Sinopsis K- Drama : Memorist Episode 6 Part 1


Original Network : tvN
"Semua karakter, organisasi, kawasan, dan insiden yakni fiktif”

Ayah So Mi masuk ke dalam kamar So Mi dan melihat jika So Mi tidak ada di kawasan tidur. “Tok… Tok…” katanya di dekat pintu lemari. Dan So Mi membuka kan pintu baginya. Dibalik pintu lemari ada ruangan tersembunyi dan So Mi bersembunyi di dalam sana.
“Apa guntur itu menakutimu?” tanya Ayah So dengan lembut. Dan So Mi mengiyakan. “Tidak perlu ditakuti. Langit pamer karena memberi kita hujan,” terperinci nya.
“Pada hari Ibu meninggal, ada guntur juga. Sama dengan hari kita meninggalkan Ibu di rumah abu,” kata So Mi dengan nada duka.

Dengan lembut, Ayah So mengelus rambut So Mi. Dia memangku So Mi dipangkuan nya dan memeluk nya. So Mi merindukan Ibunya, dan Ayah So tahu itu. Dia mengajak So Mi untuk berdoa, mirip apa yang Ibu So Mi pernah ajarkan.
“Ibu malaikat pelindungmu, jadi, setiap kau kesulitan atau takut, kamu harus…” kata Ayah So. Dan So Mi menjawab berdoa. “Haruskah kita berdoa bersama?”
“Ya,” jawab So Mi. Lalu beliau pun melipat tangannya dan mulai berdoa.

"Tahun 2000, Olimpiade Matematika Internasional ke-41"
Didalam kelas. So Mi merasa sangat gugup sebelum tes dimulai, saking gugupnya dia merasa mual dan berlari keluar dari dalam kelas ke kamar mandi. Dia muntah disana. Setelah itu, dia mencuci muka nya dan berdoa.
Sebelum mengisi lembar balasan, So Mi berdoa lagi. Baru sehabis itu, beliau mulai mengisi lembar balasan ujiannya.

Saat pulang ke rumah, So Mi berteriak memanggil Ayahnya, tapi tidak ada balasan. Makara diapun masuk ke dalam tempat persembunyiannya. Dia menunjukkan medali emas yang didapatkan nya kepada Ibu. Dia tersenyum menatap foto Ibunya.
Setelah itu, So Mi merasa mulai mengantuk. Jadi diapun tidur sambil memeluk foto keluarganya.

Ketika terbangun, So Mi mendengar suara gila diluar pintu. Makara diapun mengintip dari lubang kunci. Dan beliau melihat Ayahnya dibunuh.


Pembunuh mengikat Ayah So dikursi dan menusuk nya berkali- kali. Guntur menyambar dari langit, membuat cahaya masuk ke dalam ruangan yang gelap. Dan So Mi melihat dibelakang telinga Pembunuh mirip ada bekas luka panjang.
So Mi merasa terkejut dan takut. Dia menutup mulutnya sendiri semoga tidak membuat bunyi. Dan didalam hatinya, ia berdoa.

Sun Mi merasakan ada sesuatu, jadi diapun eksklusif berbalik ke belakang dan mengarah kan senter serta pistolnya. Dan ternyata sesuatu itu ialah Dong Baek. Melihat kedatangan nya, dia merasa terkejut serta heran.
“Bagaimana kau tahu aku ada di sini?” tanya Sun Mi, curiga.

“Aku bergegas tiba sebab mengkhawatirkanmu,’ jawab Dong Baek. Dia masuk ke dalam ruangan dan melihat dua patung tersebut dengan lebih akrab.
“Ini peluru orisinil,” ancam Sun Mi. “Bagaimana kau tahu saya ada di sini?”
“Ruang kendali memberitahuku kamu berada di sini,” jawab Dong Baek.
Sun Mi merasa sangat curiga kepada Dong Baek, diapun bersiap untuk menembak. Dengan panik, Dong Baek segera menjelaskan bagaimana caranya ia bisa hingga ke sini. Dia menyebut nama Prof. Nam dan Kim So Mi. Mendengar itu, Sun Mi menatap gugup.

“Kim So Mi dari 20 tahun lalu mengganti namanya menjadi Han Sun Mi.”
“Kamu diam-diam membaca ingatanku,” tuduh Sun Mi sambil mengingat ketika beliau pernah menyentuh Dong Baek. “Kamu mengulangi adegan pembunuhan sesudah membacanya,” tebaknya, curiga. “Jelaskan.”
“Tenanglah,” pinta Dong Baek. “Saat saya memindai ingatan orang, saya tidak menyerap semuanya dengan sentuhan kecil tubuh kita. Saat kau memegangku, saya sangat fokus membaca ingatan Park Ki Dan sampai tidak membaca ingatanmu,” jelasnya. Namun Sun Mi sama sekali tidak percaya.

Dong Baek risikonya mengakui dengan jujur, dia ada melihat ingatan Sun Mi secara kurang jelas. Peristiwa draumatis yang terlihat terlebih dahulu. Tapi yang dilihatnya hanya gelap serta sesuatu yang berbentuk vas hitam. Namun setelah dia melihat ingatan Prof. Nam dan gambar So Mi, ketika itulah ia gres tahu kalau Sun Mi ialah So Mi.
Sun Mi masih tidak percaya. Sebab Pembunuh memainkan permainan memakai abad lalu nya, dan siapa yang bisa melaksanakan itu. Dong Baek membenarkan perkataan Sun Mi, Pembunuh memang sedang mempermalukan dan menantang Sun Mi. Tapi bukan hanya Sun Mi saja yang dipermalukan, tapi Pembunuh juga menghina kala lalu nya. Mendengar itu, Sun Mi tidak mengerti.

“Jika kamu tidak menjawab pertanyaanku, saya akan menarik pelatuk ini,” ancam Sun Mi.
“Lukisan palu cakar ini dikirim untuk Park Ki Dan. Entah apa kamu sudah dengar, tapi saya tidak mampu mengingat periode laluku,” terperinci Dong Baek sambil menunjuk kan foto lukisan tersebut kepada Sun Mi.
“Jangan berbasa-basi.”
“Aku hanya ingat satu hal. Dia seorang gadis. Dia sekarat. Itu sangat seperti dengan lukisan itu. Posisi pria yang diinjak oleh malaikat. Wajahnya. Raut wajah sedihnya. Dia mungkin ibuku. Dia mengejek satu-satunya ingatanku. Kita mempunyai musuh yang sama,” terperinci Dong Baek. Kemudian ia menurunkan kedua tangannya.
Mendengar kisah itu, Sun Mi pun tidak jadi untuk menembak Dong Baek.

Kyung Tan dan Se Hoong sampai divila Hwa Ran. Mereka ingin masuk dari pintu depan, tapi pintunya terkunci. Jadi mereka pun masuk melalui pintu yang berbeda.
Lim dan Woong Jang juga sampai di vila Hwa Ran.
Kyung Tan dan Se Hoong masuk ke dalam ruangan di belakang dinding.
Karena pintu depan tidak mampu dibuka, maka Lim pun menggunakan cara paksa untuk membukanya. Yaitu dengan merusak kuncinya.

Kyung Tan dan Se Hoong terlihat sangat terkejut dengan apa yang ada didepan mereka.
Lim dan Woon Jang  berhasil masuk ke dalam. Lim mengomel saat melihat Kyung Tan dan Se Hoong, beliau menanyakan kenapa mereka berdua tidak membuka pintu.
“Tetap di luar. Tim forensik harus datang lebih dahulu,” perintah Sun Mi, dikala melihat kedatangan mereka berempat.



“Apa itu jasad?” tanya Se Hoong.
“Itu insan?” tanya Kyung Tan, juga.
“Mereka adalah hasil kerja si pembunuh. Menilai luka di lengannya, mereka menyerang satu sama lain,” terang Dong Baek.

“Pembunuhnya mungkin menyampaikan satu-satunya penyintas akan diampuni,” tambah Sun Mi sambil membayangkan apa yang terjadi.

Tim polisi dan tim forensik tiba ke daerah insiden.
"Episode 6, Pria Kedua"

"Unit Investigasi Kepolisian Provinsi Gyeonggi, 2006"
So Mi dewasa tiba menemui seorang Detektif. Dia menawarkan data "Analisis Pembunuhan Kim Young Gook" yang dibentuk nya. Dia menjelaskan bahwa dengan ini dia memenuhi syarat di tambah beliau telah meraih magister dalam psikologi kriminal di AS. Usianya sekarang 17 tahun dalam usia korea.


Si Detektif membaca data yang dibuat oleh So Mi. “Jadi, siapa pembunuhnya?”
“Ada bekas luka di pendengaran kirinya,” jawab So Mi.
“Kamu sudah mengatakannya sejak usang.”
“Gunakan ini untuk melacaknya. Kamu akan menemukan pria dengan bekas luka itu,” jelas So Mi dengan tegas dan serius.


Dong Baek dan Sun Mi mengobrol berdua ditempat yang sepi. Dong Baek menanyai, kenapa kasus ini harus di sembunyikan. Dan Sun Mi menjawab bahwa Pembunuh ada di akrab mereka, Pembunuh yang membunuh orang renta mereka. Sebab bagaimana bisa Pembunuh mengetahui periode kemudian mereka secara tidak sengaja. Makara kemungkinan besar Pembunuh ada di dekat mereka.
“Kamu cukup berhati-hati,” komentar Dong Baek. “Tapi ini pembunuh yang sama dari 20 tahun kemudian. Mereka mampu saja menebak era lalumu lewat berkasmu, tapi tidak denganku. Tidak seorang pun tahu periode laluku,” terperinci Dong Baek.


“Tidak seorang pun?”
“Aku memberi tahu satu orang, tapi tetap dirahasiakan sampai tamat,” terperinci Dong Baek. Tapi beliau tidak mau memberitahu siapa, walaupun Sun Mi memaksa. Makara Sun Mi pun tidak bertanya lagi.


Walaupun perilaku Sun Mi agak menjengkel kan, tapi Dong Baek bersyukur sebab Sun Mi menghilangkannya dari daftar tersangka. Mendengar itu, Sun Mi bertanya dengan ketus, siapa yang mengatakan jika Dong Baek sudah dihilangkan dari daftar tersangka, menurutnya Dong Baek masih tersangka yang dicurigai.
“Maksudmu kau ingin bekerja sama dengan tersangka utama?” tanya Dong Baek, kesal.
Pastikan sahabat-temanmu di dekatmu dan musuhmu lebih bersahabat. Ini sesuatu yang kuyakini,” jelas Sun Mi. “Jangan lupa semua ini harus dirahasiakan diantara kita,” tegasnya.

Sun Mi membawa Dong Baek ke apatermennya. Dan disana Dong Baek memperhatikan seluruh kawasan Sun Mi dengan teliti. Di atas lemari kecil ada foto keluarga Sun Mi.
“Masuklah ke kamar ku,” panggil Sun Mi.
Didalam kamar. Dong Baek merasa kagum melihat semua yang tertempel di dinding. Sun Mi menjelaskan bahwa semua itu terkait perkara nya. Dia terus memperbaruinya selama 20 tahun terakhir.

So Mi dewasa kembali tiba menemui si Detektif. Dia ingin berbicara, tapi alasannya si Detektif sedang bertelponan, maka ia pun menunggu nya sampai selesai sambil terus mengikuti nya ke kantor.
Saat si Detektif sudah tamat bertelponan, ia menyuruh So Mi untuk pergi dan berguru saja. So Mi menolak sebab ia sudah masuk ke manajemen publik di Universitas Nasional Seoul. Lalu beliau menanyakan, apakah si Detektid sudah menilik tersangka yang dia sebutkan.

“Cukup!” hardik si Detektif. “Kamu tahu berapa kasus yang kami miliki? Banyak sekali penjahat yang harus kutangkap!” teriaknya.
“Tidak ada yang lebih penting daripada perkara pembunuhan!” balas So Mi, berteriak. “Tugaskan saja satu detektif. Jika kamu melakukannya, saya akan…” pinta So Mi. Tapi kemudian dia terdiam, karena ia melihat buku data nya terabaikan begitu saja di atas meja. Bahkan di jadikan sebagai ganjal mie.


Dengan kesal, So Mi mengambil kembali semua buku datanya. “Akan kulakukan sendiri. Aku sendiri yang akan membawa pembunuhnya ke sini!” teriak So Mi. Kemudian beliau eksklusif pergi.
“Dasar…” umpat si Detektif.

Dong Baek menanyakan, kenapa Pembunuh yang membunuh orang tua mereka kembali. Dan Sun Mi menjelaskan bahwa beliau lebih berfokus pada niat si Pembunuh. Pembunuhan berantai berbahaya bagi si Pembunuh. Namun si Pembunuh malah memakai jasad- jasad itu sebagai umpan dan mengejek kurun lalu mereka. Kaprikornus beliau ingin tahu, apa yang mampu di peroleh oleh si Pembunuh dengan mengejek mereka. Apakah si Pembunuh ingin memamerkan kejahatan tepat.

“Tunggu. Kurasa kamu salah memulainya,” komentar Dong Baek. “Orang asing tidak punya alasan.”
“Kamu hanya mempersulit penangkapan si pembunuh. Kita harus mengakui bahwa beliau melebihi kita barulah kita bisa menemukan kelemahannya,” terperinci Sun Mi.
“Ini masalahnya dengan pemrofil. Kamu lebih memuji penjahat itu dan memilih cara yang salah.”

“Pembunuh itu mengungkit pembunuhan 20 tahun kemudian. Kita akan berpura-pura ikut bermain sambil mencari kelemahannya,” tebak Sun Mi.
Tiba- datang Sun Mi mendapatkan video call dari rekannya dan diapun eksklusif menyuruh Dong Baek untuk jangan masuk ke dalam kamera.


Rekan A melaporkan kepada Sun Mi bahwa mereka memiliki gosip tentang korban. Kedua korban berusia 20 tahun-an. Ini berhubungan dengan masalah hukum ganda cowok. Enam tahun lalu, seorang gadis yatim piatu meninggal, ternyata pembunuhnya yakni gadis- gadis Sekolah Menengah Pertama. Para gadis itu mengujungi panti asuhan selama jam kerja sukarela sampai mereka membunuh gadis yatim piatu itu. Para gadis mengaku cemburu alasannya gebetan mereka baik kepada gadis yatim piatu itu. Karena para gadis tersebut masih Sekolah Menengah Pertama dan berusia 14 tahun, maka mereka tidak dieksekusi dengan alasan masih dibawah umur.

“Brengsek,” keluh Bong Kook.
“Dalam lima tahun, muncul sesuatu yang gres. Foto layar obrolan kedua pelaku tersebar,” kata Seul Bi, menjelaskan.
“Mereka mengejek mendiang anak itu. "Lucu sekali saat ia tewas"?” jelas Bong Kook sambil mendesis kesal untuk kedua gadis SMP tersebut.
Setelah chat tersebut tersebar, para masyarakat menuntut agar kedua gadis itu diadili. Tapi alasannya adalah larangan terhadap eksekusi ganda, maka tidak mampu. Kedua gadis itu kemudian balas menuntut pihak- pihak yang melawan mereka.

“Apa ini masuk akal?” keluh Dong Baek, berteriak. Dan Sun Mi eksklusif menatap agresif padanya. Sehingga Dong Baek pun pribadi melamun.

Rekan A merasa heran mendengar bunyi Dong Baek, jadi diapun bertanya, siapa yang ada disamping Sun Mi. Bong Kook juga mendengar suara Dong Baek, jadi dia ikut bertanya. Sun Mi mengabaikan mereka berdua. Dia meminta hasil autopsi.
“Seperti perkiraanmu, kami menganggap mereka menyerang satu sama lain,” kata Seul Bi, menjawab. Dan sehabis itu, Sun Mi pribadi mematikan video call.

Bong Kook tampaknya suka kepada Sun Mi. Sehingga beliau merasa kecewa dan khawatir dikala mendengar bunyi pria di erat Sun Mi barusan. Dan Rekan A serta Seul Bi menarik hati nya.
“Dengan kecantikan Inspektur Senior Han, niscaya para selebritas mengantre untuknya,” kata Seul Bi.
“Suaranya indah, bukan?” balas Rekan A.
“Suaranya seksi. Aku yakin beliau tampan,” jawab Seul Bi. Dan Bong Kook merasa patah hati.


Dong Baek mengomentara si Pembunuh sebagai psikopat baru. Karena menyingkirkan Iblis dengan cara yang jahat. Dan Sun Mi menjelaskan bahwa ini bukan yang pertama. 20 tahun kemudian juga ada masalah mirip itu, masalah pembunuhan eksekutor.
“Eksekutor?” tanya Dong Baek, tidak mengerti.

So Mi datang menemui wartawan bernama Cho Sung Dong, ia yakni wartawan yang menulis artikel info langsung tentang Ayahnya. So Mi meminta tunjangan Sun Dong untuk bantu menyelidiki sejumlah hal untuknya, alasannya adalah itu akan mempermudah dirinya untuk menemukan Pelaku. Tapi Sung Dong menolak dengan alasan beliau bukan detektif, melainkan wartawan.



“Jika kau melihat polanya, kemungkinan besar sama…” kata So Mi, memohon. Dia memberikan data laporan nya kepada Sung Dong.
“Berhentilah menggangguku, jikalau tidak…” balas Sung Dong sambil membuang semua buku data yang So Mi berikan ke lantai begitu saja.


Seorang rekan Sung Dong membujuk biar Sung Dong membantu saja So Mi, sebab So Mi hanya anak kecil. “Kamu tidak tahu siapa ayahnya? Dia merasa difitnah, tapi dia seharusnya aib,” teriak Sun Dong dengan sengaja.
“Dia bisa mendengarmu,” kata si Rekan, mengingatkan.
“Aku mengatakannya agar mampu didengar,” teriak Sung Dong. “Jika tahu perbuatan ayahnya, kenapa dia bersikap seperti ini?”
Mendengar itu, So Mi merasa murung. Tapi ia menguatkan dirinya sendiri dan berjalan pergi darisana.


So Mi kembali menemui si Detektif. Dia memberitahu si Detektif bahwa pelaku nya adalah Sung Dong. Sebab ada lima pembunuhan serupa lainnya. Orang yang dikritik dibunuh. Seperti "Kasus pembunuhan mutilasi Jeonnam".
“Komposisi gambar mereka tidak cocok. Pelakunya wanita paruh baya. Keduanya tidak tertangkap, tapi tidak ada persamaannya,” komentar si Detektif. “Astaga. Kamu tidak tahu apa-apa.”
“Ada kesamaan lain,” jelas So Mi. “Satu orang menulis semua berita eksklusif.”
“Cho Sung Dong? Itu tidak ada artinya. Itulah tugas jurnalis.”
“Dia yang tercepat. Dia selalu tiba di TKP lebih dahulu,” jelas So Mi dengan yakin.
“Dia jurnalis populer, jadi, beliau punya koneksi terbaik.”
“Tidak. Dia lebih cepat,” tekan So Mi.

Pada hari Ayah So meninggal, So Mi segera menelpon polisi. Lalu ia keluar dari rumah untuk menunggu mereka tiba.




Saat itu sedang hujan. Ketika So Mi keluar dari rumah, dia melihat Sung Dong berdiri didepan rumah nya dan tersenyum padanya. Melihat itu, So Mi merasa takut dan melangkah mundur. Lalu datang- tiba dia merasa lemas dan pingsan.


“Dia lebih cepat daripada mobil patroli yang dikirim,” jelas So Mi. “Aku masih terlalu muda untuk menyadarinya ketika itu.”
“Kamu bahkan masih muda sekarang,” balas si Detektif, tidak percaya.
“Itu tidak mungkin kecuali ia pelakunya,” tegas So Mi dengan yakin.

Sebelum So Mi pergi meninggalkan ruangan kerja Sung Dong. Dia tidak sengaja melihat luka dibelakang pendengaran Sung Dong. Luka yang sama dengan luka si Pembunuh yang di lihatnya.


“Eksekutor. Siapa yang menamainya?” tanya Dong Baek.
“Aku,” jawab Sun Mi. Dan Dong Baek memuji betapa pandainya Sun Mi membuat nama. “Dia mengeksekusi mereka yang pantas menjadi …” katanya, lalu dia berhenti, dikala ia sadar bahwa beliau hampir saja salah bicara. “Kecuali ayahmu.”
“Tidak, kau benar. Semua orang itu dikritik,” balas Sun Mi dengan hening.

Sun Mi kemudian membahas kasus yang sudah diselidikinya. Kasus pertama pada tahun 1999, dijalur pendakian. "Pusat Kesejahteraan Suster". Mereka menculik dan membunuh orang untuk mendapatkan dana dukungan. Itu sentra kesejahteraan jahat.
“Bukankah mereka dinyatakan bersalah pada tahun 1999?” tanya Dong Baek.
“Hukuman mereka tidak sesuai. Mereka dibebaskan sehabis dua tahun.”


Dong Baek merasa heran, kenapa ‘mereka’ hanya di penjara dua tahun, kepadahal telah membunuh ratusan orang. Dan Sun Mi menjawab bahwa itu karena, saat itu mereka di kuasai rezim militer. Dan Dong Baek merasa itu tidak adil, karena seharus nya ‘mereka’ dibunuh.
“Ini rusak parah,” jelas Sun Mi sambil menawarkan sebuah gambar. “Maksudku jejaknya. Aku mengaitkan masalah-masalah ini bukan alasannya adalah niat pembunuhan, melainkan dari metode pembunuhan.”
“Metode?”
“Korban dieksekusi saat masih hidup. Untuk waktu yang lama hingga mereka mengembuskan napas terakhirnya. Batas waktu penuntutan sudah lewat, jadi, korbannya tidak dipenjara, tapi mereka dimutilasi hidup-hidup. Mereka dipotong menjadi 13 bagian yang sesuai jumlah pembunuhan,” jelas Sun Mi.
“Teliti sekali.”
“Sama dengan mereka semua. Mereka disiksa dengan kejam hingga mati,” terang Sun Mi.


Dong Baek tidak mengerti, kenapa ini tidak berkaitan dengan masalah pembunuhan berantai. Dan Sun Mi menjawab bahwa itu karena komposisi gambar tersangka nya berbeda. Ada saksi untuk tiga masalah dari enam kasus yang ada, saksi pertama adalah seorang pria renta.



Saksi kedua. Untuk perkara di Jeonnam, seorang wanita berusia 50 tahun-an yang terekam kamera.
“Bagaimana dengan yang ketiga?” tanya Dong Baek.
“Aku saksinya,” jawab Sun Mi.
Mendengar itu, Dong Baek menatap terkejut ke arah Sun Mi.
Dengan damai, Sun Mi memberitahu. Ayahnya meninggal dengan cara di tikam dimana- mana, kecuali area vitalnya. Ayahnya di tikam 17 kali. Itu jumlah orang yang tewas karena Ayah nya, baik pribadi maupun tidak pribadi.
“Apa kesimpulannya setelah mengejarnya selama 20 tahun?” tanya Dong Baek.
So Mi ingin melihat proses Introgasi Sung Dong. Tapi si Detektif tidak mengizinkannya dan menyuruhnya untuk keluar dari ruangan saja.


So Mi menunggu dengan gugup di luar ruangan introgasi. Kemudian sesudah cukup lama, Sung Dong keluar dan menghampirinya.
“Kamu memang hebat, ya? Ini menghibur,” kata Sung Dong, memuji.


Si Detektif keluar dari ruangan introgasi dan memarahi So Mi dikarenakan telah membodohinya. So Mi merasa gundah ada apa.
“Dia punya alibi. Dia bersama orang lain saat ayahmu dibunuh,” jelas si Detektif, murka.
“Alibi tidak penting. Dia mungkin punya komplotan biar mampu menulis langsung,” balas So Mi.
So Mi masih tidak percaya dengan akhirnya. Dia yakin jika Sung Dong adalah pembunuh Ayahnya. Dia menanyakan tentang komplotan Sung Dong. Dan si Detektif menjawab bahwa dia sudah menilik semua catatan panggilan Sung Dong dan melacak pergerakan Sung Dong. Lalu untuk bekas luka dibelakang indera pendengaran, Sung Dong mendapatkan itu ketika melaksanakan wajib militer dan ia sudah menyelidiki rekam medis nya.

Dong Baek mengenal Sun Mi dengan baik, beliau yakin jika Sun Mi pasti tidak akan mengalah semudah itu. Dan Sun Mi menjawab bahwa ia yakin mungkin ada tipuan, tapi semua hasil kerjanya sia- sia. Dia meneliti semua kemungkinan yang ada, tapi beliau selalu kembali ke awal.
“Bagaimana jikalau tipuan itu kekuatan super?” tanya Dong Baek, menebak. “Bagaimana bila Cho atau orang lain bisa memanipulasi ingatan seperti yang terjadi di TKP pembunuhan Park Ki Dan?” tanyanya.
“Mereka menggunakan gas tidur,” balas Sun Mi.

“Menurutku lebih seperti trik. Bahkan penjaga di luar kehilangan ingatan mereka,” terang Dong Baek. “Atau bagaimana kalau ini bukan kejahatan yang disebabkan oleh kekuatan super?”
“Kalau begitu, pasti orang yang mampu melihat semua berkat sumber daya yang besar,” jawab Sun Mi.
“Itu mungkin juga seseorang di kepolisian. Eksekutor dari 20 tahun kemudian…” tebak Dong Baek. “Menurutmu kenapa ia berhenti membunuh dan menghilang?’ tanyanya.
“Bagaimanapun, beliau kembali,” balas Sun Mi.

Dong Baek terkejut mengetahui itu. Dan Sun Mi memperlihatkan video rekaman CCTV di dekat vila Hwa Ran yang di miliki nya. Video ini dibentuk alasannya biasa nya Pelaku selalu kembali ke TKP. Dan Dong Baek menonton video tersebut dengan sangat fokus, namun tidak ada sesuatu yang mencurigakan.
“Tamu tidak diundang yang berbeda,” kata Sun Mi, menunjukkan petunjuk. Dan alhasil Dong Baek melihat apa yang dimaksud oleh Sun Mi.
“Ini van siaran. Sebuah van siaran tiba sebelum garis polisi dipasang,” gumam Dong Baek.
“Itu pengulangan hal yang sama persis. Ini teladan yang sama dari 20 tahun kemudian,” jelas Sun Mi.


Dikantor TVC. Sun Mi dan Dong Baek menemui Ji Eun dan kedua rekannya yang mempunyai otoritas lebih tinggi untuk memutuskan sesuatu. Sun Mi bertanya tentang van yang berada di lokasi kejadian dengan sikap santai. Dan Rekan 1 (Wanita) menjawab bahwa van siaran sudah siap keluar bila terjadi sesuatu, jadi itu bukanlah sesuatu yang aneh.
“Kalian sulit mengerti atau bersikap seakan-akan tidak mengerti?” tanya Dong Baek.
“Kami ditugaskan ketika sebuah kasus terjadi,” jawab Rekan 1 dengan sikap tenang. Dan Dong Baek merasa lucu mendengar jawaban itu.


“Aku menanyakan bagaimana kalian tahu ihwal masalah itu,” tanya Sun Mi.
“Anehkah jika seorang wartawan menilik sebuah kasus?” jawab Rekan 2 (Pria).

“Tentu saja, saat kamu lebih cepat daripada polisi. Selain itu, itu sudah berulang kali terjadi. Kamu lebih cepat daripada polisi yang eksklusif dikerahkan. Dari mana kamu menerima informasi itu?” tanya Dong Baek sambil memperlihatkan foto bukti rekaman yang ada.

Melihat foto tersebut, Ji Eun menatap gila kepada kedua rekannya yang tampak sangat gugup. Rekan 1 menjelaskan bahwa mereka menerima laporan anonim. Meskipun tidak tahu siapa ‘ia’, namun mereka berhak melindungi sumber mereka.


“Pernahkah terpikir oleh kalian bahwa wartawan anonim itu mungkin pembunuhnya?” tanya Dong Baek.
“Kami menyelidiki faktanya,” jawab Rekan 2, merasa tidak bersalah. “Kami memeriksa faktanya. Kami tidak yakin seberapa kredibel laporannya.”
“Kamu mengirim van siaran padahal belum memeriksa faktanya?” tanya Dong Baek, menjebak.


Malas berbasa- kedaluwarsa lebih lama, Rekan 1 pribadi menanyakan, apa yang mereka inginkan. Dan Sun Mi menjawab bahwa ia ingin tahu siapa sumber informa nya. Dan Rekan 1 langsung menolak.
“Itu laporan internal, bukan?” tanya Sun Mi, menebak.

“Mereka niscaya menerimanya dari petinggi,” kata Dong Baek, ikut menebak.
“Dari paling atas. Presdir,” kata Sun Mi dengan yakin sambil memperhatikan sikap Rekan 1 dan 2.

Ji Eun menatap aneh kedua rekannya yang termenung dan tampak sangat gugup.

Dong Baek dan Sun Mi tersenyum puas melihat reaksi rekan 1 dan 2.

Dong Baek dan Sun Mi di bawa ke kantor Presdir. Tapi dari sekian banyak orang yang ikut, hanya Dong Baek dan Sun Mi yang di persilahkan untuk masuk ke dalam.

Presdir dari TCV yakni Cho Sung Dong. Melihat dia, Sun Mi merasa terkejut dan gugup.

Subscribe to receive free email updates: