Sinopsis Lakorn : Girl Next Room – Midnight Fantasy Episode 01 - 1


Sinopsis Lakorn : Girl Next Room – Midnight Fantasy Episode 01 - 1
Images by : GMM Tv


Tepat pukul 03.00 pagi,
Siaran ‘Middle Radio’ dengan di temani oleh DJ Titan memulai siaran Midnight Fantasy. Siaran berlangsung setiap hari dari jam 3 sampai dengan 6 pagi. DJ Titan mengundang para pemirsa yang mendengarkan siaran ini, boleh menghubungi Middle Radio entah melalu telepon, SMS dan sejenisnya. Atau jikalau mereka merasa kesepian atau bahkan takut gelap dan atmosfer yang sepi di jam segini, boleh menelpon juga.  Sambil menunggu adanya telepon, DJ Titan memutarkan sebuah lagu.

Graph yang bertugas mengawasi jalannya siaran, risikonya menerima telepon dari audiens. Dia segera memberitanda pada DJ Titan untuk segera mengangkat telepon. Seharusnya, Graph yang mengangkat duluan baru lalu memberikannya pada DJ Titan untuk di siarkan, tapi alasannya adalah ia kebelet boker, jadi ia menyuruh Titan untuk mengangkat eksklusif.
“Sawasdee krab. Dapatkah kau memberitahu namamu?” sapa Titan dengan ramah.
“Aku Mimi. Aku benar-benar takut,” teriak si penelpon, seorang perempuan, dengan bunyi penuh ketakutan.
“Apa? Ada apa?” tanya Titan, ikutan khawatir.
“Ada di sini. Arghhhh. Benar-benar di sini. Tolong aku!!!” teriak Mimi.
Apa yang sebetulnya terjadi??
==Midnight Fantasy==
Mari kita mundur ke saat pertama kali Mimi mendaftar masuk ke asrama Jamjan…

Mimi di antarkan oleh ayah dan ibunya ke asrama. Mimi tampak khawatir dan bahkan dari awal sudah bilang jika asrama itu terlihat menyeramkan. Ibu langsung memarahinya untuk tidak mirip itu karena dari awal mereka kan sudah bilang kalau Mimi akan tinggal sendiri. Mimi protes jikalau beliau tidak pernah tinggal sendirian sebelum-nya.
“Inilah kesempatannya. Selalu ada hal pertama untuk setiap hal,” marahi ibu.
Mimi mengerti dan melambaikan tangan dengan berat hati, masuk ke dalam asrama. Ayah pribadi menangis dan memberikan berbagai nasehat. Ibu sampai harus memukulnya yang bersikap terlalu lebay.
--

Di dalam asrama, Jamjan memberitahu kalau dia akan melaksanakan wawancara singkat untuk penghuni asrama sebelum memutuskan untuk mendapatkan. Mimi protes bila ayahnya tidak ada bilang bila ada interview. Dia malah meminta izin untuk menelpon orangtuanya, untuk tanya bagaimana cara menjawab pertanyaan Jamjan.
Jamjan kaget dan berbisik pada Sky, apa sampai harus nanya orang bau tanah gitu?

Mimi nelepon dengan suara keras walaupun dia membalikkan badan. Dia ngadu pada ayah kalau pemilik asrama sangat tegas dan ingin menginterview-nya dulu. Harus bagaimana? Dia takut akan di tolak.
“Kalau gitu, kamu bisa balik ke rumah,” jawab Ayah bahagia. “Ayah akan kembali kini juga menjemputmu.”
Ibu pribadi menahan tangan ayah dan menggelengkan kepala dengan tegas.
“Itu… ayah rasa pertanyaan interview tidak susah untuk di jawab. Bisa nggak kau catat aja pertanyaan-nya dulu? Ayah akan membantumu menjawabnya.”
Mimi setuju. Dia akan mencatan pertanyaannya.

Usai bicara dengan ayah, Mimi memberitahu Jamjan jika ayahnya menyuruhnya untuk mengirimkan pertanyaan interview dan ayah-nya akan membantu menjawab. Jamjan panik dan menjelaskan jika ini hanya interview sederhana, bukannya ujian. Makara jangan terlalu heboh. Ah, lebih baik tidak usah interview saja.
“Tapi, kau tahu jikalau tinggal di asrama itu cukup sulit, bukan?”
“Aku tidak masalah dengan itu. Tapi… aku hanya takut hantu. Apa tempat ini berhantu?”
“Tidak ada sama sekali,” jawab Sky, cepat. “Hal paling menyeramkan di sini yakni ibuku.”
Dan kepala Sky langsung di geplak sama Jamjan. Jamjan mengeluarkan kunci kamar yang tersisa yaitu Kamar 311 dan 313. Dia menyuruh Mimi untuk menentukan.

Tapi, belum Mimi menentukan, Sky langsung mengambil kunci kamar 313 dan memberikan kunci kamar 311 pada Mimi. Sky beralasan kalau kamar 311 itu AC-nya gres, jadi lebih masbodoh. Jamjan saja bingung, apalagi Mimi.
--

Mimi memasuki kamarnya. Dia suka kamar itu karena besar, higienis dan juga terah. Makara, tidak ada yang perlu di takutkan. Dia juga sudah sampaumur.
Selesai membereskan barang-barangnya, Mimi menelpon ayahnya. Dia curhat jikalau beliau merasa lelah sesudah beres-beres. Dia harap mampu tinggal nyaman di sini. Dia tadi juga bawa barang berat dan hampir jatuh mengenai kakinya. Kuku-nya mampu rusak. Tapi, untungnya, dia cepat menghindar.
Mimi terus ngomong, tapi tidak ada balasan dari ayah. Mimi protes alasannya tidak di dengarkan. Ayah lagi sibuk dan bertanya, apa itu saja yang ingin Mimi bahas? Mimi menjawab bila dia masih ingin menceritakan hari pertama kuliah dan segala-galanya. Ayah meminta Mimi untuk membahasnya nanti saja alasannya beliau sedang sangat sibuk sekarang. Dia harus mencatat pesanan pelanggan dan mengirimkannya. Dan tanpa menunggu balasan Mimi, ayah langsung mematikan telepon.
Mimi kesal.

Mimi lagi jalan di koridor, mau keluar membuang sampah. Tapi, saat dia melewati kamar 313, ia malah mendengar suara gitu. Karena ingin tau, Mimi mengintip ke bawah sela pintu. Dan terlihat mirip ada bayangan orang berjalan. Mimi jadi ketakutan alasannya seingatnya tadi, kamar 313 kan kosong. Untuk mengambarkan, Mimi menepon Sky dan tanya, apa kamar 313 sudah ada penghuni?
“Tidak ada P’. Kenapa?”
“Tidak apa-apa,” jawab Mimi dan pribadi mematikan telepon.
Tapi, Mimi jadi semakin ketakutan.
--

Malam hari,
Mimi mulai mencari informasi mengenai kamar 313. Dia menemukan sebuah thread di internet yang mengatakan bila di tempatnya ada kamar 313 dan pemilik bilang tidak ada siapapun. Karena penasaran, penulis menanyakan tetangga, dan tetangga bilang : “Di kamar itu, pernah ada orang yang gantung diri.”

Mimi jadi parno. Takut jika kamar 313 di asrama ini juga begitu. Entah kenapa, mungkin iseng atau gimana, Mimi malah keluar kamar dan melihat Sky yang berada di koridor gelap, menyalakan mancis dan ada di depan kamar 313.
Karena ketakutan, Mimi menutup pintu kamarnya dengan rapat. Dia jadi berspekulasi jikalau alasan Sky memberikannya kamar 311 karena kamar 313 berhantu.
--

Karena ketakutan, Mimi mengundang temannya untuk menemaninya malam ini. Tapi, temannya ini malah membahas mengenai kamar Mimi yang bernomor 311. Dia bilang jikalau itu adalah angka sial. Nomor 11 juga di bilang mewakili peti mati. Mimi jadi makin ketakutan dan protes sebab temannya itu membuatnya semakin takut padahal beliau mengundangnya biar ada teman.

Bukan hanya itu, teman Mimi malah menonton drama hantu. Jika Mimi tidak mengizinkannya nonton itu, dia akan pulang saja. Mau tidak mau, Mimi membiarkannya menonton. Tapi, ketika nonton, temannya itu terus berkomentar jikalau pemain film di drama itu mirip Mimi.
Lagi asyik nonton, teman Mimi mendapat telepon dari pacarnya (yang seorang wanita juga). Pacarnya protes karna ia ada di rumah Mimi. Karna tidak mau bertengkar dengan pacarnya, teman Mimi menentukan kembali saja ke rumahnya. Dia pamit pulang walaupun Mimi tidak mau membiarkannya pergi.
Setelah temannya pergi, Mimi semakin ketakutan apalagi mau hujan, jadi ada bunyi petir menggelegar. Karena takut, Mimi menentukan mendengarkan radio. Dia memutar frekuensi radio secara acak. Tapi, siaran radio di jam segini itu bacaan doa-doa dan bahkan sabung nyali. Yang normal bagi Mimi adalah siaran Middle Radio.

Begitu mendengar suara DJ Titan, Mimi agak hening. Apalagi dikala Titan bilang bisa menelpon, Mimi eksklusif menelpon ke radio.
Kembali ke awal episode …
“Sawasdee krab. Dapatkah kau memberitahu namamu?” sapa Titan dengan ramah.
“Aku Mimi. Aku benar-benar takut,” teriak si penelpon, seorang perempuan, dengan bunyi penuh ketakutan.
“Apa? Ada apa?” tanya Titan, ikutan khawatir.
“Ada di sini. Arghhhh. Benar-benar di sini. Tolong aku!!!” teriak Mimi dikala melihat tirai kamarnya memantulkan bayangan seolah ada orang diluar dan mengetuk jendela.
Titan ikutan panik, tapi berusaha tetap tenang. Dia menanyakan apa yang terjadi? Ada dimana? Kenapa?
Mimi berteriak jika ada hantu. Dia di hantui dan hantu itu mengetuk jendela kamarnya. Dia benar-benar ketakutan. Mendengar itu, Titan jadi agak kesal, beneran hantu? Coba periksa dulu!

Mimi tidak mau dan malah memenjamkan matanya bersahabat. Dia takut jika buka mata, hantunya muncul di hadapannya. Dengan suara lembut, Titan berusaha menenangkannya. Dia juga bercerita jika dulu ia sering mendengar bunyi aneh di kamarnya, setiap harinya di jam yang sama. Hingga suatu hari, beliau memberanikan diri dan mencari tahu asal suara tersebut. Dan ternyata itu bunyi ibu burung yang sedang memberi makan anaknya.
Mimi protes kalau apa yang beliau alami berbeda dengan Titan. Titan menyuruhnya untuk damai dan berpikir jika bunyi mengetuk itu mungkin alasannya adalah angin. Dan untuk memastikan, mari membuka mata dan menyelidiki. Tidak perlu takut karena beliau menemani Mimi.
Walau masih merasa ketakutan, Mimi memberanikan diri dan mengikuti bunyi Titan. Dia membuka tirai kamarnya. Enggg… ternyata gantungan baju-nya yang ada di balkon terkena angin dan mengenai jendela.
“Benarkan? Itu bukan hantu kan? Tapi kini sudah sangat larut. Kenapa kau masih berdiri?” tanya Titan dengan ramah.
“Aku takut. Tidak mampu tidur. Aku baru pindah ke asrama. Dan sebelah kamarku, saya dengar itu tempat orang pernah gantung diri. Aku tadi lewat di depannya dan melihat bayangan misterius di kamar itu padahal kamar itu kosong. Aku rasa ini terjadi karena nomor kamarku sial.”
“Nomor berapa?”
“Nomor 11. Temanu bilang kalau nomor itu mewakili peti mati.”
“Peti mati? Tapi saya sangat menyukai nomor ini. Itu angka tanggal lahirku dan juga hari Pepero.”
“Hari Pepero?”
“Benar. Hari Pepero. Kenapa kamu tidak mencari tahu saja di Google untuk tahu artinya? Anw, apa kau sudah pernah memasuki kamar (313) dan melihat sendiri kamar itu?”
Mimi tidak berani karena belum masuk saja, ia sudah merinding. Titan dengan suara ramahnya memberanikan diri Mimi untuk tidak takut sebab itu semua hanya bayangan Mimi saja. Dia ada di sini untuk menemai Mimi.



Mimi sangat suka mendengar kalimat itu. Dia mulai berimajinasi kalau Titan ada di sebelahnya dan menggandeng tangannya dengan erat, membimbingnya memasuki ruangan yang menyeramkan dari luar. Tapi, begitu pintu di buka, isi di dalamnya indah. Mimi tersenyum senang dan menatap ke Titan, yang wajahnya tidak di perlihatkan.
Jreengg! Dan itu semua hanyalah mimpi Mimi. Dia ketiduran saat asyik bicara dengan Titan. Dan begitu bangkit, ia sudah terlambat.
--

Mimi pergi ke perpustakaan bersama temannya yang kemarin meninggalkannya sendiri. Mimi dari tadi di kelas hanya tidur dan temannya itu untungnya membantunya mencatat pelajaran tadi. Mimi protes kalau semua salahnya alasannya adalah meninggalkannya kemarin. Tapi, untunglah ada DJ Titan yang menemaninya sepanjang malam, atau ia tidak akan mampu melewatinya. Dia kemarin malam mencari siaran radio dan menemukan siaran jam 3 pagi.
“Kau yakin? Tidak ada siaran radio yang on-air jam 3 pagi.”
“Kau bercanda?” Mimi jadi ketakutan.
“Aku tidak bercanda. Apa kamu tidak pernah dengan cerita itu? Cerita mengenai seseorang yang datang ke stasiun radio jam 3 pagi dan mendengarkan DJ Radio biara dengan audiens seperti acara lainnya. DJ ini kemudian membujuk orang itu untuk datang ke kantornya dengan alasan mengambil hadiah. Dan ketika orang itu tiba, ternyata radio itu berhantu!”

Mimi menjerit ketakutan. Jeritan ketakutannya menciptakan Tan yang sedang tidur di salah satu sudut perpustakaan jadi terbangun. Awalnya Mimi dan temannya terpesona dengan wajah Tan, tapi saat Tan teriak murka-marah, mereka jadi kesal. Tan marah-murka bila perpustakaan itu bukannya daerah untuk ngobrol! Teman Mimi membalas bila perpus juga bukan tempat untuk tidur. Kalau mau tidur, pulang ke rumah sana!
Tan kesal dan karenanya keluar perpus sambil membawa selimut tipisnya.
Mimi menyuruh temannya itu untuk tidak bertengkar seperti itu lain kali. Dia takut bila Tan akan menghajar mereka karena wajah Tan terlihat sangat tidak ramah. Teman Mimi mulai menceritakan berita mengenai Tan. Awalnya, orang-orang menjuluki Tan dengan sebutan Tn. Senyum Manis, tapi setelahnya, orang-orang menjulukinya Tn. Senyum Manis tapi Perangai Buruk. Itu alasannya wajah Tan yang ganteng tapi kelakuannya sangat buruk. Tan selalu memarahi siapapun orang yang menggangu tidurnya.

Ternyata, dari tadi ada yang memperhatikan sobat Mimi. Dia langsung mengejar Tan dan nanya apa Tan kenal dengan orang yang bertengkar dengannya tadi? Dia menyukai perempuan tadi dan ingin ngajak kenalan. Tan mana tau dan tidak peduli.
--

Tan pulang ke rumah dan bicara dengan kura-kura peliharaannya, Phoebe. Tan iri dengan kura-kuranya yang mampu tidur sesukanya tanpa harus terganggu.
Dan terlihat di atas meja, ada foto Tan bersama 2 laki-laki lainnya di depan ‘Klub Broadcasting.’
Tan ialah DJ Titan ya guys.
--

Tengah malam, Tan pergi ke Middle Radio untuk bekerja. Graph sudah ada duluan di sana dan bersiap memulai siaran.
--
Mimi masih belum tidur walau sudah jam 3 pagi. Dia bicara pada dirinya sendiri kalau stasiun radio yang di dengarnya beneran ada dan bukan siaran radio hantu. Dan DJ yang di dengarnya nyata, bukannya hantu.
Begitu sempurna jam 3, Mimi eksklusif menyetel radio ke frekuensi kemarin malam. Dia sangat bahagia mendengar suara DJ Titan yang membuka siaran. Tanpa membuang waktu, Mimi eksklusif mengirim pesan bila dia ingin bercerita : “Aku memiliki terlalu banyak phobia di dunia ini. Aku bahkan berpikir jikalau cicak bekerjsama adalah dinosaurus.”

SMS nya menarik perhatian Titan dan menganggapnya lucu. Dia menyuruh Graph untuk menelpon si pengirim pesan tersebut. Mimi sangat senang dikala menerima telepon dari Graph dan bahkan bersedia untuk membagi ceritanya secara on-air.
DJ Titan begitu menerima sambungan telepon dari Mimi, langsung nanya, apakah Mimi ini yaitu Mimi yang menelpon kemarin malam? Mimi dengan semangat, mengiyakan. DJ Titan menyambutnya dengan ramah dan menyuruh Mimi menceritakan ceritanya.


Mimi mulai menceritakan masa kecilnya. Kaprikornus, sedari kecil, jika beliau ingin melaksanakan sesuatu, ibunya niscaya selalu melarangnya dengan menakut-nakuti. Contohnya, saat beliau hendak main keluar rumah, ibunya bilang ia bisa di culik sama penculik kendaraan beroda empat. Saat beliau hendak mengambil barang yang jatuh ke bawah lemari, ibunya melarang ia memasukkan tangan ke bawah lemari alasannya adalah mampu di gigit kecoak. Saat Mimi tidur, ibu menyuruhnya menggunakan selimut sampai menutupi kaki, atau jikalau nggak, hantu bisa menangkap kaki Mimi. Semua itu menciptakan Mimi menjadi penuh phobia. Dia jadi takut mobil, darah, gelap, segalanya.
“Berhenti menjadi takut. Semuanya memang menakutkan dikala kita kecil. Tapi, kita harus menghapuskan ketakutan kita dan mencar ilmu untuk berani, jadi dengan begitu kita bisa bertumbuh,” nasehat Titan.
“Semua itu lebih mudah di katakan daripada di lakukan, P’Titan.”
“Aku mengerti. Sangat mengerti. Tapi kau harus mencar ilmu untuk mengatasi rasa takutkmu. Kalau kau merasa itu berat untuk di lakukan atau cemas, beberapa masakan anggun akan mampu membantumu untuk lebih damai.”
Mimi sangat senang dengan ucapan-ucapan Titan. Dia merasa bicara dengan Titan, membuat beliau melupakan ketakutan, kesepian dan kesedihannya. Mimi bahkan membayangkan kalau Titan seolah menunjukkan makanan elok padanya.
Titan membalas jika beliau juga bahagia mampu bicara dengan Mimi.
--
Esok hari,
Mimi menjadi lebih kepo mengenai DJ Titan. Dia mencaritahu di FP Middle Radio, biodata mengenai DJ Titan. Tapi, tidak ada foto dan juga tidak bisa mencaritahu nama aslinya. Informasi yang mampu di dapatkannya, Titan kuliah di tempat yang sama dengannya. Dan hari Pepero itu yaitu tanggal 11 November. Jadi, ulang tahun Titan adalah 11 November.
Mimi jalan dengan sibuk memperhatikan ponsel dan menahan kantuk. Dia tidak melihat jalan, dan hendak nyebrang padahal ada mobil kencang melintas. Untung ada Tan yang melihat itu dan segera menarik Mimi sebelum terjadi kecelakaan.


Subscribe to receive free email updates: