Sinopsis C-Drama : Forget You, Remember Love Episode 03 - 1 Images by : Tencent TV
Shengzhe sedang mencar ilmu dengan di lihat oleh Jinzhi. Tai Chu datang berkunjung ke toserba dengan menaiki kendaraan beroda empat mewahnya. Dia datang untuk mengembalikan botol minum Qianyu. Melihat ada pria ganteng dan kaya yang datang mencari Qianyu, Jinzhi menjadi bersemangat. Shengzhen juga semangat dan memuji kendaraan beroda empat Tai Chu yang cantik.
Jinzhi nanya apa kerjaan Tai Chu? Tai Chu kebingungan menjelaskan mengenai pekerjaannya, dan menjawab bila kerjaannya berwisata keluar negeri sepanjang tahun. Yah, mampu di bilang ia pengangguran juga. Jinzhi mengira Tai Chu yaitu penjelajah yang kaya raya. Jinzhi semakin antusias dan nanya usia Tai Chu dan apakan dia sudah menikah? Tai Chu menjawab bila tahun ini, usianya 26 tahun dan masih belum menikah. Jinzhi pribadi memberitahu bila Qianyu berusia 24 tahun dan merupakan kembang desa Guamein, punya perilaku santun dan mampu melindungi diri dari preman. Mau di pertimbangkan? Hahahah, Tai Chu kebingungan bagaimana caranya kabur dari sana. Untungnya, Qianyu tiba dikala itu. Tai Chu pribadi cepat-cepat mengembalikan botol padanya dan pamit pergi. Setelah Tai Chu pergi, Shengzhe gres memberittahu Qianyu bila Tai Chu pasti kabur karena Jinzhi terlalu antusias, membuat Tai Chu ketakutan. Jinzi membantah itu. Dia menasehati Qianyu untuk tidak melepaskan pria kaya seperti Tai Chu. Qianyu malas mendengarnya dan memilih masuk ke rumah. --
Pagi-pagi, Ziqian sudah memasak sarapan untuk dirinya sendiri dan juga untuk anjing peliharaannya, Daisy.
Terlihat di meja ruang tamu, ada foto era kecil dan cukup umur Ziqian bersama Junhao dan Yunyi. --
Ziqian berpas-pasan dengan Junhao dan Yunyi yang sedang menunggu lift. Melihat wajah senang Junhao dan Yunyi, Ziqian mampu menebak bila mereka pasti jadi bertunangan. Yunyi tersenyum dan memberi semangat Ziqian supaya bisa menemukan jodohnya sendiri. Junhao malah ngejek Ziqian yang sudah menjalani kehidupan setelah ijab kabul alasannya setiap hari Ziqian melayani Daisy sama mirip melayani istri. Yunyi tertawa mendengar ajukan Junhao.
Mereka naik lift bersama. Hanya bertiga. Yunyi mengingatkan jika jam 3 sore mereka harus fitting baju pertunangan. Junhao baru ingat dan minta maaf karena siang nanti, dia harus pergi ke Desa Nelayan Guanmei. Yunyi mendesak Junhao untuk menemaninya sebab kalau mereka tidak fitting hari ini, gaun dan jas mereka tidak akan mampu selesai tepat waktu. Junhao kesudahannya meminta tolong Ziqian untuk pergi menggantikannya melihat baju pertunangan dan menemani Yunyi. Ziqian menolak karena ini kan hal eksklusif Junhao, jangan meminta bantuannya. Yunyi malah ikut membujuk Ziqian. Ziqian jadi tidak tega dan balasannya mau pergi bersama Yunyi sore nanti. --
Qianyu dalam perjalanan mengantarkan barang pesanan. Tapi, saat beliau melewati depan toko musik Liyin, dia melihat piano ibunya sedang di angkut. Qianyu langsung berhenti dan menahan para kuli untuk membawa piano itu. Qianyu juga berteriak menyuruh Liyin keluar. Liyin keluar dengan kesal dan menjelaskan kalau piano itu sudah di beli orang lain. Orang itu sudah membayar DP padanya dan hari ini akan melunasinya. Jadi, tidak ada alasan apapun baginya untuk tidak menjual piano itu. Qianyu memohon pada Liyin untuk tidak menjual piano-nya. Dan juga, ia memang hendak menemui Liyin untuk memperlihatkan uang membeli piano. Ini adalah semua uang simpanannya. Totalnya 4200 yuan. Jadi, mohon jangan jual piano itu dulu. Dia komitmen akan secepat mungkin mencari sisa kekurangan uangnya. Berikan dia waktu 3 hari lagi. Liyin tidak bisa. Dia mengembalikan uang Qianyu. Qianyu tetap keras kepala dan bahkan memeluk piano itu agar tidak mampu di angkut. Liyin berusaha mendorongnya, tapi Qianyu sangat bersahabat memeluk piano itu. Di ketika yang sama, Junhao sedang dalam perjalan ke desa Guanmei bersama Dawei. Junhao menanyakan mengenai perwakilan dari Asosiasi Perjalanan Internasional, apa sudah ketemu orangnya? Da Wei menjawab jikalau dikala ini yang mereka ketahui mengenai orang itu yakni mempunyai followers lebih dari 10 juta fans dan nama akun Weibo-nya yaitu Dadao. Tapi, akun Weibo-nya tidak ada foto profile, jadi mereka tidak tahu wajahnya dan kesulitan mencarinya. “Orang yang di Asosiasi Perjalanan International melaksanakan evaluasi, dengan sendirinya akan tiba ke Desa Nelayan Guanmei. Berilah perhatian lebih terhadap kondisi terusan keluar masuk Desa Nelayan Guanmei belakangan ini,” perintah Junhao.
Qianyu masih saja menghalangi piano untuk di angkut dan itu menarik perhatian masyarakat sekitar dan membuat macet. Polisi kemudian lintas, Li Donglu, datang untuk menyelesaikan duduk perkara itu. Liyin melapor kalau Qianyu membuat onar di tokonya. Paman Li berusaha membujuk Qianyu untuk tidak sepert ini dan mari bicarakan baik-baik. Qianyu menjawab dengan tegas kalau ia gres mau berdiskusi jika Liyin tidak menjual piano itu. Liyin tidak mampu karna beliau tetap akan menjual piano itu. Karena sepertinya akan sulit menyelesaikan duduk perkara itu, paman Li pribadi menelepon Jinzhi. --
Ziqian menemani Yunyi ke toko baju. Dia melihat jas yang sudah di siapkan penjahit untuk Junhao dan memintanya untuk menukar warna jas itu jadi warna hitam. Penjahit mengerti dan bertanya untuk memastikan, mengenai ukuran baju Junhao. Junhao yaitu pelanggan tetap mereka, dan terakhir mengukur badan adalah sebulan yang lalu, apa ukurannya masih sama? Ziqian mengiyakan dan menyuruh untuk mengikuti catatan ukuran itu. Dan juga, jangan sampai ada bahan wol di baju Junhao karena Junhao alergi wol. Tidak lama, Yunyi keluar dari ruang ganti. Ziqian eksklusif terpesona melihat penampilannya yang anggun dan elegan. Dia memuji Yunyi yang memakai apa saja terlihat manis. Pegawai toko meminta izin untuk mengambil foto. Setelah mengambil foto seorang diri, Yunyi mengajak Ziqian untuk berfoto bersama. Ziqian awalnya tidak mau, tapi karena Yunyi terus meminta, Ziqian hasilnya mau. Yunyi memberitahu jika dia sangat menyukai gaun yang di kenakannya kini. Akan tetapi, Junhao pasti lebih suka warna putih, jadi beliau tidak akan mengambil gaun itu. Ziqian merasa gaun itu indah dan sebaiknya Yunyi mendiskusikannya dengan Junhao. Yunyi menolak dan memilih mencoba gaun lain saja. --
Paman Li menelpon Jinzhi untuk segera ke toko Liyin karena Qianyu berbuat onar di sana. Karena keonaran yang terjadi, mobil Junhao juga tidak bisa lewat di sana. Mau tidak mau, mereka harus menunggu sampai masalah usai. Liyin udah capek. Dia sudah tidak peduli walau Qianyu memeluk piano itu. Angkut saja piano itu beserta Qianyu. Qianyu tetap keras kepala dan melarang piano di bawa. Dia memohon pada Liyin. Shengzhe datang saat itu dengan nafas ngos-ngosan sebab lari. Dia memberikan uang simpanan-nya untuk Liyin, demi piano Qianyu. Liyin tidak tega kesannya, tapi uang yang di berikan itu masih kurang. Jinzhi juga tiba dan menawarkan uang simpanannya. Qianyu tidak menyangka jika Jinzhi dan Shengzhe membantunya mendapatkan piano ibunya kembali. Qianyu memohon sangat pada Liyin untuk tidak menjual piano itu. Itu yakni satu-satunya barang berharga yang di tinggalkan ibunya untuknya. Dia jamin, akan memperlihatkan sisa kekuranga uangnya dalam 3 hari. Di dalam kendaraan beroda empat, Junhao melihat Qianyu dan piano itu. Junhao jadi teringat ucapan Qianyu kemarin padanya, di laut, bahwa alasannya adalah menyelematkannya dia jadi tidak bisa membeli kembali piano ibunya. Liyin tidak tega. Tapi, ia tidak mampu membantu sama sekali. Dia sudah mendapatkan DP piano itu dan bila dia melanggar kontrak, beliau harus membayar dua kali lipat di tambah dengan biaya pelanggaran kontrak. Uang yang mereka juga sangat kurang untuk semua itu. Liyin mengembalikan uang Shengzhe dan Jinzhi. Liyin juga memohon pada Qianyu untuk tidak menyulitkannya. Karena jalanan sudah semakin macet dan memang piano itu harus di jual, tidak ada yang mampu membela Qianyu. Paman Li membujuk Qianyu untuk tidak mirip ini dan membuat onar. Akhirnya, piano itu di angkut. Qianyu menangis menjerit-jerit karena itu satu-satunya peninggalan ibunya. Semua berusaha menenangkannya, tapi Qianyu terus menangis. Junhao jadi tidak tega melihat itu.
--
Qianyu sudah pulang ke rumah bersama Jinzhi dan Shengzhe. Jinzhi membujuknya untuk tidak sedih. Mereka akan mengumpulkan uang dan pasti akan membeli kembali piano itu. Qianyu tetap duka dan menangis. Saat itu, Liyin datang bersama tukang angkut membawa piano itu ke rumah mereka. “Ye Qianyu. Kau sungguh bernasib baik. Tak di duga ada orang yang membayarnya dan menyuruhku mengirimkan piano ini untukmu,” beritahu Liyin.
“Siapa yang belikan untukku?”
“Mana ku tahu. Setelah kamu pergi tadi, ada orang yang menghubungiku. Membayar harga dua kali lipat dan menyuruhku mengirimkannya padamu. Kapan kau kenal orang kaya mirip ini?” tanya Liyin.
Qianyu juga tidak tahu. Rasanya, beliau tidak kenal orang kaya manapun. Liyin juga tidak tahu, tapi yang penting, piano itu sudah menjadi milik Qianyu, jadi ia pergi dulu ya. Qianyu sangat senang karna piano ibunya alhasil kembalinya. Jinzhi dan Shengzhe masih penasaran dengan siapa yang membeli piano itu. Qianyu hanya terpikir satu orang kaya yang di temuinya, Tai Chu. Dan dia mengira Tai Chu yang membelikan piano itu untuknya. --
Karena itu, Qianyu ingin berterimakasih pada Tai Chu. Jinzhi dan Shengzhe bahkan menyiapkan kukis untuk Qianyu bawa. Jinzhi mengeluarkan gaun lama miliknya dulu dan memberikannya pada Qianyu untuk di pakai. Shengzhe menyemangati Qianyu supaya bisa menerima Tai Chu, sebab dengan begitu, ia juga mampu dapat banyak uang jajan. --
Qianyu mengenakan gaun Jinzhi dan membawa kukis pergi ke hotel Guanmei. Tapi, ketika dia sampai, Fengqiao memberitahu bila Tai Chu tidak ada di hotel dan gres saja pergi ke laut. Sheng juga berkomentar banyak sekali yang mencari Tai Chu, padahal beliau juga single. Qianyu eksklusif nanya, siapa yang nyari Tai Chu selain dirinya? Mereka menjawab, Liyin.
--
Liyin menemui Tai Chu dan juga memberikan kukis yang ia bilang ialah buatan sendiri. Tai Chu tidak mau memakan kue Liyin dengan alasan tidak suka makanan elok. Tai Chu memilih untuk memfoto pemandangan. Dia bahkan menyuruh Liyi menyingkir alasannya adalah menghalangi lensa kamera-nya. Liyin tidak mau menyerah dan berbohong jika kakinya keseleo. Tai Chu menghela nafas panjang karena tahu Liyin hanya bohong agar bisa memegangnya. Qianyu tiba di ketika yang tepat. Dia eksklusif teriak bohong bila toko Liyin kebakaran. Liyin panik dan pribadi lari pulang. Eh, tapi ia gres sadar jikalau sudah tertipu. Qianyu pribadi mengejeknya yang bilang kaki keselo, tapi masih mampu lari. Liyin terang kesal dan kembali akting keseleo sambil jalan pulang. Tai Chu tertawa melihatnya. Tapi, beliau kemudian nanya, apa Qianyu tiba untuk memberikannya kukis juga? Tawa di wajah Qianyu langsung hilang. Dia menyembunyikan kukis di tangannya dan bilang datang untuk mengucapkan terimakasih. “Walau kau selalu bilang terimakasih padaku, aku hanya bisa bilang ‘sama-sama’,” jawab Tai Chu.
Qianyu tidak mengalah. Dia nanya, apa Tai Chu masih mau jalan-jalan? Dia akan berikan biaya gratis membawa Tai Chu jalan. Tai Chu menolak alasannya dia sudah ada akad dengan orang lain. Makara, dia pergi dulu ya. Qianyu jadi kepo, siapa orang lain yang ada komitmen dengan Tai Chu?
--
Qianyu pulang dengan lemas membawa kukisnya. Dia juga memberitahu jika Tai Chu tidak mau menggunakan jasa tour guide-nya dan juga Tai Chu tidak butuh kukis darinya. Banyak wanita antri untuk memberikannya kukis. Jinzhi kecewa dan merasa jikalau Tai Chu tidak menyukai Qianyu, jadi ia harus menciptakan seni manajemen gres. Karena pedekate kepada Tai Chu gagal, Jinzhi menyuruh Qianyu untuk pergi mengantarkan barang saja.
--
Tai Chu ternyata pergi ke pelabuhan. Dia ingin menyewa kapal untuk ke pulau lumba-lumba. Tapi, pemilik kapal tidak mau menyewakannya. Masalahnya bukan di uang, tapi pulau lumba-lumba itu berbahaya dan mereka harus bertanggung jawab atas keselamatan penyewa. Dan ternyata, Qianyu mengantarkan air ke pelabuhan. Tentu saja, ia bertemu lagi dengan Tai Chu. Qianyu pribadi nanya, ngapain Tai Chu di sini? Pemilik kapal uyang menjawab kalau Tai Chu ingin nyewa kapal untuk pergi ke Pulau Lumba-Lumba. Tai Chu mau ke sana alasannya dengar di Pulau Lumba-Lumba ada lumba-lumba putih, jadi ia ingin melihatnya. “Pulau Lumba-Lumba, sejak awal tidak ada lumba-lumba,” beritahu Qianyu.
“Cerita ini panjang untuk di ceritakan. Tapi sekarang, saya masih harus mengantarkan barang-barang.” Mendengar itu, Tai Chu eksklusif nawarin diri untuk menemani Qianyu mengantarkan barang. Dan sepanjang jalan, Qian Yu bisa menceritakan Pulau Lumba-Lumba padanya. Qianyu oke. Pas mau masuk ke kendaraan beroda empat, Tai Chu melihat bahu baju Qianyu yang robek. Dia memberitahu dan dengan baik memberikan jaket bajunya untuk menutupi robekan baju itu. Qianyu tampak cukup bahagia dengan perhatian Tai Chu. --
Dalam perjalanan, Qianyu mulai bercerita mengenai Pulau Lumba-Lumba. Dahulu periode, di dalam bahari Pulau Guanmei, tinggallah lumba-lumba putih yang sangat banyak. Mereka sering hidup di erat Pulau Lumba-Lumba. Di ketika itu, Pulau Lumba-Lumba masih belum punya nama. Banyak nelayan yang bertemu dengan kabut tebal. Saat tidak bisa menemukan rute untuk kembali, semuanya mengikuti bunyi lumba-lumba. Barulah bersandar di tepi pantai dengan selamat.
Cerita berhenti, alasannya Qianyu harus mengantarkan air dan beras ke rumah seorang nenek. Tai Chu memperlihatkan diri untuk mengangkot galon air itu, tapi Qianyu melarang. Dia sudah biasa mengangkat galon. Dan bahkan rekor tertingginya ialah mengangkat 4 galon. Jadi, yang seperti ini bukanlah apa-apa. Tai Chu sepertinya cukup terkesima. Lumba-lumba yakni sahabat para nelayan yang terbaik. Sejak itu, dilarang ada orang yang menyakiti mereka. Meskipun mereka tiba-datang tidak mau menawarkan diri, tapi demi mengenang mereka, nelayan menamai pulau itu sebagai Pulau Lumba-Lumba. Pulau Lumba-Lumba punya banyak terumbu. Ada nelayan yang sering menciptakan dilema di sana. Nelayan berpikir alasannya adalah tidak ada tempat berlindung lumba-lumba putih, jadi hampir tidak ada lagi orang yang berani untuk pergi ke sana. Begitulah cerita mengenai Pulau Lumba-Lumba.
--
Qianyu dan Tai Chu beristirahat sejenak. Tai Chu membacakan daftar pengantaran yang masih harus Qianyu antar : mengantar 2 porsi nasi belibis panggang kepada keluarga Su Liyin, seporsi nasi daging panggan kepada keluarga Li Donglu, seporsi nasi dan 2 buah odol gigi keluarga Wang Xiaoquan, dua buah paket kepada keluarga Zhang Daming. Dan acara besok : menyapu selama 2 jam di rumah keluarga Yang Xiaojuan, pelayanan kebersihan. Wow, sangat banyak.
Tai Chu hingga heran karena Qianyu menerima semua jenis pekerjaan dan jadwalnya sangat padat. Qianyu menjawab jika ini adalah caranya bertahan hidup. Biaya untuk mengirimkan satu delivery yakni 10 yuan, mengantar paket 2 yuan, satu jam kerja 100 yuan. Semakin banyak yang di kerjakan, menghasilkan makin banyak. “Untuk apa kau menghasilkan begitu banyak uang?” tanya Tai Chu.
“Awalnya menghasilkan uang untuk membeli kembali piano ibuku. Sekarang saya tidak perlu khawatir alasannya masalah ini lagi. Tapi, ayahku yang telah meninggal justru meninggalkan sebuah hutang besar untukku. Bagaimana mampu bila tidak menghasilkan uang? Bahkan tidur pun rasanya boros waktu,” jawab Qianyu. Tai Chu jadi resah, apa ibu yang Qianyu bicarakan adalah ibu Jinzhi? Qianyu mulai bercerita mengenai keluarganya. Jinzhi yakni ibu tirinya. Ibu kandungnya adalah guru piano, tapi sudah meninggal. Demi menyembuhkan ibunya, ayahnya berhutang banyak dan lalu membawanya ke Desa Nelayan Guanmei. Setelah tiba di desa ini, ayahnya bertemu dengan ibu Jinzhi dan lalu menikah. Tidak lama, ayahnya meninggal. Kaprikornus, Jinzhi menghidupinya bersama dengan Shengzhe. Dan juga, Jinzhi tidak membuangnya tapi juga berinisiatif menanggung kewajiban hutang ayahnya. Walaupun Jinzhi terlihat pelit dan tinggi hati, tapi bekerjsama, beliau yakni ibu yang sangat baik. “Dapat terlihat kalian semua adalah orang yang sangat antusias dan baik hati,” puji Tai Chu.
Qianyu tersenyum mendengarnya. Tapi, beliau jadi kepo, kenapa Tai Chu tampaknya tidak pernah pergi kerja? “Aku… berwisata justru terhitung sebagai pekerjaannya.”
Mendengar itu, Qianyu jadi iri. Jika ia kaya, dia akan berwisata keluar negeri. Tai Chu tertawa mendengarnya karena menurutnya tidak ada yang perlu di irikan.
“Sebenarnya berwisata justru sebuah inovasi terhadap proses pembebasan. Semakin banyak kamu melihat, justru akan temukan semakin banyak kebebasan.”
“Kaprikornus, inilah alasan mengapa kamu mau pergi ke Pulau Lumba-Lumba?”
“Ya. Kaprikornus, niscaya saya akan pergi ke sana.” “Baik. Aku akan membawamu.”
Tai Chu terang bahagia.
