Sinopsis K- Drama : Memorist Episode 4 Part 2


Original Network : tvN
"Semua aksara, organisasi, daerah, dan kejadian ialah fiktif”

Sun Mi mempersilahkan Dong Baek, Kyung Tan, dan Se Hoong untuk masuk ke dalam kantornya. Tapi dia melarang Ji Eun untuk ikut masuk.

Didalam ruang rapat. Sun Mi menjelaskan bahwa Ki Dan sudah membakar semua bukti pembunuhan, tapi beliau yakin bahwa masih ada yang belum terbakar. Ki Dan hanya memperabukan bukti yang di ingat nya, oleh alasannya itu beliau ingin mencari bukti yang tidak diingat oleh Ki Dan.
“Omong kosong apa itu?” komentar Kyung Tan.
“Pertama, kita akan mencatat semua yang dilihat Detektif Dong. Setelah itu, kita akan berusaha mencari apa yang kurang,” kata Sun Mi, menjelaskan.



“Aku tidak memindai semuanya. Aku tidak sempat, jadi, hanya dua pembunuhan terakhir yang kulihat,” balas Dong Baek. Dan Sun Mi tidak masalah.
Dimulai dengan Kim Seo Kyung. Yang bertugas mempersiapkan dan membersihkan ialah Han Man Pyeong. Dia mengikat Seo Kyung di kawasan tidur, kemudian memakaikan jubah putih kepada Ki Dan serta sarung tangan juga kepadanya. Kemudian sebelum membunuh, Ki Dan selalu berkhotbah. Dia merasionalkan perbuatan nya untuk Man Pyeong dan dirinya sendiri.


“Berapa usang? Total khotbah dan pembunuhan itu,” tanya Sun Mi.
Dong Baek mengingat ketakutan dan jeritan Seo Kyung. Dan beliau merasa pusing mengingat itu. Melihat kondisinya, Kyung Tan merasa khawatir. “Satu jam untuk Kim Seo Kyung. Lebih dari 10 menit untuk Yoon Ye Rim,” terang nya.

“Dia dikejar waktu alasannya aku,” gumam Sun Mi, menyimpulkan. “Hasrat seksual dan sensasi pembunuhan dipadukan untuk memaksimalkan sinergi. Siapa yang membersihkan?”
“Kondom digulung di sarung tangan,” terperinci Dong Baek.




Setelah akhir membunuh korban, Ki Dan melepaskan jubah putih dan sarung tangan yang dipakainya. Kemudian dia pergi melewati jalan hutan. Dan sesampainya dirumah, ia akan membakar semuanya.


“Tapi aku tidak mengerti,” kata Kyung Tan. “Dia membersihkan dirinya, tapi membuang mayatnya dengan gegabah.”
“Dia pamer,” balas Dong Baek.
Dong Baek menggambarkan titik- titik mayat dibuang. Lalu beliau menghubungkan titik- titik tersebut dan terbentuklah sebuah gambar. Ki Dan ingin mengisyaratkan kelahiran kerajaannya, alasannya adalah itu Ki Dan berencana untuk membunuh 13 orang. Mengetahui itu, Kyung Tan sangat merasa kesal dan ingin mencari pistol nya.
“Kenapa Kim Seo Kyung dibuang hidup-hidup? Bagaimana kalau beliau pulih?” tanya Sun Mi, heran. Dan mendengar itu, Kyung Tan pun duduk kembali dengan hening untuk mendengarkan.

“Jangan membuangnya di daerah yang terlalu terpencil,” kata Ki Dan, memberitahu Man Pyeong, sesudah tamat membunuh Seo Kyung. “Tidak akan menyenangkan kalau ia terlambat ditemukan,” jelasnya.


Man Pyeong memasukkan mayit Seo Kyung ke dalam mobil. Tapi datang- datang beliau merasa sesuatu yang ajaib. Dan saat dia memeriksa nadi Seo Kyung, dia merasakan bila Seo Kyung masih hidup.

“Han Man Pyeong membiarkannya hidup. Park Ki Dan mengetahuinya kemudian,” terperinci Dong Baek. “Han Man Pyeong bukan psikopat.”
“Itulah yang terjadi ketika orang ndeso mempunyai kepercayaan yang berpengaruh,” komentar Kyung Tan.
“Dia yakin para korban akan ditebus melalui hukuman Park Ki Dan,” komentar Sun Mi.



Sun Mi mem-print hasil diskusi mereka semua. Dan kemudian Se Hoong membagikan itu kepada masing- masing. Sun Mi menjelaskan bahwa beliau ingin mereka untuk melupakan semua prasangka dan melihat dengan sudut pandang yang baru, bukan sudah pandang nya atau Dong Baek.
“Ini mirip memainkan Cari Perbedaannya.,” kata Kyung Tan. “Ini keahlianku.”
Mereka berempat berkeja sama dan mendiskusikan ulang semuanya. Mereka bekerja sampai larut malam, bahkan sampai matahari bersinar jelas.

Didalam kamar mandi. Dong Baek mencuci wajahnya dan menatap dirinya sendiri di cermin.

Saat Dong Baek kembali ke ruangan, Sun Mi menyarankan semuanya untuk menyegarkan diri dan berkumpul kembali nanti. Tapi tiba- datang Se Hoong menemukan sesuatu yang janggal.
“Setelah membunuh Seo Kyung, dia aben 13 barang di perapian. Dari baju olahraga sampai ransel,” terang Se Hoong. “Tapi setelah membunuh Ye Rim, beliau hanya membakar 12. Sarung tangan lateksnya hilang. Sarung tangan lateks daerah ia menggulung kondomnya. Aku ingin tau apakah kau lupa menyebutkannya,” katanya.


Mendengar itu, Dong Baek mulai mengingat kembali dengan perlahan. “Tunggu. Dia tidak membakarnya,” katanya mengingat. “Bagaimana jikalau beliau jatuhkan di suatu kawasan?”
“Maka Han Man Pyeong akan membuangnya,” jawab Sun Mi.



“Bagaimana kalau tergeletak di suatu tempat?” tanya Dong Baek. “Sarung tangan itu mampu saja jatuh ke celah atau pipa air.”
“Pantas diperiksa,” balas Sun Mi.

Se Hoong berkomentar, seandainya mereka berhasil menemukan itu, maka mereka akan memiliki DNA korban dan DNA Ye Rim. Mendengar itu, Dong Baek dan Sun Mi segera berangkat ke daerah peristiwa.
“Bangunkan Kapten Koo dan hubungi tim forensik,” kata Dong Baek dengan terburu-buru.
“Dan minta berapa petugas?” balas Se Hoong.
“Semuanya!”



Diruang bawah tanan. Dong Baek dan Sun Mi berhasil menemukan sarung tangan yang mereka cari didalam lubang saluran air, tapi mereka tidak bisa mengambilnya dan harus menunggu andal forensik.
Tiba- tiba dikala mereka sedang membicarakan itu, atap diatas mereka berbunyi.

Dong Baek dan Sun Mi keluar dari dalam ruang bawah tanah. Dan ternyata sedang ada pekerja konstruksi serta pengacara Park yang ingin menghancurkan ruang bawah tanah. Pengacara Park menjelaskan bahwa beliau tiba mewakili pemilik tempat ini. Dan Sun Mi menjawab bahwa pemiliknya sudah meninggal.

“Dia meninggalkan wasiat yang menyatakan bahwa semua asetnya akan diserahkan ke klienku,” jelas Pengacara Park.
“Siapa itu?” tanya Sun Mi.
“Cari tahu sendiri,” balas Pengacara Park. Lalu ia memanggil pekerja konstruksi. “Sekarang, bekerjalah. Maju!” perintahnya. Dan Sun Mi murka.

Pengacara Park ingin menutup ruang bawah tanah dengan alasan mereka ingin menstabilkan tanah dengan beton. Sun Mi dan Dong Baek merasa murka, mereka berdua mengingatkan Pengacara Park untuk dihentikan merusak TKP, karena jikalau Pengacara Park melakukannya, maka Pengacara Park dan semua pengikutnya akan ditangkap. Tapi Pengacara Park tidak peduli, alasannya adalah dia tahu kalau Dong Baek sedang di skors.
“Kami dari Unit Investigasi Metropolitan. Minggir atau ditangkap,” ancam Sun Mi.
“Tapi timmu sudah dibubarkan,” balas Pengacara Park sambil mendengus meremehkan. “Dasar pecundang,” ejek nya.


Dong Baek menebak jika Pengacara Park niscaya dikirim oleh Ki Dan untuk datang ke sini. Tepat disaat itu, seseorang tiba dan orang itu yakni Kepala Im dari kejaksaan wilayah Utara. Pengacara Park memperkenalkan Kepala Im sebagai orang yang bertanggung jawab.


“Kamu?” kata Dong Baek, tidak menyangka.
“Ini pertemuan pertama kita?” tanya Kepala Im sambil menawarkan kartu namanya kepada Sun Mi. "Firma Hukum Hwang dan Ann, Pengacara Im Joong Yeon"
“Pengacara?” tanya Sun Mi, heran.
“Berkat kau, saya dipaksa menentukan karier ini,” jawab Kepala Im sambil menatap ke arah Dong Baek.
“Tapi kamu akan segera dipenjara,” balas Dong Baek.
“Tidak bersalah hingga terbukti bersalah. Akan butuh sekitar tiga tahun biar pengadilan mampu menetapkan. Aku tidak bisa berhenti hidup selama bertahun-tahun, bukan?” balas Kepala Im, hening.


Dong Baek merasa sangat murka. Dia ingin menyerang Kepala Im, alasannya Ye Rim mati alasannya adalah Kepala Im. Tapi sebelum Dong Baek sempat menyentuh Kepala Im, para pengikut Kepala Im menahan Dong Baek ditanah. Termaksud dengan Sun Mi juga.
“Itu yaitu penistaan dan fitnah,” kata Kepala Im dengan sinis. Dan Dong Baek mengancam akan membunuh Kepala Im. “Aku akan menambahkan tuntutan ancaman,” balasnya.

“Mengacaukan TKP adalah kejahatan!” kata Sun Mi, mengingatkan.
Kepala Im menatap Sun Mi dan menanyakan, dimana surat perintah Sun Mi. Dan Sun Mi tidak bisa menjawab, alasannya adalah dia tidak memilikinya.
“Jangan bangkit saja. Bawa mereka keluar,” perintah Kepala Im kepada para pengikutnya.




Dong Baek dan Sun Mi berusaha untuk melepaskan diri mereka dari pegangan para pengikut Kepala Im. Tapi sayangnya mereka tidak bisa. Makara dengan sangat menyedihkan, mereka hanya bisa melihat dikala petugas konstruksi memasukkan semen ke dalam ruang bawah tanah.
“Tidak!” teriak Sun Mi.


Kepala Im berterima kasih, alasannya Ki Dan telah memperlihatkan kesempatan untuk nya. Dan Ki Dan merasa puas mendengar itu. Dia menanyakan, berapa yang Kepala Im butuhkan untuk menuntaskan pekerjaan ini. Dan Kepala Im menjawab dengan percaya diri, ia menjawab uang muka lima dan lima lagi sehabis berhasil.
“Apa satuannya?” tanya Ki Dan, merasa ragu.
“Juta, tentu saja,” jawab Kepala Im.


Ki Dan merasa tarif yang Kepala Im ajukan termaksud tinggi. Dan mendengar itu, Kepala Im tertawa, lalu ia menjelaskan bahwa ini bukanlah problem kriminal biasa, tapi tuduhan pembunuhan. Jika Ki Dan ingin menabung untuk memasuki akhirat nanti, maka tidak apa- apa.
“Dahulu kau tidak terlalu tertarik dengan uang,” komentar Ki Dan.
“Saat kau tidak bisa naik lebih tinggi, hanya satu hal yang tersisa. Jika kau serahkan kepadaku, kau bisa hidup senang dengan tenang,” balas Kepala Im.
“Pengacara pembela terbaik sepanjang era,” puji Ki Dan. “Kita sepakati sembilan saja dikurangi perpuluhan,” katanya mencoba bernegosiasi. Dan Kepala Im oke.
“Kehidupan infinit,” seru mereka berdua dengan puas.

Didalam kendaraan beroda empat. Kepala Im tertawa senang, sehabis ia telah berhasil menuntaskan peran nya.


Didalam ruangan yang gelap. Seorang Ibu yang penuh dengan darah terkurung di dalam sebuah daerah kecil tanpa mampu bergerak. Didepannya ia melihat dan mendengar putranya menangis sambil memanggil- manggil. “Ibu… Ibu… Ibu…” panggil nya.
Namun Ibu tidak mampu perbuat apapun. Kemudian Ibu melihat sebuah terror, seseorang memegang palu besar dan seperti ingin memukul. Bang!!

Dong Baek terkejut dengan cahaya yang datang- tiba menyinari matanya. Dia segera menangkap tangan orang yang ada di hadapannya.
Dokter yang sedang memeriksa kondisi Dong Baek merasa terkejut sebab tindakan Dong Baek.


“Tenanglah, Baek. Kapten Koo membawamu kemari,” kata peneliti, memberitahu.
“Berapa usang aku pingsan?” tanya Dong Baek.
“Tiga jam?”
“Tapi di luar gelap,” komentar Dong Baek.
Peniliti menatap Dong Baek dengan heran. “Kamu terbangun dan pingsan lagi. Kamu tidak ingat?” tanyanya. Dan Dong Baek menatap resah padanya. “Kamu berdiri dan berjalan.”
“Apa yang kau…” kata Dong Baek, tidak mengerti.

Peneliti menujukkan video dikala Dong Baek bangkit dan berjalan sendiri. Dong Baek keluar dari kamar dan duduk terdiam ditangga selama satu jam hingga Dong Baek di temukan. Mengetahui hal tersebut, Dong Baek melepaskan infus di tangan nya.
“Ini dari gegar otak. Aku baik-baik saja kini,” kata Dong Baek, menjelaskan.
“Ini jauh lebih buruk daripada gegar otak. Kamu pingsan dikala memindai ingatan seseorang sebelumnya. Ada problem. Jangan memindai ingatan siapa pun hingga penyebabnya ditemukan,” kata peniliti, mengingatkan dengan tegas.
“Aku harus pergi.”


Saat Dong Baek baru saja ingin pergi, Se Hoong dan Kyung Tan datang menemuinya. Mereka berdua meminta maaf, alasannya adalah telah terlambat datang ke tempat insiden. Dan dengan lemas, Dong Baek duduk ditempat tidur kembali.
“Para penjaga melukai diri mereka dan mengklaim kau memukul mereka biar kamu tidak bisa melaporkan mereka,” kata Se Hoong, memberitahu berita buruk lainnya.
“Bahas pekerjaannya nanti,” kata peniliti, menegur Se Hoong dan Kyung Tan.

Sun Mi tiba ke kantor Shin Woong dan meminta untuk diberikan wewenang. Lalu ia akan menangkap Ki Dan. Mendengar itu, Shin Woong menghela nafas lelah, dan menanyakan pendapat Sun Mi, berdasarkan Sun Mi, apa peran polisi. Apakah untuk menghancurkan kejahatan.
“Kita harus menghancurkan mereka sebisa mungkin,” jawab Sun Mi.


“Itu masalahmu,” balas Shin Woong. “Kamu sakit. Karena kau tidak tahan dikala melihat orang jahat. Polisi ada untuk sedikit menyeimbangkan keadaan. Keseimbangan yang wajar antara kebaikan dan kejahatan. Dengan begitu, kau tidak akan sakit,” terperinci nya, menasehati.
Sun Mi tidak mengerti dengan maksud Shin Woong. Dan Shin Woong dengan tabah pun menjelaskan, menurutnya kini bukanlah waktu yang sempurna untuk menghancurkan Ki Dan. Mendengar itu, Sun Mi masih tidak mengerti, dengan perilaku keras kepala beliau tetap kekeh pada prinsipnya, ialah sebagai polisi beliau harus menahan pembunuh dan membawanya ke pengadilan.
“Sesulit itukah?” tanya Sun Mi kepada Shin Woong.
Dong Baek bersiap- siap untuk sidangnya.


Kyung Tan dan Se Hoong menunggu dibawah. Saat Dong Baek keluar, mereka menatapnya dengan tatapan simpati. Dan dengan lemas, Dong Baek masuk ke dalam kendaraan beroda empat.

“Itu disebut "sidang", tapi sesungguhnya perburuan. Tujuannya ialah mempermalukanmu daripada mengungkap kebenaran,” kata Se Hoong, memberitahu.
“Dia mungkin lebih muda darimu, tapi dengarkan ia,” kata Kyung Tan, menyarankan Dong Baek.
Se Hoong menyuruh Dong Baek untuk jangan mengaku bahwa Dong Baek ada membaca ingatan orang tanpa persetujuan. Jika tidak, maka Dong Baek akan mendapatkan hukuman.
“Jika aku menolak?” tanya Dong Baek, lemas.


“Mereka berencana memakai ini untuk meloloskan UU yang melarang pemindaian ingatan,” terang Se Hoong. Dan Kyung Tan sependapat dengannya.
“Kamu harus memohon semoga hakim berbelaskasihan di pengadilan,” terperinci Kyung Tan. “Bagaimana jika kamu kehilangan lencanamu alasannya adalah keras kepala? Kamu mau dikeluarkan dari kepolisian?”
“Mengubah risiko menjadi peluang. Mari gunakan peristiwa ini sebagai titik balik,” tambah Se Hoong.
“Lupakan yang lainnya. Memohon sajalah,” tambah Kyung Tan. “Memohon dan mintalah pada orang-orang berkuasa. Mengerti?” tanyanya. Dan Dong Baek diam, mengabaikan mereka berdua.

Diruang persidangan. Banyak wartawan yang berkumpul. Disana Dong Baek di tanya, apakah Dong Baek benar ada membaca ingatan seseorang tanpa persetujuan. Dan Dong Baek mengiyakan dengan jujur, ia ada membaca ingatan orang tanpa persetujuan.
“Pindaian tanpa surat perintah yaitu hal ilegal dan pelanggaran berat. Anda setuju?” tanya Jaksa.
“Ya,” jawab Dong Baek.

Para masyarakat yang menonton persidangan itu merasa ngeri. Mereka takut jika Dong Baek akan memindai ingatan mereka.
Ibu pembersih satu menonton info tersebut juga.
Ki Dan menonton dengan perasaan bahagia.

“Anda akan menuduh siapa pun atas kejahatan tanpa surat perintah dan hal-hal mirip itu?” tanya Jaksa.
“Tidak,” jawab Dong Baek.
“Anda yakin?”
“Ya, saya yakin. Mulai besok,” jawab Dong Baek.
Mendengar jawaban Dong Baek, ‘mulai besok’, semua orang merasa terkejut dan heran. Dong Baek tersenyum dan berdiri. Dia memberitahu semuanya bahwa masih ada peran yang harus di kerjakan nya hari ini. Lalu beliau mulai mengumumkan kejahatan Ki Dan.


“Saya tahu siapa Pembunuh Palu Cakar yang bergotong-royong,” kata Dong Baek. Dan para jaksa merasa panik. “Pembunuh memilih gadis bagus dan mensponsori mereka. Beberapa tahun kemudian, ia berbohong bahwa mereka menjadi jahat dan Han Man Pyeong menculik mereka.”
“Jaga verbal Anda!”

“Dia bilang mereka akan selamat,” kata Dong Baek, terus berbicara. “kalau mereka menerima tubuhnya. Dia memerkosa mereka dengan kejam. Dan balasannya, beliau menghantam mereka dengan palu cakar. Berulang kali sampai mereka mati.”
“Berhenti bicara!”

“Dia menyamarkan hasrat menjijikkannya sebagai evakuasi dari yang kuasa. Namanya ialah…” kata Dong Baek dengan balasan yang sengaja di gantung. Dan semua orang merasa panik.
Sun Mi menonton berita tersebut juga. Dia tampak tegang.

“Begitu menyebut namanya, Anda akan dipenjara!”
Walaupun diancam mirip itu, Dong Baek tetap berbicara, “Namanya ialah …”
“Diam!”
“Park Ki Dan,” kata Dong Baek. “Kalian semua tahu siapa dia! Dia pemimpin kultus populer, Park Ki Dan!” teriaknya, menegaskan.
Para masyarakat terkejut mengetahui berita mengejutkan tersebut.
Para petinggi dan jaksa marah kepada Dong Baek.
Para wartawan sibuk merekam.
Ibu pembersih satu terkejut menonton informasi tersebut.
“Dia gres saja menghunuskan pedang bermata dua,” gumam Sun Mi.
“Dasar…” umpat Ki Dan.

Dimedia. Para petinggi protes. Jika hukum ditegakkan dengan benar, maka semua ini tidak akan pernah terjadi. Maksudnya adalah Dong Baek sudah seharusnya dari dulu di tangkap. Sebab tindakan Dong Baek hari ini ialah ilegal.
Host acara menerima kabar dari headset yang di pakainya. Jadi alasannya adalah itu, ia pun menyela perkataan protes para petinggi dan mengakhiri acara isu. “Pendapat para panelis tidak berkaitan dengan perusahaan penyiaran,” jelasnya kepada masyarakat.

Sesampainya dikantor, Ji Eun terkejut melihat seluruh kantor sangat sibuk. Mereka sibuk dikarenakan banyak masyarakat yang murka dan mereka tidak berhenti menelpon.

Kepala Im mengadakan wawancara untuk melakukan penjelasan. “Kami akan mengajukan somasi pidana dan perdata. Kedua, Pak Park telah menetapkan untuk mundur dari jabatannya dan menjauh dari sorotan untuk sementara walaupun para penatua gereja berusaha menghentikannya. Dia juga memintaku memberi tahu masyarakat negara ini untuk mendoakan semoga kondisi jelek Detektif Dong dapat membaik,” katanya dengan perilaku seolah dia orang yang baik dan tulus.
Menonton info tersebut, seseorang melemparkan telur di TV nya.
Ji Eun dan para reporter yang lain melaksanakan siaran di depan gedung daerah tinggal Dong Baek. “Detektif Dong, yang biasanya tinggal di hotel, gres-gres ini pindah kembali ke tempatnya sendiri dan belum keluar sejak insiden itu.  Sementara itu, seruan untuk menghukum Park Ki Dan diunggah di situs web Rumah Biru. Hanya dalam beberapa jam, tiga juta orang menyukai unggahan itu. Itu menunjukkan tingkat partisipasi tertinggi. Pagi ini, kejaksaan mengumumkan planning mereka untuk meminta surat penangkapan untuk Detektif Dong. Tapi sepertinya mereka menetapkan untuk mundur alasannya adalah sentimen publik.”

Didalam apatermen. Dong Baek meremas rambutnya dengan sikap depresi. Kemudian ketika hpnya berbunyi, beliau pun mengangkatnya.

Sun Mi menanyakan dengan perhatian, apakah Dong Baek baik- baik saja. Dan dia juga mengucapkan terima kasih, sebab alasannya adalah tindakan Dong Baek, maka dia berhasil untuk menerima surat perintah. Kaprikornus beliau akan segera mencari bukti yang terkubur tersebut.

Mendengar itu, Dong Baek sama sekali tidak merasa bersemangat. “Mungkinkah itu?” tanyanya.
“Aku 99 persen yakin. Aku akan mendapatkannya selama kami tidak membuat kesalahan besar,” jawab Sun Mi dengan percaya diri.
“Tidak, bukan itu maksudku. Apa itu akan diakui sebagai bukti aturan?” tanya Dong Baek sambil mendengus geli.
“Itu mengandung DNA Park Ki Dan, jadi, sudah sewajarnya…”
“Di negara ini, logika sehat tidak berarti di pengadilan.”
Sun Mi heran mendengar perkataan Dong Baek. Sebab dahulu Dong Baek yaitu pria yang paling gegabah. Lalu ia pun mematikan telpon, alasannya ia berpikir Dong Baek butuh beristirahat.
Setelah telpon mati, Dong Baek tetap diam tanpa semangat.

Pagi hari. Inspektur A dan B datang ke kawasan Dong Baek. Dan karena panggilan mereka, maka diapun terbangun.

Para fans menunggu Dong Baek dengan bersemangat. Tapi Dong Baek diam tanpa ekspresi.
“Kita mau kemana?” tanya Dong Baek dengan serius.
“Kamu akan tahu saat kita datang.”


Sesampainya di daerah tujuan. Dong Baek terkejut melihat mayat Ki Dan. Sun Mi memberitahu Dong Baek bahwa Ki Dan dibunuh saat fajar.
Seseorang datang dengan membawa palu. Dia berjalan mendekati Ki Dan dan memukulnya.
“Aku ingin kamu melaksanakan sesuatu untukku,” kata Sun Mi. “Semua umat yang ada di sana tidak bisa ingat bagaimana Park Ki Dan dibunuh.”


“Kamu mencoba menghancurkan hidupku, bukan? Aku sudah hampir ditangkap,” balas Dong Baek dengan sikap malas dan tidak peduli.
“Ini permintaan resmi. Aku bahkan mendapat persetujuan tertulis,” balas Sun Mi.
“Ada banyak saksi! Kenapa kamu membutuhkanku…” 

Sun Mi mengabaikan penolakan Dong Baek dan menatap kedua inspektur. Mereka membawa Dong Baek untuk bertemu dengan semua orang disana. Dan setelah Dong Baek final menyentuh semua orang, dia terduduk dengan lemas.




“Tidak ada. Tidak ada di ingatan mereka,” kata Dong Baek dengan lemas. “Seolah-olah ada yang menghapus adegan maut Park Ki Dan dari ingatan mereka,” jelasnya, masih heran kenapa bisa begitu. Kepadahal ia melihat semuanya dengan terang di dalam ingatan Ki Dan.
Sun Mi terkejut mendengar itu.

Subscribe to receive free email updates: