Sinopsis K- Drama : Memorist Episode 5 Part 2
Original Network : tvN
"Semua abjad, organisasi, tempat, dan kejadian yakni fiktif”
Kyung Tan menceramahi Dong Baek, karena telah bersikap tidak sabaran. Seandainya Dong Baek bisa bersikap sopan dan sabar, maka Dong Baek mampu bekerja sama dalam masalah ini dan ini akan menjadi nilai yang bagus untuk sidang Dong Baek nantinya. Tapi Dong Baek sama sekali tidak peduli. Sebab ini bukanlah salah nya.
“Apa yang kamu teliti?” tanya Se Hoong, karena sedari tadi Dong Baek terus melihat hp saja. Dan Dong Baek menjawab artikel isu. “Berita apa?”
“Pelakunya menulis itu semoga kita teliti. Ada angka tertulis di koran dengan darah,” terang Dong Baek. Tapi Kyung Tan dan Se Hoong sama sekali tidak mengerti maksud nya. “Yeom Hwa Ran membaca koran bahasa Inggris. Tapi di samping tubuhnya ada koran acak. Kenapa? Karena itu umpan yang ditinggalkan pelakunya untuk kita.”
Jadi maksudnya, orang yang menulis angka di atas koran. Orang itu bukanlah Hwa Ran. Tapi Pembunuh nya. Itu ialah nomor penerbitan. Koran Harian Kyung Han yang sekarang yakni terbitan ke 22.000-an. Makara 16.669 yaitu koran terbirtan 20 tahun yang kemudian, 6 Oktober 2000. Angka 19 itu adalah nomor halaman nya.
Judul Artikel 6 Oktober 2000 hal. 19 "Wawancara Khusus dengan Profesor Nam Young Moon", "Sistem dukungan nasional diperlukan untuk korban kejahatan."
Setelah menjelaskan itu, Dong Baek tersenyum bangga dan masuk ke dalam kendaraan beroda empat. Kyung Tan dan Se Hoong merasa kagum kepadanya.
Sun Mi dan Inspektur A mengujungi tim forensik. Penyebab kematian Hwa Ran ialah alasannya keracunan metanol, tapi ada sesuatu di dalam perut Hwa Ran yang berat nya lebih dari 300 gram. Itu adalah beton.
“Kenapa beliau diberi makan ini?” tanya Inspektur A.
“Kamu yang harus mencari tahu itu,” jawab Ahli Forensik.
Dengan aib. “Aku ingin tau apakah beton bisa mempercepat keracunan metanol?” kata Inspektur A, membenarkan pertanyaannya.
“Kurasa tidak. Dia dipaksa memakan ini. Itu niscaya dendam. Mereka menyiksanya.”
Sun Mi hanya membisu saja sedari tadi. Jadi Inspektur A pun bertanya, ada apa, alasannya adalah Sun Mi tampak tidak nyaman. Dan Sun Mi tetap membisu. Inspektur B kemudian datang, beliau memberitahu mereka bahwa tes darah korban sudah keluar. Dan Sun Mi melihat datanya.
“Angka di koran ada di darah korban, tapi darah yang disemprot di ruangan milik pihak ketiga,” jelas Inspektur A.
“Pihak ketiga? Bukan darah Park Ki Dan?” tanya Inpektur A, heran.
“Itu disemprot sebelum Park Ki Dan tewas.”
“Kumpulkan semua orang pukul 8.00 besok. Aku akan pulang,” perintah Sun Mi dengan singkat. Kemudian beliau langsung pergi begitu saja.
Didalam kendaraan beroda empat. Kyung Tan memuji Dong Baek, alasannya walaupun Dong Baek tampak ndeso, tapi Dong Baek bias memikirkan hal- hal acak. Dan Se Hoong menebak, apakah Dong Baek memiliki sindrom savant. Yaitu seseorang yang menguasai bidang tertentu.
“Kamu menyebutku genius langka, bukan?” tanya Dong Baek, sangat gembira.
“Humph. Sayang sekali kamu sangat asing,” balas Se Hoong. “Kamu tidak sosial. Newton juga sama. Dia mengabaikan orang lain selain dirinya dan beliau selalu mengajak berkelahi,” jelasnya, sengaja mengejek Dong Baek.
“Menjadi genius itu sulit. Kita dikelilingi orang-orang tidak memiliki kegunaan yang tidak bisa melihat kebenaran di mana-mana. Ini sulit bagi kita,” balas Dong Baek. Dan Se Hoong merasa kagum kepadanya.
Kyung Tan menebak jikalau pembunuhan ini yaitu jebakan dari Pembunuh. Sebab yang meninggalkan bukti bukanlah korban, melainkan Pembunuh itu sendiri. Jadi ia bertanya- tanya, apakah ada final di teka- teki ini. Apakah si Pembunuh akan duduk dengan sabar selagi menunggu di tangkap. Dan Dong Baek menjawab tidak, ia menyebut Pembunuh sebagai Penyihir. Dan Se Hoong tidak mengerti, ‘Penyihir?’.
“Yang memancing dengan remah-remah,” jelas Dong Baek.
“Aku tahu jawabannya. "Hansel dan Gretel",” tebak Se Hoong.
“Kita lihat saja nanti. Akankah kita dimakan atau penyihir itu akan terbakar?” balas Dong Baek. Dan Kyung Tan tampak sependapat dengan nya.
Se Hoong menemukan video wawancara di Internet. Itu adalah video dokumenter yang ditayangkan dikala artikel koran di terbitkan.
Tidak ada santunan sedikitpun untuk korban kejahatan. Makara Prof. Nam menekankan penting nya sistem pemberian. Artinya, pemerintah harus menyediakan pemberian.
Prof. Nam menawarkan contoh korban: “Ini anak yang kehilangan ayahnya karena kejahatan. Ini acuan sempurna yang memberikan bahwa bukan hanya korban yang dipengaruhi oleh kejahatan. Untuk bawah umur, mereka menderita imbas samping yang parah. Ini bukan sesuatu yang bisa diatasi seseorang sendirian.”
Dong Baek, Kyung Tan, dan Se Hoong. Mereka mengunjungi rumah sakit untuk menemui Prof. Nam. Perawat yang berjaga di meja resepsionis, ia memuji jika ini ialah hari yang baik, sebab sudah selarut ini, Dong Baek datang dan bertanya kepadanya. Dia yakni fans Dong Baek dan beliau mendukung Dong Baek, beliau percaya Dong Baek tidak bersalah, tapi Anggota Kongres yang bersalah.
Mendengar itu, Dong Baek tersenyum pada si Perawat. Dan Kyung Tan serta Se Hoong merasa bahagia untuk Dong Baek.
Si Perawat membawa Dong Baek dan yang lainnya untuk menemui Prof. Nam. Tapi keadaan Prof. Nam tampak seperti orang linglung. Sehingga mereka agak ragu untuk bertanya.
Sun Mi pulang ke rumah dan membuka kulkasnya. Tapi isinya hanya ada air saja.
Sun Mi lalu duduk diruang tamu dan minum obat. Lalu dia membaca laporan data Hwa Ran, foto gambar Dong Baek, dan angka diatas koran. Dia berpikir keras.
Sun Mi kesannya mengerti maksud angka 16669- 19. Dia segera menghubungi rekannya untuk mencari tahu. Kemudian beliau memperhatikan lukisan Hwa Ran. Itu ialah lukisan yang sama dengan latar belakang Hwa Ran ketika berfoto di media sosial. Tapi lukisan tersebut dtempatkan di arah yang berbeda. Seperti sudah di putar.
Kyung Tan dan Se Hoong mencoba bertanya kepada Prof. Nam perihal wawancara 20 tahun yang kemudian. Tapi Prof. Nam hanya diam saja, mirip orang linglung. Dan Dong Baek pun mencoba mencari kesempatan untuk mampu menyentuh Prof. Nam. Dia berpura- pura menyuruh si Perawat untuk pergi mencarikan berita anak- anak Prof. Nam. Mengerti dengan maksud Dong Baek, maka Se Hoong pun segera mengajak si Perawat untuk keluar dari ruangan dan mencari data itu, dengan alasan ini yakni hal yang mendesak. Dengan bingung, si Perawat pun mengiyakan.
“Kami akan menanyai ia sekali lagi. Detektif Oh, tolong temani beliau,” kata Dong Baek. Dan Se Hoong mengiyakan sambil menarik si Perawat.
“Tapi aku harus tetap menemaninya… “ kata si Perawat.
“Jika kamu berfoto dengan Detektif Dong nanti untuk diunggah di internet, itu akan viral,” bujuk Se Hoong. Dan si Perawat pribadi termakan oleh bujukannya.
Sesudah si Perawat keluar dari ruangan, Dong Baek menyentuh tangan Prof. Nam. Tapi dia tidak bisa menemukan apapun didalam ingatannya. Makara untuk memancing ingatan Prof. Nam yang dulu, maka Dong Baek memperlihatkan video wawancara Prof. Nam 20 tahun yang kemudian.
Prof. Nam menonton video wawancara tersebut dan tampak sedikit bereaksi dari ekspresinya. “Parah …” gumam nya.
Memperhatikan ekspresi itu, Dong Baek menyentuh kembali tangan Prof. Nam dan mencoba untuk melihat ke dalam ingatannya.
Dalam wawancara. Prof. Nam menawarkan teladan salah satu anak korban yang sedang menggambar didalam ruangannya, “Ini anak yang kehilangan ayahnya karena kejahatan. Ini teladan tepat yang memberikan bahwa bukan hanya korban yang dipengaruhi oleh kejahatan.”
Anak Korban menggambar kunci lubang pintu dan didalamnya ada dua orang. Lalu setelah itu, ia menutup pendengaran nya dan bersembunyi di bersahabat sudut ruangan. “Tidak! Aku belum final menggambar…” katanya seperti sangat ketakutan.
Setelah melihat ingatan tersebut, Dong Baek tampak mirip sangat terkejut. “Sebuah gambar. Aku melihat bagan dari TKP. Gadis di dokumenter itu menciptakan gambar yang sama,” jelas nya.“Tepinya terlihat seperti. Semua bagan dari TKP pembunuhan digambar dalam batas tepi. Dan gadis itu menggambar hal yang sama. Itu bentuk vas.”
“Gadis dari 20 tahun kemudian yakni pembunuhnya?” tanya Kyung Tan. Dan Dong Baek juga tidak tahu.
“Aku melihat hal mengerikan. So Mi…” kata Prof. Nam, mulai berbicara. “Kim So Mi. Dia ada di sana ketika ayahnya dibunuh.”
“Apa yang terjadi padanya?” tanya Dong Baek.
“Saat serangan paniknya kumat, tubuhnya bergetar parah dan ia mengulangi doa yang sama. Doa malaikat pelindung. "Malaikat pelindung suci yang selalu melindungiku.", "Tuhan telah mengirimmu kepadaku.",” terang nya.
Anak Korban yang berjulukan Kim So Mi. Saat ketakutan ia akan mengucapkan doa. “Tuhan telah telah mengirimmu kepadaku. Tolong lindungi tubuhku dari mata pisau kejahatan dan tuntun aku keluar dari kegelapan mendalam dengan cahayamu dan membimbingku ke dalam kebaikan. Amin!”
Mendengar itu, Dong Baek dan Kyung Tan saling bertatapan.
Dong Baek dan Kyung Tan keluar dari ruangan. Mereka mengajak Se Hoong untuk segera pergi. Dan si Perawat merasa heran, karena keluarga Prof. Nam belum ada yang menjawab. Dengan kalem, Dong Baek memberitahu bahwa penyelidikan mereka sudah tamat dan ia berterima kasih atas kerjasama nya. Setelah menyampaikan itu, Dong Baek eksklusif pergi.
“Boleh aku berfoto?” tanya si Perawat, berharap. Tapi sayangnya, Dong Baek sudah keburu pergi.
Lim dan Woon Jang memperhatikan Dong Baek dari kejauhan secara diam- membisu. Dan Dong Baek merasakan keberadaan mereka berdua, tapi beliau hanya diam saja.
Dong Baek meminta kunci mobil kepada Se Hoong dan Se Hoong merasa heran, alasannya adalah kuncinya ada pada Dong Baek. Tapi anehnya, saat beliau mengatakan itu dan memasukkan tangannya ke dalam saku, dia menemukan kunci mobil memang ada padanya.
Saat akan membuka pintu kendaraan beroda empat. Dong Baek termangu. Dia memperhatikan lubang kunci pada mobil. “Sebuah lubang kunci. Garis tepi vas itu ialah lubang kunci,” gumamnya.
“Apa maksudmu?” tanya Kyung Tan, tidak mengerti.
“Dia melihat ayahnya tewas lewat sebuah lubang kunci,” terang Dong Baek. “Aku juga melihat lubang kunci itu,” gumamnya, tapi ia tidak ingat dimana.
“Di mana?” tanya Kyung Tan.
“Entahlah. Dari ingatan seseorang yang kubaca. Bawa ia dan pergilah ke RIU,” jelas Dong Baek dengan terburu- buru. Kemudian beliau pergi.
“Setidaknya beri tahu siapa beliau!” teriak Kyung Tan, memanggil.
“Kamu mau pergi ke mana sekarang tanpa kendaraan beroda empat?” tanya Se Hoong, berteriak.
“Aku punya mobil!” balas Dong Baek, berteriak.
Kyung Tan merasa kesal dan tidak puas. Sebab Dong Baek selalu meninggalkan bagian penting.
Lim menjelaskan kepada Woon Jang bahwa beliau akan mengikuti Dong Baek dan yang lainnya. Sementara Woon Jang harus masuk ke dalam dan mencari tahu apa yang Dong Baek serta yang lainnya lakukan. Namun disaat dia sedang menjelaskan itu, Dong Baek tiba berlari ke arah mereka. Dan tanpa mengatakan apapun, dia masuk ke dalam mobil mereka.
“Hei, Berandal!” hardik Lim. Tapi Dong Baek tidak peduli dan pribadi pergi. Dengan panik, Lim dan Woon Jang segera berlari mengejar nya.
Dong Baek menelpon seseorang, tapi tidak ada yang mengangkat. “Tolong jawab teleponnya.”
Dong Baek menelpon Sun Mi. Tapi Sun Mi sengaja tidak mengangkatnya. Dia tiba ke vila Hwa Ran sendirian.
Dong Baek merasa kesal karena Sun Mi tidak menjawab telponnya.
Sun Mi masuk ke dalam vila. Saat dia masuk semakin ke dalam, beliau menemukan beberapa cuilan kerikil kecil dilantai. Lalu beliau mendekati lukisan Hwa Ran yang berada di dinding. Dan dibelakang lukisan tersebut, dia menemukan dinding yang dilubangi sangat besar.
Sun Mi menghubungi rekannya. “Kirim pertolongan ke vila Yeom Hwa Ran kini.”
Sesudah bertelponan. Sun Mi mengeser lukisan tersebut. Dia mempersiapkan pistolnya dan masuk ke dalam ruangan di balik lubang tersebut.
Dong Baek menghubungi dan Seul Bi yang mengangkatnya. “Aku Detektif Dong Baek. Di mana Inspektur Senior Han?” tanyanya.
“Senior Han?”
“Cari tahu lokasinya. Dia dalam bahaya,” terang Dong Baek dengan buru- buru.
“Dia ada di TKP. Vila Yeom Hwa Ran.”
“Apa? Sial,” umpat Dong Baek. Kemudian dia langsung memutar balik mobilnya. “Kirimkan sumbangan kini,” perintahnya.
“Aku sudah mengirim ajakan tapi divisi terdekat masih berjarak 15 menit lagi…”
“Kirim semua orang kini! Itu perangkap!” bentak Dong Baek, tidak sabaran.
Penjelasan perihal vila tetangga Hwa Ran. “Pemilik yang pindah mengalami strok, jadi, daerah ini kosong selama lebih dari setahun.”
“Sial. Kenapa beliau ndeso sekali?” umpat Dong Baek kesal. “Tempat itu yakni perangkap.”
Sun Mi menemukan tanda panah merah yang mengarah ke sebuah pintu. Dan diapun mengintip ke dalam melalui lubang kunci pintu. Disana ia melihat ada dua orang yang sama persis seperti pada gambar. Dan melihat itu, dia merasa sangat terkejut sampai hampir mau muntah. Dia merasa sangat mual.
Setelah berhasil untuk menenangkan dirinya, Sun Mi membuka pintu tersebut dan masuk ke dalamnya. Dua orang yang dilihatnya adalah dua patung. Dan patung tersebut dibentuk dari mayit insan. Melihat itu, Sun Mi merasa sangat terkejut. Tangannya bergetar.
“Malaikat pelindung yang selalu melindungiku. Tuhan telah mengirimmu kepadaku,” kata Sun Mi mengucapkan Doa. Itu yaitu Doa yang sama mirip So Mi ucapkan saat ketakutan. “Tolong lindungi tubuhku dari mata pisau kejahatan dan tuntun saya keluar dari kegelapan mendalam dengan cahayamu. Amin,” katanya.
Sun Mi berbalik ke belakang, alasannya merasakan sesuatu.
Dong Baek dalam perjalanan menuju ke sana.
(Gambar kunci pintu yang digambar oleh anak Korban tersebut. Tampak sama mirip gambar yang digambar oleh Dong Baek di dinding rumah sakit. Coba perhatikan. Dan juga ternyata itu ialah gambar yang sama persis dengan gambar Hwa Ran).