Sinopsis K- Drama : Memorist Episode 6 Part 2


Original Network : tvN
"Semua aksara, organisasi, kawasan, dan insiden yakni fiktif”

Sung Dong menyambut Dong Baek dengan ramah, dia mengaku sebagai penggemar Dong Baek, sehingga karena itu ia menekan pegawai nya untuk merekam episode special mengenai Dong Baek. Mendengar itu, Dong Baek tertawa menanggapi, lalu beliau mengulurkan tangannya.
Tanpa sadar Sung Dong ingin menyalami tangan Dong Baek yang terulur, tapi lalu ia teringat kemampuan Dong Baek sehingga beliau pun tidak jadi bersalaman dan pribadi mempersilah kan Dong Baek untuk duduk saja. Dan Dong Baek tertawa menanggapi nya.


Sun Mi terus menatap Sung Dong. Saat menyadari itu, Sung Dong merasa canggung, dengan senyuman yang kaku ia mempersilahkan Sun Mi untuk duduk juga. Kemudian mereka pun mulai mengobrol.
“Kamu Inspektur Senior Han, bukan?” tanya Sung Dong.
“Aku Han Sun Mi,” jawab Sun Mi, membenarkan.

“Tentu saja, aku tahu siapa dirimu. Semua orang ingin merekrutmu karena kau berilmu memimpin. Kamu tertarik dengan politik?” tanya Sung Dong, lagi. Tampak ramah.
“Aku menyukai pekerjaanku kini,” balas Sun Mi sambil tersenyum ramah juga.
Dong Baek tidak mau berbasa- kedaluwarsa. Dia eksklusif menanyakan, apakah Sung Dong tahu jika Ki Dan tewas. Dan Sung Dong mengiyakan dengan alasan kalau ini ialah tugas media.
“Aku ingin tahu di mana info transparan soal pembunuhan itu,” terang Dong Baek dengan lebih jelas. Dan Sung Dong berpura- pura bodoh mirip tidak tahu.


“Kamu harus jujur alasannya kita masyarakat maju. Bersikaplah transparan,” kata Sun Mi sambil tersenyum memperhatikan reaksi Sung Dong. Dan Sung Dong menolak untuk memberitahu dengan alasan bila ini yakni belakang layar dagang. “Haruskah saya menebaknya?” tanyanya. Dan Sung Dong mengiyakan.
Tanpa berbasa- bau sama sekali, Sun Mi menyampaikan semua yang di ketahuinya. Ini bukanlah pertama kali nya Sung Dong menerima isu seperti ini. Karena info yang Sung Dong buat selama 20 tahun ini yakni hasil persekongkolan Sung Dong dengan si Pembunuh. Atau mungkin saja Sung Dong menyuruh si Komplotan untuk melaksanakan pembunuhan untuk mendapatkan isu ekslusif.


Sung Dong tertawa geli. “Imajinasimu sudah di luar kendali,” puji nya.
“Mengakulah sekarang,” tegas Sun Mi.
“Jika tidak jujur, kau akan ditangkap atas konspirasi untuk membunuh,” ancam Dong Baek.
Sung Dong sama sekali tidak takut ataupun merasa bersalah. Sebab menurutnya, sekalipun dia menerima isu, tapi ini tidak persoalan sama sekali. Sebab dia hanya pergi ke TKP setelah pembunuhan sudah terjadi. Dan Dong Baek mendesis kesal.

“Apa kamu bercanda?” tanya Dong Baek, mendesis.
“Jika kamu melaporkannya pada polisi, kita bisa menyelamatkan orang-orang yang dibunuh 20 tahun kemudian,” tambah Sun Mi dengan emosi.
Dan Sung Dong tertawa. “Polisi juga tahu. Kurasa kau ingin menggali gosip dengan mengancamku wacana periode laluku. Tapi kau salah paham. Jika kau mengekspos itu, dan bukan saya, kamulah yang akan terluka,” terang nya.


Dong Baek terkejut sebab ‘polisi sudah tahu’.  Sung Dong menjelaskan bahwa itu benar, polisi sudah tahu, tapi mereka menutupinya, alasannya adalah tidak ada polisi yang mau mengungkap kebenaran soal pembunuhan berantai yang tidak bisa mereka pecah kan. Sebab itu hanya akan merusak karier mereka sendiri. Kaprikornus menurutnya, dahulu dan bahkan sekarangpun, mirip itulah polisi.
“Beraninya kau ketika bersekongkol dengan pembunuh demi berita,” bentak Dong Baek, marah.
“Apa maksudmu "bersekongkol"? Sama sekali tidak. Pelakunya ingin dunia tahu. Bahwa beliau menyingkirkan orang-orang yang pantas mati,” balas Sung Dong dengan bangga. “Tapi saya tidak setuju. Tentu saja, itu akan menjadi isu yang elok jika kebenaran soal pembunuhan berantai kuungkap. Tapi saya memiliki jiwa seorang wartawan di dalam diriku. Tidak sepertimu, yang menutupi semua jikalau kamu gagal dipromosikan,” jelasnya.

“Jiwa seorang wartawan?” tanya Sun Mi dengan sinis. “Tidak. Kamu menunggu waktu yang sempurna untuk mengaitkannya dengan pembunuhan. Tapi polisi tahu dan rencanamu gagal.”
Sung Dong merasa malas untuk berbicara dengan Dong Baek dan Sun Mi lagi. Jadi diapun memanggil bawahannya untuk membawa mereka bedua keluar.
“Beri kami info wacana informan itu!” teriak Sun Mi.

“Beraninya kau menuntut berita wacana kisahku. Jika kau harus tahu, periksalah catatan dahulu. Aku yakin itu jauh lebih akurat daripada yang kalian pikirkan,” balas Sung Dong.
“Aku selalu ingin tahu apakah media sekotor ini alasannya adalah dunia, atau dunia menjadi sekotor ini karena media. Berkat dirimu, sekarang saya tahu jawabannya,” kata Sun Mi dengan ketus. Kemudian diapun pergi darisana. Dan Dong Baek mengikutinya.
"Gudang Dokumen"
Kyung Tan dan Se Hoong mencari- cari data dokumen di gudang. Setelah cukup usang mencari, Kyung Tan menelpon Dong Baek dan memberitahu kalau tidak ada catatan yang tersisa soal Kim So Mi dari 20 tahun kemudian.

“Lupakan catatannya. Siapa yang memimpin penyelidikan?” tanya Dong Baek. Lalu beliau memasang mode loudspeaker biar Sun Mi bisa mendengar juga.
“Pemimpin Kantor RIU Gyeonggi dikala itu yaitu Cheon Ki Soo, dan kami kenal satu sama lain. Dia kepala di kantor sentra sekarang. Kenapa?” jawab Kyung Tan, bertanya.
“Bukan beliau,” kata Sun Mi dengan pelan.


“Buatkan aku salinan daftar anggota tim investigasi,” perintah Dong Baek.
“Untuk apa itu?” tanya Kyung Tan, ingin tahu.
“Ah… Lakukan saja…” balas Dong Baek dengan bunyi keras.
“Aku bosmu, Berengsek!” balas Kyung Tan, berteriak. “Aku atasanmu yang mengawasimu. Beraninya kau memerintahku seperti anjing tanpa memberitahuku.”
“Kamu mulai lagi. Apa itu, pertengkaran kekasih?” komentar Se Hoong sambil tersenyum geli.


Dong Baek melunak. Dia membujuk Kyung Tan untuk membantunya, alasannya adalah ia punya pertanyaan untuk ditanyakan kepada para penyidik. Dan Kyung Tan setuju. Karena perkara ini sempat dialihkan ke Tim Investigasi Khusus, ia bertanya, apakah Dong Baek ingin daftar itu juga.
Mengetahui berita tersebut, Dong Baek sedikit terkejut alasannya adalah beliau tidak menyangka bila Tim Investigasi Khusus juga terlibat.

“Aku sudah menelepon Cheon Ki Soo. Karena hampir tidak ada catatan apa pun. Tapi dia terus menyebutkan Tim Investigasi Khusus. Katanya beliau tidak tahu alasannya adalah tidak memimpin lagi,” terperinci Kyung Tan.
“Bagaimana dengan catatan mereka?” tanya Dong Baek.
“Tidak ada apa-apa,” jawab Se Hoong.
“Tim Investigasi Khusus dibubarkan dan semua orang kembali ke kantor asalnya. Setelah menciptakan gudang ini, mereka bilang hanya ini yang tersisa. Entahlah. Mungkin mereka kekurangan gosip semenjak awal atau mereka kehilangan satu kotak penuh catatan. Itu sering terjadi dahulu,” jelas Kyung Tan.
Mendengar itu, Dong Baek merasa heran.


“Tidak ada catatan dari Tim Investigasi Khusus?” tanya Dong Baek, memastikan.
“Aku hanya menemukan beberapa catatan tidak berarti,” jawab Se Hoong.
“Penyelidik yang bertugas yaitu…” kata Kyung Tan, membacakan dokumen renta yang ditemukannya. “Wakil Kepala Lee.”
“Lee Shin Woong?” tanya Dong Baek, terkejut.
“Ya. Dia nomor dua dari Badan Kepolisian Nasional,” jawab Kyung Tan.
"Wakil Kepala Lee Shin Woong"


Didalam kendaraan beroda empat. Se Hoong bertanya dengan curiga, apakah mungkin Kyung Tan ada berhutang pada Dong Baek atau mungkin Dong Baek ada membaca ingatan Kyung Tan dan memanfaatkan kelemahan Kyung Tan. Sebab Kyung Tan sangat baik di dekat Dong Baek. Apa yang Dong Baek suruh, Kyung Tan akan pribadi melakukannya, mirip anjing yang mengibas kan ekornya pada saat mengejar bola tenis. Dan Kyung Tan menjawab bahwa mirip inilah perilaku seorang Komandan.
“Kini aku tahu seperti apa dirimu,” kata Se Hoong dengan sangat yakin. “Pelayan yang setia.”
“Tutup mulutmu sebelum aku mengusirmu dari kendaraan beroda empat,” bentak Kyung Tan.


Dong Baek memutuskan untuk memeriksa Shin Woong terlebih dahulu. Caranya mereka bisa mengonfrontasi nya atau membuntutinya secara membisu- diam. Dan Sun Mi merasa ragu.
“Wakil Kepala Lee memimpin Badan Intelijen Kepolisian mirip pasukan pribadinya,” kata Sun Mi, memberitahu. “Badan Intelijen Kepolisian punya lebih banyak koneksi daripada NIS. Setidaknya, di negara kita. Sebelum menerima kesempatan, kita akan tertangkap dahulu.”
“Lalu kita harus bagaimana?” tanya Dong Baek, bingung.
“Kita harus mencari cara. Meskipun kembali ke awal, kita punya petunjuk.”


Dong Baek merasa cukup stress. Sebab si Pembunuh berantai masih berkeliaran, jadi kapan mereka bisa mencari cara untuk menyelidiki Shin Woong dan menangkap pelakunya. Dengan tenang, Sun Mi hanya membisu saja dan membaca dokumen yang ada di tangannya.
“Kembali ke awal,” kata Dong Baek, datang- datang teringat sesuatu. “Kita lupa tentang awal. Awal kita mulai mengejar si Eksekutor. Kita punya saksi. Seorang saksi yang sudah pasti melihat si Eksekutor.”
“Itu…” kata Sun Mi, ragu.
“Benar. Kamu,” jawab Dong Baek.


“Ingatanku? Ingatanku sudah tercatat di sebuah dokumen. Tidak perlu memindai ingatanku,” balas Sun Mi, menolak. “Kamu tahu kenapa aku tidak memejamkan mataku dikala ayahku tewas? Aku ingin mengingatnya. Untuk mengingat setiap detail pemandangan mengerikan itu dan tidak pernah melupakannya,” terperinci nya dengan emosi.


“Aku tidak mampu melihatnya lagi. Keberanianmu dikala menawarkan menjabat tanganku. Bagaimana kalau kita periksa? Andai kamu melewatkan sesuatu. Inspektur Senior Han,” tantang Dong Baek. “Aku tahu kau benci memeriksa dengan kekuatan super. Kamu hanya percaya pada logika dan nalar. Tapi terkadang, kau harus mengikuti instingmu,” bujuk Sun Mi


Selama sesaat Sun Mi bengong, kemudian ia bertanya apa yang harus di lakukannya. Dan Dong Baek menjawab tidak ada. Kemudian beliau mendekati Sun Mi dan menyentuh bahunya.


Dong Baek masuk ke dalam ingatan Sun Mi dan melihat. Dia melihat Pembunuh menggunakan jaket hoodie hitam, Pembunuh menusuk Ayah So berkali- kali, setelah itu Pembunuh membuka hoodie yang menutupi wajah nya. Tepat disaat itu, petir menyambar.


“Topeng,” gumam Dong Baek. “Topeng silikon.”
“Dia sengaja menciptakan para saksi melihatnya. Sambil terus mengganti wajahnya,” kata Sun Mi, menebak. Dan Dong Baek mengiyakan.
“Kita harus mencari andal tata rias efek khusus dari periode itu.”


Sun Mi mulai mencari di dalam datanya, kemudian tiba- datang saja ia teringat sesuatu. “Kenapa Cho Sung Dong?” tanyanya dengan gundah. “Kenapa si pelaku hanya memberi tahu Cho Sung Dong? Sebagai eksekutor, beliau harus terus mempublikasikan pembunuhannya. Kalau begitu, seharusnya dia mencari wartawan lain. Tapi kenapa… Kenapa? Kenapa hanya Cho Sung Dong?”

“Tunggu sebentar. Tunggu…” pinta Dong Baek sambil menyelidiki semua data kembali. “Berita-informasi ini. Dia tidak sendirian,” katanya dengan yakin.
Dong Baek kembali memegang bahu Sun Mi untuk melihat ke dalam ingatannya.

So Mi gemetar melihat ke datangan Sung Dong di tengah hujan. Dia melangkah mundur secara perlahan. Kemudian dia jatuh pingsan.



Dibelakang Sung Dong. Seseorang bermantel hitam memotret kejadian itu.
Sun Mi balasannya tersadar. “Dia orangnya. Pria Kedua di TKP. Juru Kamera.”
“Benar,” kata Dong Baek.


Para rekan Sun Mi membacakan isu wacana Juru Kamera yang bekerja selama 2 tahun dengan Sung Dong. Dia bekerja di tim penata rias efek khusus dalam empat film sebelum itu. Dia berhenti bekerja setelah pindah ke Tiongkok. Dan ia baru kembali dua bulan lalu. Vila yang ditempatinya kini hanya 20 menit dari berjalan kaki ke vila Hwa Ran.

Dong Baek dan Sun Mi datang ke kawasan tinggal si Juru Kamera. Sesampainya disana, Sun Mi merasa ragu untuk memencet tombol bel. Kemudian tiba- tiba beliau merasakan sesuatu dan melihat ke arah sebelahnya. Melihat itu, Dong Baek pun ikut melihat ke arah sebelahnya.



Seseorang bermantel gelap berjalan mendekati Dong Baek dan Sun Mi. Saat orang tersebut semakin bersahabat, Dong Baek dan Sun Mi merasa gugup.

Subscribe to receive free email updates: