dong Baek membisu dan meremas kertas kecil di tangannya. Lalu ia melemparkan itu kepada Lim.

“Orang udik tidak bisa menyingkirkan kebiasaan buruknya. Tapi aku tidak mampu membencinya. Hatinya terluka ketika menangkap para penjahat, tapi semua media hanya ingin menjatuhkannya. Bagaimana lagi? Setidaknya saya harus baik padanya,” kata Kyung Tan, bercerita.
“Menurutmu kenapa media memperlakukannya seperti itu?” tanya Ji Eun dengan pelan.

“Aku terlalu kurang pandai untuk tahu, tapi niscaya salah satunya. Satu grup mengasihani orang-orang yang dipenjara sebab Baek, sementara yang lain memperjuangkan hak asasi si pelaku,” terang Kyung Tan. “Aku kesannya tahu media juga menduduki puncak piramida. Mereka bahkan tidak mengizinkan orang di bawah mereka menggeliat. Tapi kami berterima kasih kepada wartawan sepertimu,” katanya kemudian sambil tertawa.
Kyung Tan membawa Ji Eun ke dalam kantor polisi sambil masih bercerita perihal Dong Baek. Dan mendengar ceritanya, Ji Eun merasa semakin tidak nyaman dan merasa bersalah.

“Menurutmu apa yang akan terjadi dengan masalah saat ini?” tanya Ji Eun, masih lanjut bertanya.
“Dia mungkin tidak terlihat ahli, tapi beliau profesional dalam perkara. Dia merasa bertanggung jawab terutama dengan masalah ini, jadi, walaupun sulit baginya, saya yakin ia akan memecahkannya,” jelas Kyung Tan dengan yakin.

Didalam ruangan. Dong Baek bertengkar dengan para Detektif. Ji Eun yang kebetulan masuk ke dalam ruangan, merasa terkejut melihat itu.

Detektif A tiba dan membentak semua orang. Dan Sun Mi menatap bersimpati kepada Dong Baek yang baru saja di hajar.


Diluar ruangan. Sun Mi menanyai, apakah kejadian barusan termasuk dalam planning Dong Baek. Dan Dong Baek mengiyakan, saat semua orang menyentuhnya, ia mengusut alibi mereka semua. Jadi sekarang beliau yakin kalau mereka semua yakni sobat.
“Dia mampu menyentuh tumit orang dan membuatnya berhalusinasi. Kamu tidak mampu memindai orang seperti dia,” komentar Sun Mi tentang Si Penghapus.
“Kamu pandai bicara,” puji Dong Baek.
“Kebenaran selalu menyakitkan.”

Sun Mi kemudian menanyai, apakah Dong Baek sudah bisa menyimpulkan terkait korban berikutnya. Karena jika mereka sampai menentukan cara yang salah, maka rencana mereka akan gagal.
“Akulah yang menciptakan gambaran besarnya,” keluh Dong Baek dengan pelan.
“Tapi aku yang mewujudkan wangsit samarmu itu,” balas Sun Mi.
“Baiklah. Kamu yang terbaik,” puji Dong Baek.
“Lalu? Apa kesimpulanmu?”

Subscribe to receive free email updates: