Sinopsis K- Drama : Memorist Episode 6 Part 1
Original Network : tvN
"Semua karakter, organisasi, kawasan, dan insiden yakni fiktif”
Ayah So Mi masuk ke dalam kamar So Mi dan melihat jika So Mi tidak ada di kawasan tidur. “Tok… Tok…” katanya di dekat pintu lemari. Dan So Mi membuka kan pintu baginya. Dibalik pintu lemari ada ruangan tersembunyi dan So Mi bersembunyi di dalam sana.
“Apa guntur itu menakutimu?” tanya Ayah So dengan lembut. Dan So Mi mengiyakan. “Tidak perlu ditakuti. Langit pamer karena memberi kita hujan,” terperinci nya.
“Pada hari Ibu meninggal, ada guntur juga. Sama dengan hari kita meninggalkan Ibu di rumah abu,” kata So Mi dengan nada duka.
Dengan lembut, Ayah So mengelus rambut So Mi. Dia memangku So Mi dipangkuan nya dan memeluk nya. So Mi merindukan Ibunya, dan Ayah So tahu itu. Dia mengajak So Mi untuk berdoa, mirip apa yang Ibu So Mi pernah ajarkan.
“Ibu malaikat pelindungmu, jadi, setiap kau kesulitan atau takut, kamu harus…” kata Ayah So. Dan So Mi menjawab berdoa. “Haruskah kita berdoa bersama?”
“Ya,” jawab So Mi. Lalu beliau pun melipat tangannya dan mulai berdoa.
"Tahun 2000, Olimpiade Matematika Internasional ke-41"
Didalam kelas. So Mi merasa sangat gugup sebelum tes dimulai, saking gugupnya dia merasa mual dan berlari keluar dari dalam kelas ke kamar mandi. Dia muntah disana. Setelah itu, dia mencuci muka nya dan berdoa.
Sebelum mengisi lembar balasan, So Mi berdoa lagi. Baru sehabis itu, beliau mulai mengisi lembar balasan ujiannya.
Saat pulang ke rumah, So Mi berteriak memanggil Ayahnya, tapi tidak ada balasan. Makara diapun masuk ke dalam tempat persembunyiannya. Dia menunjukkan medali emas yang didapatkan nya kepada Ibu. Dia tersenyum menatap foto Ibunya.
Setelah itu, So Mi merasa mulai mengantuk. Jadi diapun tidur sambil memeluk foto keluarganya.
Ketika terbangun, So Mi mendengar suara gila diluar pintu. Makara diapun mengintip dari lubang kunci. Dan beliau melihat Ayahnya dibunuh.
Pembunuh mengikat Ayah So dikursi dan menusuk nya berkali- kali. Guntur menyambar dari langit, membuat cahaya masuk ke dalam ruangan yang gelap. Dan So Mi melihat dibelakang telinga Pembunuh mirip ada bekas luka panjang.
So Mi merasa terkejut dan takut. Dia menutup mulutnya sendiri semoga tidak membuat bunyi. Dan didalam hatinya, ia berdoa.
Sun Mi merasakan ada sesuatu, jadi diapun eksklusif berbalik ke belakang dan mengarah kan senter serta pistolnya. Dan ternyata sesuatu itu ialah Dong Baek. Melihat kedatangan nya, dia merasa terkejut serta heran.
“Bagaimana kau tahu aku ada di sini?” tanya Sun Mi, curiga.
“Aku bergegas tiba sebab mengkhawatirkanmu,’ jawab Dong Baek. Dia masuk ke dalam ruangan dan melihat dua patung tersebut dengan lebih akrab.
“Ini peluru orisinil,” ancam Sun Mi. “Bagaimana kau tahu saya ada di sini?”
“Ruang kendali memberitahuku kamu berada di sini,” jawab Dong Baek.
Sun Mi merasa sangat curiga kepada Dong Baek, diapun bersiap untuk menembak. Dengan panik, Dong Baek segera menjelaskan bagaimana caranya ia bisa hingga ke sini. Dia menyebut nama Prof. Nam dan Kim So Mi. Mendengar itu, Sun Mi menatap gugup.
“Kim So Mi dari 20 tahun lalu mengganti namanya menjadi Han Sun Mi.”
“Kamu diam-diam membaca ingatanku,” tuduh Sun Mi sambil mengingat ketika beliau pernah menyentuh Dong Baek. “Kamu mengulangi adegan pembunuhan sesudah membacanya,” tebaknya, curiga. “Jelaskan.”
“Tenanglah,” pinta Dong Baek. “Saat saya memindai ingatan orang, saya tidak menyerap semuanya dengan sentuhan kecil tubuh kita. Saat kau memegangku, saya sangat fokus membaca ingatan Park Ki Dan sampai tidak membaca ingatanmu,” jelasnya. Namun Sun Mi sama sekali tidak percaya.
Sun Mi masih tidak percaya. Sebab Pembunuh memainkan permainan memakai abad lalu nya, dan siapa yang bisa melaksanakan itu. Dong Baek membenarkan perkataan Sun Mi, Pembunuh memang sedang mempermalukan dan menantang Sun Mi. Tapi bukan hanya Sun Mi saja yang dipermalukan, tapi Pembunuh juga menghina kala lalu nya. Mendengar itu, Sun Mi tidak mengerti.
“Lukisan palu cakar ini dikirim untuk Park Ki Dan. Entah apa kamu sudah dengar, tapi saya tidak mampu mengingat periode laluku,” terperinci Dong Baek sambil menunjuk kan foto lukisan tersebut kepada Sun Mi.
“Jangan berbasa-basi.”
“Aku hanya ingat satu hal. Dia seorang gadis. Dia sekarat. Itu sangat seperti dengan lukisan itu. Posisi pria yang diinjak oleh malaikat. Wajahnya. Raut wajah sedihnya. Dia mungkin ibuku. Dia mengejek satu-satunya ingatanku. Kita mempunyai musuh yang sama,” terperinci Dong Baek. Kemudian ia menurunkan kedua tangannya.
Mendengar kisah itu, Sun Mi pun tidak jadi untuk menembak Dong Baek.
Lim dan Woon Jang berhasil masuk ke dalam. Lim mengomel saat melihat Kyung Tan dan Se Hoong, beliau menanyakan kenapa mereka berdua tidak membuka pintu.
“Tetap di luar. Tim forensik harus datang lebih dahulu,” perintah Sun Mi, dikala melihat kedatangan mereka berempat.
“Itu insan?” tanya Kyung Tan, juga.
“Mereka adalah hasil kerja si pembunuh. Menilai luka di lengannya, mereka menyerang satu sama lain,” terang Dong Baek.
"Episode 6, Pria Kedua"
So Mi dewasa tiba menemui seorang Detektif. Dia menawarkan data "Analisis Pembunuhan Kim Young Gook" yang dibentuk nya. Dia menjelaskan bahwa dengan ini dia memenuhi syarat di tambah beliau telah meraih magister dalam psikologi kriminal di AS. Usianya sekarang 17 tahun dalam usia korea.
“Ada bekas luka di pendengaran kirinya,” jawab So Mi.
“Kamu sudah mengatakannya sejak usang.”
“Gunakan ini untuk melacaknya. Kamu akan menemukan pria dengan bekas luka itu,” jelas So Mi dengan tegas dan serius.
“Kamu cukup berhati-hati,” komentar Dong Baek. “Tapi ini pembunuh yang sama dari 20 tahun kemudian. Mereka mampu saja menebak era lalumu lewat berkasmu, tapi tidak denganku. Tidak seorang pun tahu periode laluku,” terperinci Dong Baek.
“Aku memberi tahu satu orang, tapi tetap dirahasiakan sampai tamat,” terperinci Dong Baek. Tapi beliau tidak mau memberitahu siapa, walaupun Sun Mi memaksa. Makara Sun Mi pun tidak bertanya lagi.
“Maksudmu kau ingin bekerja sama dengan tersangka utama?” tanya Dong Baek, kesal.
“Pastikan sahabat-temanmu di dekatmu dan musuhmu lebih bersahabat. Ini sesuatu yang kuyakini,” jelas Sun Mi. “Jangan lupa semua ini harus dirahasiakan diantara kita,” tegasnya.
“Masuklah ke kamar ku,” panggil Sun Mi.
Saat si Detektif sudah tamat bertelponan, ia menyuruh So Mi untuk pergi dan berguru saja. So Mi menolak sebab ia sudah masuk ke manajemen publik di Universitas Nasional Seoul. Lalu beliau menanyakan, apakah si Detektid sudah menilik tersangka yang dia sebutkan.
“Tidak ada yang lebih penting daripada perkara pembunuhan!” balas So Mi, berteriak. “Tugaskan saja satu detektif. Jika kamu melakukannya, saya akan…” pinta So Mi. Tapi kemudian dia terdiam, karena ia melihat buku data nya terabaikan begitu saja di atas meja. Bahkan di jadikan sebagai ganjal mie.
“Dasar…” umpat si Detektif.
“Kamu hanya mempersulit penangkapan si pembunuh. Kita harus mengakui bahwa beliau melebihi kita barulah kita bisa menemukan kelemahannya,” terperinci Sun Mi.
“Ini masalahnya dengan pemrofil. Kamu lebih memuji penjahat itu dan memilih cara yang salah.”
Tiba- datang Sun Mi mendapatkan video call dari rekannya dan diapun eksklusif menyuruh Dong Baek untuk jangan masuk ke dalam kamera.
“Dalam lima tahun, muncul sesuatu yang gres. Foto layar obrolan kedua pelaku tersebar,” kata Seul Bi, menjelaskan.
“Mereka mengejek mendiang anak itu. "Lucu sekali saat ia tewas"?” jelas Bong Kook sambil mendesis kesal untuk kedua gadis SMP tersebut.
Setelah chat tersebut tersebar, para masyarakat menuntut agar kedua gadis itu diadili. Tapi alasannya adalah larangan terhadap eksekusi ganda, maka tidak mampu. Kedua gadis itu kemudian balas menuntut pihak- pihak yang melawan mereka.
“Seperti perkiraanmu, kami menganggap mereka menyerang satu sama lain,” kata Seul Bi, menjawab. Dan sehabis itu, Sun Mi pribadi mematikan video call.
“Dengan kecantikan Inspektur Senior Han, niscaya para selebritas mengantre untuknya,” kata Seul Bi.
“Suaranya indah, bukan?” balas Rekan A.
“Suaranya seksi. Aku yakin beliau tampan,” jawab Seul Bi. Dan Bong Kook merasa patah hati.
“Eksekutor?” tanya Dong Baek, tidak mengerti.
“Berhentilah menggangguku, jikalau tidak…” balas Sung Dong sambil membuang semua buku data yang So Mi berikan ke lantai begitu saja.
“Dia bisa mendengarmu,” kata si Rekan, mengingatkan.
“Aku mengatakannya agar mampu didengar,” teriak Sung Dong. “Jika tahu perbuatan ayahnya, kenapa dia bersikap seperti ini?”
Mendengar itu, So Mi merasa murung. Tapi ia menguatkan dirinya sendiri dan berjalan pergi darisana.
“Komposisi gambar mereka tidak cocok. Pelakunya wanita paruh baya. Keduanya tidak tertangkap, tapi tidak ada persamaannya,” komentar si Detektif. “Astaga. Kamu tidak tahu apa-apa.”
“Ada kesamaan lain,” jelas So Mi. “Satu orang menulis semua berita eksklusif.”
“Cho Sung Dong? Itu tidak ada artinya. Itulah tugas jurnalis.”
“Dia yang tercepat. Dia selalu tiba di TKP lebih dahulu,” jelas So Mi dengan yakin.
“Dia jurnalis populer, jadi, beliau punya koneksi terbaik.”
“Tidak. Dia lebih cepat,” tekan So Mi.
“Kamu bahkan masih muda sekarang,” balas si Detektif, tidak percaya.
“Itu tidak mungkin kecuali ia pelakunya,” tegas So Mi dengan yakin.
“Aku,” jawab Sun Mi. Dan Dong Baek memuji betapa pandainya Sun Mi membuat nama. “Dia mengeksekusi mereka yang pantas menjadi …” katanya, lalu dia berhenti, dikala ia sadar bahwa beliau hampir saja salah bicara. “Kecuali ayahmu.”
“Tidak, kau benar. Semua orang itu dikritik,” balas Sun Mi dengan hening.
“Bukankah mereka dinyatakan bersalah pada tahun 1999?” tanya Dong Baek.
“Hukuman mereka tidak sesuai. Mereka dibebaskan sehabis dua tahun.”
“Ini rusak parah,” jelas Sun Mi sambil menawarkan sebuah gambar. “Maksudku jejaknya. Aku mengaitkan masalah-masalah ini bukan alasannya adalah niat pembunuhan, melainkan dari metode pembunuhan.”
“Teliti sekali.”
“Sama dengan mereka semua. Mereka disiksa dengan kejam hingga mati,” terang Sun Mi.
“Bagaimana dengan yang ketiga?” tanya Dong Baek.
“Aku saksinya,” jawab Sun Mi.
Mendengar itu, Dong Baek menatap terkejut ke arah Sun Mi.
Dengan damai, Sun Mi memberitahu. Ayahnya meninggal dengan cara di tikam dimana- mana, kecuali area vitalnya. Ayahnya di tikam 17 kali. Itu jumlah orang yang tewas karena Ayah nya, baik pribadi maupun tidak pribadi.
“Apa kesimpulannya setelah mengejarnya selama 20 tahun?” tanya Dong Baek.
“Kamu memang hebat, ya? Ini menghibur,” kata Sung Dong, memuji.
“Dia punya alibi. Dia bersama orang lain saat ayahmu dibunuh,” jelas si Detektif, murka.
“Alibi tidak penting. Dia mungkin punya komplotan biar mampu menulis langsung,” balas So Mi.
So Mi masih tidak percaya dengan akhirnya. Dia yakin jika Sung Dong adalah pembunuh Ayahnya. Dia menanyakan tentang komplotan Sung Dong. Dan si Detektif menjawab bahwa dia sudah menilik semua catatan panggilan Sung Dong dan melacak pergerakan Sung Dong. Lalu untuk bekas luka dibelakang indera pendengaran, Sung Dong mendapatkan itu ketika melaksanakan wajib militer dan ia sudah menyelidiki rekam medis nya.
“Bagaimana jikalau tipuan itu kekuatan super?” tanya Dong Baek, menebak. “Bagaimana bila Cho atau orang lain bisa memanipulasi ingatan seperti yang terjadi di TKP pembunuhan Park Ki Dan?” tanyanya.
“Mereka menggunakan gas tidur,” balas Sun Mi.
“Kalau begitu, pasti orang yang mampu melihat semua berkat sumber daya yang besar,” jawab Sun Mi.
“Itu mungkin juga seseorang di kepolisian. Eksekutor dari 20 tahun kemudian…” tebak Dong Baek. “Menurutmu kenapa ia berhenti membunuh dan menghilang?’ tanyanya.
“Bagaimanapun, beliau kembali,” balas Sun Mi.
“Tamu tidak diundang yang berbeda,” kata Sun Mi, menunjukkan petunjuk. Dan alhasil Dong Baek melihat apa yang dimaksud oleh Sun Mi.
“Itu pengulangan hal yang sama persis. Ini teladan yang sama dari 20 tahun kemudian,” jelas Sun Mi.
“Kalian sulit mengerti atau bersikap seakan-akan tidak mengerti?” tanya Dong Baek.
“Kami ditugaskan ketika sebuah kasus terjadi,” jawab Rekan 1 dengan sikap tenang. Dan Dong Baek merasa lucu mendengar jawaban itu.
“Anehkah jika seorang wartawan menilik sebuah kasus?” jawab Rekan 2 (Pria).
“Kami menyelidiki faktanya,” jawab Rekan 2, merasa tidak bersalah. “Kami memeriksa faktanya. Kami tidak yakin seberapa kredibel laporannya.”
“Kamu mengirim van siaran padahal belum memeriksa faktanya?” tanya Dong Baek, menjebak.
“Itu laporan internal, bukan?” tanya Sun Mi, menebak.
“Dari paling atas. Presdir,” kata Sun Mi dengan yakin sambil memperhatikan sikap Rekan 1 dan 2.