Sinopsis K- Drama : Memorist Episode 8 Part 1
Original Network : tvN
"Semua abjad, organisasi, tempat, dan insiden adalah fiktif”
Dorr…!!
Dong Baek dan Sun Mi hingga di rumah Sung Dong. Mereka masuk ke dalam rumah Sung Dong secara membisu- membisu dan berjalan ke arah yang berbeda untuk mencari.
Dong Baek menemukan Kyung Tan dan mayit Sung Dong. Namun kondisi Kyung Tan sangat asing, beliau sama sekali tidak bergerak.
“Aku tidak ingat apa pun sekeras apa pun aku berusaha,” gumam Kyung Tan.
Sun Mi menemukan Se Hoong diruangan CCTV. Dan kondisi Se Hoong juga sangat asing, beliau sama sekali tidak bergerak.
“Aku merasa melihat seseorang. Kamera pengawas juga tidak berfungsi. Dia memotong kabelnya sebelum masuk,” gumam Se Hoong.
Sun Mi meninggalkan Se Hoong sendirian didalam ruangan. Dia menghubungi rekan timnya dan menginstruksi kan mereka yang berada di sekitar daerah peristiwa untuk menangkap Pelaku. Karena Jung Dong telah dibunuh.
Dong Baek menyentuh tubuh Kyung Tan, tapi beliau tidak mampu melihat apapun, seakan-akan ingatan Kyung Tan telah dihapus. Dan dia merasa menyesal, sebab seharusnya beliau sadar sesudah apa yang menimpa Ki Dan.
“Aku tidak percaya ini. Aku tidak ingat apa yang kulihat,” kata Kyung Tan yang sudah tersadar kembali.
“Dia membunuhnya dengan pena. Dia menghukumnya atas kejahatan yang ia lakukan melalui artikelnya,” kata Dong Baek sambil melihat jenazah Sung Dong.
“Dia sudah akhir,” tambah Sun Mi.
"Ep 8: Ikan Haring Merah"
Sun Mi menghubungi rekannya. Dia meminta mereka untuk mengawasi jalan rahasia milik Jae Gyu. Serta dia mengingatkan mereka kalau Jae Gyu memiliki kemampuan untuk menghapus ingatan seseorang. Makara sebab itu, jangan ada kontak fisik dengan nya. Mendengar itu, para rekan dan tim Sun Mi merasa terkejut, tapi mereka mengerti dan mengiyakan perintah Sun Mi.
Setiap orang bersembunyi dan bersiap- siap di dekat jalan diam-diam milik Jae Gyu.
Bong Kook berhasil menemukan motor yang mereka cari dari kamera CCTV dijalan. “Jaraknya lima kilometer dari rumah Jin Jae Gyu. Tapi itu 50 menit yang kemudian,” katanya, memberitahu.
“50 menit yang lalu? Ke arah mana?” tanya Rekan A (Lee).
“Rumah Jin Jae Gyu.”
Jaa Gyu berjalan- jalan di kebunnya. Melihat itu, Detektif A dan B merasa heran.
Dong Baek merasa ada yang aneh, perbedaan waktunya terlalu lama. Pelaku menghapus ingatan Kyung Tan dan Se Hoong dari 80 menit yang lalu. Makara itu berarti, dikala mereka meninggalkan jalan diam-diam, saat itulah Jae Gyu pulang sehabis membunuh Sung Dong.
“Kita seharusnya tetap di sana,” kata Sun Mi, menyesal.
Dong Baek dan Sun Mi sampai dirumah Jae Gyu. Sun Mi mengingatkan Dong Baek untuk berhati- hati, jangan hingga Jae Gyu tahu jikalau mereka sudah mengetahui tentang jalan rahasianya. Dan Dong Baek mengerti.
Ketika melihat Dong Baek dan Sun Mi datang, Jae Gyu eksklusif menyampaikan jikalau korban kedua sudah muncul. Dan dengan ketus, Dong Baek eksklusif menanyai, bagaimana cara Jae Gyu memerintahkan si Komplotan untuk membunuh. Mendengar itu, Jae Gyu tampak mirip tidak mengerti.
“Entah itu atau kamu bawahan yang menerima perintah dari dalangnya. Seperti badut tua payah yang hanya menjadi pengalihan,” komentar Sun Mi dengan sinis.
“Kulihat kamu murka seperti biasanya,” balas Jae Gyu sambil tersenyum geli. “Aku mengerti kenapa Detektif Dong marah alasannya adalah orang-orang yang dia sentuhlah yang mati. Tapi kenapa kau?” tanyanya. Dan Sun Mi membisu.
“Hentikan omong kosong ini,” perintah Dong Baek.
“Ini tidak adil. Semua orang tahu ayahmu merusak akidah mereka,” kata Jae Gyu, mulai bercerita. “Dia mengkhianati rekan-rekannya. Dia mewakili 2.000 rekan kerja yang dipecat secara tidak adil, tapi beliau memperlihatkan kesaksian palsu yang merugikan serikat pekerja. Ribuan ayah kalah di persidangan dan disingkirkan. Namun, ayahmu mendapatkan banyak uang. Dia juga ditawari pekerjaan di anak perusahaan. Banyak keluarga lumpuh dan mereka menjadi korban penyakit dan depresi. Saat korban ke-17 bunuh diri, ayahmu juga dihukum dengan ditikam 17 kali,” terang nya sambil menatap tajam Sun Mi.
Sun Mi terkejut, bagaimana mampu Jae Gyu tahu berapa jumlah tikaman yang Ayahnya terima, kepadahal itu tidak pernah diungkapkan.
“Pernahkah kau memikirkan ini? Menurutmu kenapa ayahmu mengkhianati rekan-rekannya?” tanya Jae Gyu sambil menatap Sun Mi. “Karena kamu. Dia harus menafkahi putrinya yang genius. Buku manis, sekolah manis, janjinya kepada istrinya…” jelas Jae Gyu. “Kamu tahu keadaannya. Para ayah memilih melaksanakan kejahatan demi keluarga mereka.”
“Bagaimana kamu tahu bagaimana perasaan ayahku? Kecuali kau pembunuhnya…” geram Sun Mi, merasa murka.
“Karena aku bertemu dengannya. Aku bertemu hantu ayahmu,” jawab Jae Gyu.
Dong Baek dan Sun Mi tidak percaya dengan perkataan Jae Gyu, sebab menurut mereka itu tidak terdengar masuk nalar. Namun Jae Gyu tidak peduli dengan komentar mereka, malahan ia melanjut kan perkataannya. Algojo paling menikmati membunuh Ayah So Mi.
“Jin Jae Gyu, kau ditangkap sebagai komplotan dalam masalah pembunuhan Jo Sung Dong. Kamu berhak tetap…” kata Sun Mi sambil menekan rasa amarahnya.
“Bagaimana dengan cara yang mudah?” sela Jae Gyu sambil menatap Dong Baek. “Pindai ingatan.”
Dong Baek merasa terkejut dengan keberanian Jae Gyu. Sedangkan Sun Mi merasa tidak mengerti, kenapa Jae Gyu datang- tiba berubah pikiran. Sambil merentangkan tangannya, Jae Gyu menatap ke arah langit, ia menjelaskan bahwa yang akan mati sudah terpilih. Yaitu korban ketiga. Dan yang akan mati ialah orang yang melaksanakan kontak fisik dengan Dong Baek.
Mendengar itu, Dong Baek menyerahkan selembar surat untuk Jae Gyu tanda tanganin, surat yang menyatakan bila Jae Gyu bersedia untuk di pindai ingatan nya. Dan tanpa ragu, Jae Gyu menanda tangani surat tersebut.
Ketika Dong Baek akan memulai pekerjaannya, datang- tiba Hyeon Su (si Anak TK) tiba dan menyentuh kaki nya. Dan itu membuat nya terkejut.
Ibu Hyeon Su lalu datang dan membawa Hyeon Su pergi dengan cemas. Sebelum pergi, ia memberitahu Jae Gyu bahwa beliau tidak bisa mengelola rumah kaca lagi.
“Reputasiku hancur karena kau,” keluh Jae Gyu.
“Seakan-akan kamu memilikinya,” balas Dong Baek, mendengus. Dan Jae Gyu tertawa.
Dong Baek melakukan pekerjaannya. Dia menyentuh tubuh Jae Gyu dan memindai ingatannya.
Jae Gyu beribadah kepada berhala miliknya.
Jae Gyu pergi ke ruangan diam-diam. Dia menggunakan pakaian serba hitam. Dia mengambil kunci motor diatas meja dan berjalan dengan terburu- buru.
Dong Baek mengikuti Jae Gyu. Namun lalu dia berhenti seperti beliau mencicipi sesuatu.
Dong Baek memegang badan Jae Gyu dengan lebih bersahabat. Dan Sun Mi merasa cemas melihat sikap ajaib Dong Baek tersebut.
Dong Baek melihat ke sekitarnya. Segalanya kosong, tidak ada jalan keluar, dan Jae Gyu menghilang.
Jae Gyu menyadari sikap abnormal Dong Baek. Makara diapun memegang tangan Dong Baek untuk memperlihatkan lebih terperinci kepadanya.
Diujung jalan, Dong Baek melihat mayit seorang perempuan. Dia terkejut melihat mayit tersebut. Lalu tiba-datang terdengar sebuah bunyi. Dan Dong Baek pun menatap ke sumber bunyi.
“Itu kutukan,” kata Jae Gyu, memberitahu. “Semua yang melakukan kontak denganmu akan mati,” jelasnya sambil tersenyum.
Dong Baek mengepalkan tangannya dengan marah. Namun lalu dia mulai berkeringat banyak seperti ketakutan. Tepat dibelakang Jae Gyu, beliau melihat ada seseorang misterius yang mengenakan pakaian serba hitam dan memakai topeng hitam serta memiliki mata merah.
Melihat sosok misterius tersebut, Dong Baek merasa panik. Dia menutup matanya.
Jae Gyu tertawa melihat kondisi Dong Baek. Sun Mi yang tidak tahu apapun hanya mampu membisu saja.
Dong Baek memberanikan diri dan membuka matanya. Dan tepat disaat beliau membuka matanya, sosok misterius itu berdiri tepat di hadapannya.
Dong Baek pingsan dengan mata terbuka. Melihat itu, dengan panik, Sun Mi memanggil- manggil nama Dong Baek untuk bangun.
Jae Gyu tersenyum.
Dong Baek dirawat di rumah sakit. Seorang perempuan yang menjaga Dong Baek melaporkan perkembangan nya kepada seseorang. Dan saat Dong Baek tersadar, dia memperkenalkan dirinya.
“Aku Kim, seorang manajer.”
“Kenapa agen BIN ada di sini,” balas Dong Baek dengan perilaku lelah. “Agen BIN yakni orang udik yang berilmu. Orang yang hanya menyebutkan pangkatnya entah penipu atau biro BIN, tapi hanya mereka yang tidak tahu itu.”
“Maaf atas perkenalan yang terlambat. Aku sudah cukup usang menjadi penanganmu,” kata Kim dengan ramah. “Ini kali ketiga kau kehilangan kesadaran. Jika sekali, itu bisa dibilang karena dipukul, tapi dua kali lainnya saat membaca ingatan.”
Kim telah melaksanakan investigasi menyeluruh pada Dong Baek, saat Dong Baek tidak sadarkan diri. Hasil investigasi tidak ada yang salah, tapi itu berarti menandakan jelek. Dia menyimpulkan kalau ini akan menjadi semakin buruk bila Dong Baek terus memindai orang. Dan Dong Baek tidak peduli, alasannya ia merasa beliau bisa merawat tubuhnya dengan baik.
“Kamu aset nasional,” tegas Kim.
“Tidak. Kalian hanya ingin menjadikanku senjata.”
Kim menawarkan sebuah penawaran yang menarik bagi Dong Baek. Meskipun nantinya Dong Baek akan dinyatakan bersalah, tapi mereka akan memastikan kalau Dong Baek tetap bisa menjadi polisi. Sebab mereka jago dalam mengubah sentimen publik. Sebagai imbalannya, mereka ingin Dong Baek untuk sesekali membantu penelitian mereka, atau menawarkan bantuan penting saat negara menghadapi persoalan.
“Aku akan membayar kejahatanku,” kata Dong Baek, memutuskan pilihannya. “Aku tidak akan menjadi pengecut.”
“Bukankah menangkap penjahat ialah sukacita dalam hidupmu?” tanya Kim, memancing.
“Aku tidak mau bertemu denganmu lagi,” balas Dong Baek, malas. “Tidak ada agen BIN yang tidak berdosa. Menjauhlah sebelum aku mengekspos ingatanmu dan mempermalukanmu,” ancamnya.
Kyung Tan dan Se Hoong tiba menjenguk. Dan karena itu, Kim pun pamit dan pergi.
“Kamu tidak baik-baik saja. Kamu tertidur selama tiga hari,” kata Kyung Tan, memberitahu. Dia duduk di sebelah Dong Baek.
“Tiga hari? Bagaimana dengan Jin Jae Gyu?” tanya Dong Baek, terkejut.
“Dia ditangkap dan diinterogasi selama 48 jam, tapi surat perintahnya ditolak, jadi, dia dibebaskan,” jawab Se Hoong.
“Pengacaranya tidak lain yakni bangsat itu, Im Joong Yeon,” tambah Kyung Tan.
Setelah Joong Yeon membantunya untuk bebas dan pergi. Jae Gyu menatap kepergian nya sambil tersenyum kecil.
Kyung Tan menebak kalau Jae Gyu niscaya kaya, alasannya Jae Gyu mampu membayar orang mirip Joong Yeon. Kemudian dikala Jae Gyu ditahan, jalan belakang layar yang ada di bawah rumah beling milik nya, telah di periksa oleh tim forensik. Tapi sama sekali tidak di temukan darah Sung Dong. Makara alasannya itu, sekarang pihak metro sedang putus asa.
“Di mana Inspektur Han?” tanya Dong Baek, merasa lelah.
“Entahlah. Kami belum bertemu sejak dia keluar dari tim khusus. Ah… Aku duka sekali sebab sudah usang tidak melihatnya,” gumam Kyung Tan.
“Dia bisa menjadi putrimu,” komentar Se Hoong.
“Benar! Dia seperti putri! Karena itu saya mengkhawatirkannya. Kenapa kau membuatnya terdengar menjijikkan?” balas Kyung Tan, mengeluh.
Dong Baek melepaskan infus yang terpasang di tangannya dan berniat untuk pergi. Dengan perhatian, Kyung Tan menasehati Dong Baek untuk jangan pergi dulu. Tapi Dong Baek tidak mau mendengarkan. Dong Baek merasa sangat murka kepada Jae Gyu, menurutnya Jae Gyu yaitu pembunuh telepati, sebab Jae Gyu hanya memperlihatkan apa yang beliau ingin tunjukkan. Jae Gyu menghalangi jalan masuk nya untuk memindai.
Didalam bus. Para Detektif menyamar dan mengawasi Jae Gyu secara membisu- diam.
Mobil "Green Moving" bergerak mengikuti bus Jae Gyu. Mereka mengawasi dari rekaman yang direkam oleh para anggota di dalam bus.
“Sudah kuduga. Aku ditakdirkan berada di lapangan,” kata Bong Kook dengan bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia ikut di dalam kendaraan beroda empat “Green Moving”.
Ketika bus berhenti di halte. Jae Gyu yang awalnya tampak tertidur nyenyak, ia tiba- datang bangun dan kabur dari dalam bus sebelum pintu bus tertutup. Dan hanya satu orang yang berhasil mengikutinya. Kode nama : Burung Beo. Anggota yang lain nya tidak berhasil mengikuti Jae Gyu, sebab mereka tertahan oleh ramainya penumpang bus yang bangun.
“Hanya burung beo yang membuntutinya, Hanya burung beo, itu saja,” kata Detektif B, memberitahu. Dia berada di dalam bus.
“Bantuan. Bantu burung beo!” kata Detektif A, memberikan pesan tersebut kepada yang lainnya. Dia berada di dalam mobil "Green Moving".
“Menuju ke sana. Putar balik mobilnya,” perintah Lim kepada Woon Jang.
Young Soo mengawasi semua pergerakan mereka di ruang Media.
“Dia menuju utara dari halte,” kata Burung Beo, menginfokan.
“Jaga jarak,” kata Young Soo, mengingatkan.
Jae Gyu masuk ke dalam sebuah gedung dan naik lift. Burung Beo yang mengikutinya, beliau berhenti bergerak dan menyelidiki nomor lantai lift yang Jae Gyu tuju. Setelah memastikan, dia mengabarkan kepada Lim.
Setelah mengabarkan kepada Lim, Burung Beo segera menaiki tangga darurat. Sambil berlari beliau mengganti pakaiannya. Awalnya beliau menyamar menjadi siswi sekolah, tapi lalu beliau menyamar menjadi orang biasa.
Sesampainya di lantai 8. Burung Beo sama sekali tidak bisa menemukan Jae Gyu. “Aku kehilangan ia. Dia tidak ada di sentra kebugaran di lantai delapan…” katanya, memberitahu. Tapi kemudian dia melongo. Sebab dikala dia berniat untuk pergi menaiki lift, disaat itu ia bertemu dengan Jae Gyu. Dan dia merasa sangat terkejut.
“Kamu tidak masuk?” tanya Jae Gyu, ramah.
Burung Beo termangu, tidak menjawab. Dan dengan ragu beliau masuk ke dalam lift.
Para Detektif merasa cemas, alasannya adalah Burung Beo tiba-datang tidak ada menunjukkan kabar. “Burung beo, jawab. Burung beo!”
Jae Gyu merasa heran, alasannya adalah Burung Beo tidak ada menekan tombol lift. “Kamu mau ke bengkel?” tanyanya.
“Apa?” tanya Burung Beo, tidak siap dengan pertanyaan mendadak itu. “Ya,” jawabnya lalu. Setelah itu beliau diam dan memperhatikan Jae Gyu.
Ketika pintu lift terbuka dan Jae Gyu keluar. Burung Beo mengikutinya. Namun Jae Gyu tiba-datang berhenti berjalan. “Tapi... Kamu mau ke mana? Ini sedang dibangun, jadi, tidak ada kendaraan beroda empat di sini,” katanya. Dan mendengar itu, dengan panik, Burung Beo segera mencari senjatanya.
Jae Gyu tertawa dan memperhatikan Burung Beo. Lalu sebelum Burung Beo sempat melaksanakan apapun, dia langsung berlari dan meloncat kepada Burung Beo.
“Arghhhh!!!!” teriak Burung Beo.
Lim, Woon Jang. serta para anggota lainnya hingga di gedung.
Dipasar. Jae Gyu memperhatikan Hyeon Su dari kejauhan. Dan melihat ia, Hyeon Su tersenyum kepadanya. Lalu beliau menarik tangan Ibu nya.
“Itu Pak Jin,” kata Hyeon Su, memberitahu sambil menunjuk. Dan Ibu Hyeon pun menatap ke arah yang Hyeon Su tunjuk kan. Tapi tidak ada Jae Gyu sama sekali di sana.
Lim dan tim masuk ke basemen lantai 3, mereka memanggil dan mencari Burung Beo, tapi sama sekali tidak ada jawaban. Lalu jadinya mereka menemukan Burung Beo, tapi ia tidak sadarkan diri. Dan dengan cemas, Lim pun membangunkannya.
“Di mana saya?” tanya Burung Beo, dikala terbangun.
“Kamu tidak ingat apa pun? Kamu membuntutinya,” kata Lim, memberitahu.
“Aku pulang kerja dan tertidur,” jawab Burung Beo.
Mendengar itu, semuanya terkejut. Woon Jang kemudian menanyai dimana pistol Burung Beo. Dan seperti kebingungan, Burung Beo membisu.
Setelah final berbelanja, Ibu Hyeon baru tersadar kalau Hyeon Su menghilang. Dia memanggil- manggil nama Hyeon Su dan mencarinya.
Dari kamera CCTV di jalan, Bong Kook menemukan eksistensi Jae Gyu.
Ibu Hyeon datang menemui Jae Gyu dengan panik. Dia menanyai dimana Hyeon Su, alasannya adalah sebelum nya, dikala dipasar Hyeon Su ada bilang melihat Jae Gyu. Mendengar itu, Jae Gyu hanya membisu saja. Dan karena itu, Ibu Hyeon pun berniat untuk menghubungi polisi saja.
“Dia akan dieksekusi,” kata Jae Gyu tiba- datang, sebelum Ibu Hyeon sempat menelpon polisi. “Dia akan dieksekusi atas perbuatan keluargamu.”
“Apa maksudmu?” tanya Ibu Hyeon, tidak mengerti.
“Dia akan dieksekusi atas perbuatan ibumu,” tegas Jae Gyu. “Kamu masih tidak tahu siapa saya?” tanyanya. Dan Hyeon sama sekali tidak mengerti. “Aku membesarkanmu saat kau masih kecil,” katanya sambil mengulurkan tangannya untuk menyentuh.
Dengan takut, Ibu Hyeon menjerit dan melangkah mundur untuk menghindari Jae Gyu.
Saat Ibu Hyeon hampir saja terjatuh, Dong Baek tiba dan menopang nya dari belakang. Dan karena sentuhan tidak sengaja tersebut, Dong Baek melihat ingatan Ibu Hyeon.
Seorang pria dengan tato dibelakang punggung nya. Tato yang sama seperti yang ada pada tulang berulang yang di sembah oleh Jae Gyu di ruangan atap.
Didalam hutan. Pria tato menusuk sesuatu berulang kali. Seorang gadis kecil berbaju merah tidak sengaja melihat itu, dan beliau melangkah mundur ke belakang dengan mulut ketakutan.
Pria tato berbalik dan menatap gadis kecil tersebut dengan wajah berlumuran darah.
Jae Gyu tersenyum kepada Dong Baek. Lalu ia masuk ke dalam pagar rumahnya.
“Kurasa tangan kotormu juga menyentuh anak itu. Anak itu sekarang memenuhi syarat,” kata Jae Gyu. Suaranya tampak ajaib dan abnormal. “Dia memenuhi syarat untuk menjadi korban ketiga.”
Dong Baek teringat dikala ia pernah menyentuh kepala Hyeon Su. “Jika sesuatu terjadi padanya, saya akan membunuhmu,” geramnya, marah.
Mendengar itu, Ibu Hyeon merasa sangat terkejut.
Dong Baek merasa sangat kesal dan ingin mengejar Jae Gyu untuk memukulinya. Tapi Se Hoong memeluk badan Dong Baek dan menahannya biar tetap hening.
“Berhenti! Sadarlah!” hardik Kyung Tan, mengingatkan Dong Baek yang memberontak.
Para Detektif menanyai Ibu Hyeon. Dengan nada penuh kebencian, Ibu Hyeon bercerita jikalau Jae Gyu yaitu orang jahat, ia pernah tinggal dengan Jae Gyu hingga beliau berusia sembilan tahun. Saat Nenek nya masih hidup, Nenek nya selalu memberitahunya kalau Ibunya tidak meninggal bunuh diri, tapi mati di bunuh oleh Jae Gyu. Dan tampaknya itu benar, sebab Jae Gyu akan membunuh mereka juga.
“Karena ia melihat semuanya sendiri,” kata Dong Baek, membantu Ibu Hyeon untuk menjawab.
Ibu Hyeon (Shim Sang Ha) : “Kejadiannya sempurna sebelum ibuku kabur. Aku yakin kejadiannya pada dikala itu. Setiap hari, ibuku ke kota untuk bekerja. Dia, ayah tiriku, satu-satunya orang yang ada di rumah.”
Sang Ha mulai merasa kelelahan. Tapi lalu beliau berhasil menemukan Ayah tirinya. Awalnya dia merasa heran melihat apa yang sedang Ayah tirinya lakukan. “Ayah?” panggilnya pelan.
Saat malam hari, dikala Sang Ha tertidur. Ibu nya mengambil kalung nya dan kabur.
Ketika si Ayah tiri pulang ke rumah. Sang Ha langsung pura- pura tidur. Dan disaat itu, si Ayah tiri memakaikan kalung di leher Sang Ha. Itu yaitu kalung yang di bawa Ibu saat kabur. Melihat kalung tersebut, Sang Ha merasa sangat terkejut.
Shim Sang Ha : “Aku sadar beliau telah menemukan ibuku. Dia mengambil kalung itu darinya.”
Melihat senyum tersebut, Sang Ha merasa ketakutan dan segera kabur.
Shim Sang Ha : “Ibuku ditemukan bergantung di samping laki-laki lain. Tapi aku tahu yang sesungguhnya. Aku tahu beliau dibunuh olehnya.”
“Usiaku baru sembilan tahun, ingat?” kata Sang Ha.
“Wajar saja melupakan insiden tertentu,” gumam Detektif A, merasa itu masuk akal.
Detektif A dan Kyung Tan menetapkan untuk menunggu Ayah Hyeon pulang. Sebab berdasarkan mereka ini aneh, alasannya adalah kenapa bisa Ayah Hyeon kebetulan tinggal di lingkungan yang sama dengan Jae Gyu. Ayah Hyeon menaiki penerbangan tengah hari, jadi ketika malan hari mereka baru akan menghubungi nya. Dan mendengar itu, Sang Ha protes.
“Dia sudah mengancam nyawa anak itu!” hardik Dong Baek, murka.
“Itu yang beliau inginkan. Dia memanfaatkan anak itu sebagai pengalihan,” terang Shin Woong. “Algojo hanya membunuh mereka yang layak mati di benaknya.”
Mendengar itu, Shin Woong mengabaikan Dong Baek. Dan menanyai Young Soo, siapa yang membiarkan Dong Baek masuk. Dan Young Soo pun memerintah kan Dong Baek untuk pergi.
“Baik, Pak,” jawab Young Soo. Lalu dia memperhatikan semua orang. “Dia mungkin menghapus ingatan, tapi tidak dengan bukti kuat. Pastikan kamu merekam setiap rekaman yang kamu lihat,” perintahnya.