Sinopsis K- Drama : Memorist Episode 3 Part 2
Original Network : tvN
"Semua abjad, organisasi, tempat, dan kejadian yakni fiktif"
Sun Mi meminta maaf kepada rekan timnya. Sebab saat sesi wawancara, beliau hanya membisu saja mengenai pencapaian mereka dan mengakui kesalahannya. Serta beliau juga merasa bersalah kepada korban, kalau seandainya dia bisa tiba lebih cepat di daerah peristiwa, maka dia bisa menyelamatkan satu orang lagi. Karena itu, dia merasa bertanggung jawab.
Semua orang mendengarkan perkataan Sun Mi dengan lisan mengerti.
“Namun, aku tidak akan menekan diriku. Orang yang harus minta maaf yaitu si pembunuh, bukan polisi. Para korban berhak melihat si pembunuh diborgol, bukan air mata orang-orang. Karena itu, aku akan menghabiskan 72 jam yang tersisa bekerja keras menemukan pelaku bergotong-royong,” jelas Sun Mi.
“Tapi semua bukti terus menyampaikan bahwa pelakunya Han Man Pyeong,” komentar rekan A.
Sun Mi mulai menjelaskan pendapat nya. 51% Han Man Pyeong atau Tersangka gemuk, mempunyai komplotan, sebab Man Pyeong bukan tipe orang yang memamerkan pembunuhan. Dia yakin bahwa Pelaku utama nya adalah seseorang yang berkarisma dan anggota kelas atas, adalah orang yang berstatus sosial tinggi. Karena Man Pyeong adalah orang yang rendah diri dan mendambakan kesuksesan. Jadi jikalau ada yang memanfaatkan nya, itu niscaya seseorang yang sukses.
“Lalu siapa yang kita incar?” tanya Inspektur A.
“Dalangnya pasti dari kompleks rumah liburan tepi sungai. Jaraknya 1,5 km dari peternakan itu. Dengan berjalan melewati hutan, pelakunya mampu tiba di sana dalam 15 menit tanpa terlihat. Dalang itu ada di salah satu rumah liburan ini. Menurutku kemungkinannya besar,” jawab Sun Mi.
Penyelidikan dimulai. Sun Mi memberikan kode kepada para rekan timnya yang dibagi menjadi dua bagian. Pertama, cari pemilik rumah yang datang pada hari Selasa. Kedua, sesepi apa pun hutan itu, pasti ada saksi. Kaprikornus mereka harus bertanya kepada mereka yang tinggal di erat jalan.
Dihutan. Sun Mi berhenti berjalan, ketika dia melihat sebuah pondok tua disana. Lalu datang- tiba ada telpon masuk ke hpnya dan dia pun mengangkatnya.
“Aku menemukan lahan atas nama ibu Han Man Pyeong. Setengah jalan menuju gunung sesuai prediksi mu,” kata rekan A yang berada di kantor. “Lokasinya akan kukirim di peta.”
“Kurasa sudah kutemukan,” balas Sun Mi sambil menatap pondok renta.
Sun Mi dan rekannya membuka rantai yang menutup pintu pondok renta tersebut. Lalu mereka melihat ke dalam dan mengusut nya. Tim Forensik mengambil barang- barang yang ada disana untuk di cek.
“Apa ini persembunyian Han Man Pyeong?” tanya Inspektur A.
“Han Man Pyeong tidak merokok,” balas Sun Mi ketika melihat bekas rokok di atas meja.
“Kalau begitu …”
Ji Eun menerima sebuah kiriman amplop misterius. Saat melihat isinya, ia tampak terkejut.
Ji Eun menawarkan amplop tersebut kepada rekan dan atasan nya. Lalu isi amplop tersebut di selidiki kebenarannya dan setelah di selidiki sepertinya berita di dalam amplop tersebut benar serta cantik.
“Kenapa itu dikirim kepadanya?” tanya Atasan, ragu.
“Siapa pun itu tahu beliau penggemar Dong Baek,” jawab rekan. Sedangkan Ji Eun hanya membisu saja.
“Mungkinkah itu jebakan atau bohong? Jika kita salah soal ini, kita juga akan menjatuhkan bos-bos kita dalam masalah,” jelas Atasan dengan tegas.
Seorang rekan lain masuk ke dalam ruangan rapat. Dia tampak panik. “Pak, dua pesaing kita juga mendapatkan isu yang sama dan sibuk,” jelas nya. Mengetahui itu, Ji Eun merasa terkejut.
Asisten Im memberitahu Kepala Im untuk menyelidiki gosip di hp. Dan Kepala Im pun membuka hp nya, kemudian dia tampak terkejut.
Para wartawan berkumpul di depan kantor Kepala Im. Saat kendaraan beroda empat Kepala Im tiba, mereka pribadi mengerubunginya dan mengajukan banyak sekali pertanyaan.
“Anda mengakui tuduhan ini?”
“Benarkah? Anda menyalahgunakan kekuasaan?”
Mendengar pertanyaan para wartawan, Kepala Im merasa gugup. Dia membisu dan tidak menjawab pertanyaan para wartawan. Lalu datang- tiba, Sekretaris Jaksa Agung menghubungi nya.
Di TV. Ji Eun memberitakan berita yang diterimanya. Menurut berita, Kepala Im melaksanakan hubungan seksual dengan uang. Yang terburuk yaitu pasangan regulernya ialah salah satu korban kasus Han Man Pyeong.
Didalam kantor. Kepala Im melonggarkan dasi yang di pakainya dan menonton berita di TV dengan tatapan sangat stress.
“Dari berita yang kami kumpulkan, Kepala Im sengaja menghalangi investigasi pembunuhan supaya kejahatannya tidak terungkap. Banyak yang mencurigai bahwa penangkapan Detektif Dong diperintahkan sebagai bab dari usaha menutupi ini,” terperinci Ji Eun. dan mendengar itu, Kepala Im memecahkan kaca meja dihadapan nya.
“Kaprikornus, kesimpulannya, Kepala Im sengaja menghalangi penyelidikan polisi hanya supaya ia bisa menutupi kejahatannya yang menjadikan korban dibunuh,” tanya rekan Ji.
“Benar. Jika ini terbukti benar, para anggota pengadilan mengatakan bahwa Kepala Im akan dituntut atas penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran lainnya,” terang Ji Eun.
Jaksa Oh juga tampak stress dikala menonton isu tersebut. Di luar gedung, dia mampu mendengar banyak orang yang berdemo menyuruh nya untuk mundur dan mengatai nya sebagai psikopat ajaib.
Shin Woong tampak puas menonton informasi tersebut. “Beraninya kau mencari duduk perkara dengan para profesional,” gumamnya sambil tersenyum penuh kemenangan.
Diluar kantor kejaksaan. Masyarakan berkumpul dan berdemo. “Tangkap jaksa yang jahat dan kotor!”, “Tangkap ia.”, “Tangkap dia.”
Karena info Kepala Im, maka Dong Baek pun tidak jadi di tahan terlalu usang dan di lepaskan. Saat beliau keluar dari gedung kejaksaan, para wartawan langsung mengerubungi nya dan ingin menanyakan aneka macam pertanyaan kepadanya. Tapi Kyung Tan dan Se Hoong segera mengawal Dong Baek untuk keluar dari kerubungan dan masuk ke dalam mobil.
“Aku baiklah. Makanlah ini,” kata Se Hoong sambil memperlihatkan tahu kepada Dong Baek. Dan Kyung Tan segera merebut itu, sebab tidak ada yang di penjara jadi tidak perlu dimakan.
“Aku harus pergi ke suatu tempat,” kata Dong Baek, memberitahu.
Inspektur B melapor kepada Sun Mi. Mereka sudah melaksanakan pencarian secara menyeluruh, tapi tidak menemukan kecacatan apapun. Dan Sun Mi mengerti. Lalu rekan A yang berada di kantor menelpon Sun Mi. Dan Sun Mi pribadi mengangkatnya.
“Di rumah liburan?” tanya Sun Mi.
“Bukan, rumah terasing di dalam hutan,” jawab rekan A.
Sun Mi dan rekan timnya bersiap di posisi masing- masing. Mereka mengepung sekeliling rumah terasing yang berada di dalam hutan. Kemudian dari dalam rumah, seorang laki-laki keluar. Dan Sun Mi menatap nya dengan tatapan fokus.
“Ah, Kamu polisi telepati itu. Apa kaitannya denganmu?” tanya Bo Yun dengan sedikit ketus.
“Aku datang untuk minta tolong. Ingatanmu…”
“Polisi sudah kuberi tahu. Tidak ada pria lain,” sela Bo Yun, menjelaskan dengan gugup.
“Tentu saja. Aku percaya.”
“Itu bukan salahmu,” kata Dong Baek, membuat langkah Bo Yun terhenti. “Aku hanya ingin kau tahu itu. Ketahuilah bahwa itu bukan salahmu. Meskipun kamu tidak menciptakan keputusan yang sempurna, itu bukan sepenuhnya salahmu. Makara, jangan menyalahkan dirimu,” terperinci nya dengan lembut dan ramah.
Mendengar perkataan itu, Bo Yun merasa seperti ingin menangis. Dia berbalik dan menatap Dong Baek yang sudah akan pergi. “Lalu salah siapa?” teriaknya, bertanya. “Aku hidup sebagai sampah setelah dibesarkan oleh sampah. Jadi, salah siapa?!”
“Aku tidak tahu,” jawab Dong Baek. Dan Bo Yun menangis. “Kenapa orang baik harus menderita? Kenapa orang tidak bersalah harus mati mengenaskan? Yang saya tahu yaitu kau masih terlalu muda untuk bertanggung jawab atas perbuatanmu. Tanggung jawab itu adalah milik orang dewasa,” jelas nya dengan lapang dada dan sungguh- sungguh.
“Apa orang beriman merokok?” tanya Inspektur B.
Mendengar itu, Hee Joo tertawa kecil. “Itulah yang selalu dikatakan Man Pyeong. Dia terobsesi dengan agamanya sama mirip hal lain. Dia masuk dalam kultus gila.”
“Siapa yang memilih itu?” tanya Hee Joo sambil masih tersenyum. “Orang religius? Pencerahan yaitu hal langsung. Itu akad pribadi antara aku dan alam semesta.”
“Aku dijebak. Semua itu bohong,” terang Hee Joo dengan sikap serius.
“Aku berniat menjemputnya, tapi aku tertidur. Aku meneleponnya saat bangun, tapi dia sudah turun dari bus. Seharusnya aku keluar. Tapi alasanku yaitu saya lelah dan harus berangkat pagi-pagi, dan saya berbaring di ranjang. Kejadian yang menimpa putriku yaitu salahku. Dia dilahirkan dari ibu pecundang dan menderita seumur hidupnya dan mati mengenaskan …” kata Ibu pembersih satu dengan penuh penyesalan dan rasa murung.
Dong Baek merasa tidak nyaman. “Itu tidak benar.”
Mendengar itu, kedua Inspektur merasa terkejut.
Bo Yun menemui Dong Baek. Tapi ia membisu dan tidak berbicara. Dengan tidak sabaran, Dong Baek menanyakan ada apa padanya. Dan Bo Yun pun mulai berbicara, dia menyampaikan bahwa Dong Baek salah alasannya adalah ini semua benar adalah salah nya.
“Salahkulah gadis itu tewas seperti itu,” kata Bo Yun dengan rasa bersalah. Dia memegang tangan Dong Baek dan memberikan apa yang ada di dalam ingatannya.
Dong Baek diam menonton acara siaran Hee Joo dan mendengarkan pendapat Sun Mi.
“Tidak, apa yang kau katakan setelah itu?” tanya Sun Mi.
“Apa? Kebenaran? Itu cita-cita alam semesta,” jawah Hee Joo. “Kematian para gadis itu yakni bagian dari semuanya. Mungkin terlihat brutal, tapi itu kehendak sang mahakuasa,” terang nya.
Dengan kesal, Hee Joo mengeluh. “Mereka pikir mereka siapa?” keluhnya.
“Apa maksudmu?” tanya Se Hoong, tidak mengerti.
Ketika korban akan dibunuh, Tersangka akan tiba secara pribadi ke dalam sel korban. Dia akan tiba sambil membacakan iktikad sesat nya. Itulah suara yang di dengar oleh Bo Yun ketika Ye Rim di bunuh di sel sebelah. Karena suara itu di bacakan pribadi oleh Tersangka, maka bunyi nya berbeda dengan di DVD.
Korban yang dibunuh tidak akan bisa melawan sama sekali, sebab tangan dan kaki mereka di ikat di tempat tidur.
Korban yang dibunuh tidak akan bisa melawan sama sekali, sebab tangan dan kaki mereka di ikat di tempat tidur.
“Tim dibubarkan 30 menit yang lalu,” kata Rekan A, memberitahu. Lalu dia pamit dan ingin pergi bersama yang lainnya.
Sun Mi menemukan foto Kim Seo Kyung saat masih kecil. Dibelakang latar foto nya ada poster yang bertuliskan ‘Kebenaran.’
“Bagaimana kalau ini kesamaan yang dimiliki para korban?” gumam Sun Mi, berpikir.
“Kalian semua mengenalnya,” kata Bong Kook, memberitahu. Dan semua menatap ke arahnya dengan tatapan penasaran. “Park Ki Dan,” jelanya.
“Kehidupan baka!” seru semua pengikut yang duduk di bangku sambil memegang lilin.
Pengikut yang memegang tangan Ki Dan. Itu adalah Dong Baek, beliau sengaja menyamar untuk mendekati nya. Dan melihat itu, Ki Dan merasa terkejut. Begitu juga dengan Su Min.