Sinopsis K-Drama : Hi Bye, Mama Episode 16-3 END
Images by : TvN
Gang Hwa mulai bisa mendapatkan jika tidak ada cara lain bagi Yu Ri untuk hidup kembali dan menerima keputusan Yu Ri untuk pergi. Tapi, tetap saja itu semua terasa berat. Dia mulai menyesali semuanya. Jika tahu dari awal, dia akan membiarkan Yu Ri bersama Seo Woo lebih lama. “Aku pernah menjadi arwah. Momen ini sangat berharga bagiku. Aku bisa menyentuh Seo-woo. Aku mampu merangkulmu saat kamu menderita. Bagiku, itulah anugerah.”
“Bagaimana saya bisa melepasmu lagi?” “Maafkan saya, Gang-hwa. Maaf untuk lima tahun kemudian, dan kini. Aku sangat menyesal harus pergi.” “Tidak, maafkan aku. Maafkan aku atas segalanya.” “Kenapa harus minta maaf dikala kamu memberiku banyak hal? Terima kasih sudah mencintaiku saat kita bersama. Itu saja cukup bagiku,” ujar Yu Ri. Gang Hwa semakin menangis mendengar ucapan Yu Ri tersebut.
--
Saat pulang ke rumah, Gang Hwa masuk ke dalam kamar Seo Woo. Dia menatap wajah putrinya yang sedang tertidur itu. “Seo-woo. Bibi elok itu ialah ibu yang melahirkanmu. Ibumu menyayangimu. Bukan. Sangat menyayangimu. Maukah kau memaafkan ayah suatu hari nanti?” ujar Gang Hwa pada Seo Woo yang tidur. --
Yu Ri mulai menulis : “Daftar hal yang ingin di lakukan.”
Pertama : Menepati komitmen dengan teman-temanku.
Yu Ri membawa arwah Ny. Sung, Ny. Jung dan Hye Jin ke restoran BBQ alasannya adalah hanya mereka arwah yang tersisa dari rumah murung. Pelayan yang sedang melayani Yu Ri sampai heran melihat Yu Ri yang bicara sendiri. Pelayan itu takut. Para arwah itu hanya meminta Yu Ri membawa mereka makan daging BBQ. Yu Ri juga sudah menyiapkan jimat untuk mereka, sehingga mereka mampu memakan daging tersebut. Ketiga arwah itu hanya meminta Yu Ri mengabulkan cita-cita itu dan mereka akan segera naik. Mereka tidak mau merepotkan Yu Ri dan juga mereka tidak mau keluarganya tahu mereka masih getayangan. Yu Ri berterimakasih pada mereka alasannya sudah menemaninya selama beliau menjadi arwah.
“Baik mati atau hidup, dunia selalu punya perpisahan. Kita harus berpamitan untuk bertemu lagi,” ujar arwah Ny. Sung. “Kau benar. Mari terlahir sebagai insan dan bertemu di kehidupan berikutnya,” timpal Yu Ri. --
Kedua : Membalas semua utang akal. Yu Ri membawa Pil Seung ke rumahnya untuk makan bersama. Yu Ri memperkenalkan Pil Seung sebagai anak dari temannya dan sudah lama tidak makan kuliner rumah. Dan dia juga berutang kecerdikan padanya (alasannya adalah arwah keluarga Pil Seung menyelamatkan Seo Woo dari Guk Bong). Pil Seung galau, emang Yu Ri kenal dengan keluarganya? “Kau mungkin tak tahu. Tapi, saya kenal,” jawab Yu Ri.
Pil Seung menikmati masakan buatan Ibu Yu Ri. Dia makan dengan begitu lahap.
--
Ketiga : Menikmati keseharian sama seperti ibu-ibu lainnya. Yu Ri nongkrong bersama Hyeo Jeong di café. Mereka membawa Seo Woo da Ha Jun. --
Keempat : Pamit dengan semua anggota keluarga. Yu Ri mengadakan piknik dengan keluarganya dengan membawa Seo Woo juga. Seo Woo juga menginap di rumah mereka. Benar-benar bahagia melihat mereka. --
Kelima : Pamit dengan sobat-temanku. Hyeon Jeong yang menyetir kendaraan beroda empat. Di sampingnya ada Yu Ri dan di belakang ada Seo Woo dengan Ha Jun. Mereka akan berkemah hari ini. Kemana para ayah? Mereka berada di mobil terpisah. Geun Sang satu kendaraan beroda empat dengan Gang Hwa. Geun Sang sangat bosan satu mobil dengan Gang Hwa alasannya adalah Gang Hwa begitu kaku dan bahkan tidak mengizinkannya memutar musik. Saking kesalnya, Geun Sang hingga teriak-teriak meminta supaya satu kendaraan beroda empat dengan Yu Ri. Tapi, tentu saja di abaikan oleh Yu Ri dan Hyeon Jeong. Mereka tiba di tempat berkemah dan bersenang-bahagia. Yu Ri tampak sangat bahagia dan tidak berhenti tertawa.
Hyeon Jeong lalu memperlihatkan sesuatu untuk Yu Ri. Sebuah surat dari Min Jeong yang di titipkan padanya. Min Jeong juga meminta tunjangan pada Hyeon Jeong, supaya menawarkan perpisahan yang baik pada Yu Ri dengan Gang Hwa. Yu Ri tersentuh atas kebaikan Min Jeong. Dia bergumam jika Min Jeong terlalu baik. Yu Ri masih khawatir bila Min Jeong dan Gang Hwa akan bercerai.
“Sudah kubilang. Bukan salahmu. Hubungan mereka kurang lancar. Mereka terlalu perhatian sebab saling mengasihani, tapi malah menjauhkan. Itu buruk. Kurasa ada bagusnya. Karena itu mereka tahu ada dilema. Kau sudah cukup merasa cemas. Tersenyumlah,” ujar Hyeon Jeong.
Yu Ri kesannya bisa tersenyum. Hyeon Jeong lalu ikut bermain bola dengan para ayah dan anak. Sementara Yu Ri membaca isi surat Min Jeong. Hai. Bibi asisten dapur. Bibi pengasuh. Yu-ri. Ibunya Seo-woo. Aku tak berani menemuimu, jadi aku menitipkan surat ini. Setelah kupikirkan, aku merasa murka bukan hanya alasannya kamu dan Gang-hwa membohongiku, tapi juga sebab aku duka kehilangan seorang sahabat. Aku seharusnya bilang terima kasih banyak sudah menjadi temanku karena tidak ada lain kali bagimu. Aku sangat senang bahwa kamu ibunya Seo-woo. Aku juga senang bertemu denganmu. Selamat bersenang-bahagia. Selamat jalan, Temanku. Jangan terlalu mencemaskan Seo-woo. Aku akan melindunginya dengan sepenuh hatiku. Yu Ri tersenyum membaca surat Min Jeong. Hatinya merasa lega.
Dari jauh, Gang Hwa memperhatikan Yu Ri, tanpa Yu Ri sadari. Hari sudah gelap dan mereka melanjutkan aktivitas dengan bernyanyi sambil makan. Bahagia. Setelah anak-anak tidur, Yu Ri dan Gang Hwa duduk berdua. Yu Ri menatap langit dan memuji bila semua sangat indah. “Saat menjadi arwah, aku murung sebab hanya mampu melihat, dan pergi tanpa disadari siapa pun. Namun, sekarang saya mampu pergi dengan tawa dan senyuman. Aku bahagia.”
“Kau punya penyesalan?”
“Penyesalan? Apa kau tahu apa yang mampu kuandalkan semasa saya hidup?”
“Apa?”
“Ibu. Ibuku. Dia selalu mendukungku. Aku mampu melaksanakan apa pun tanpa merasa takut. Untuk Seo-woo, aku ingin menjadi ibu seperti itu. Sosok yang paling bisa diandalkan. Sayangnya, saya tidak bisa. Aku menyerahkannya kepadamu. Jadilah ayah yang bisa diandalkan.” “Ya. Pasti.”
“Apa yang paling kau sesalkan sesudah saya meninggal?” tanya Yu Ri, balik.
“Tidak mampu menua bersamamu. Kita mungkin sering bertengkar, tapi saya ingin bersamamu setiap hari. Aku ingin melihat Seo-woo pergi kuliah, melihatnya menikah, dan punya anak. Itu yang kuinginkan di dunia ini. Saat kita menua dan beruban, aku ingin menggenggam tanganmu, mengucapkan terima kasih karena kita sudah bertahan. Aku pernah bermimpi hari itu akan tiba. Itu penyesalan terbesarku.” “Aku juga ingin hidup lama bersamamu.”
“Tapi... kamu memberikan Seo-woo untukku. Terima kasih. Dia anugerah terbesar yang kau berikan untukku.”
“Kau harus menjalani sisa hidupmu dengan sebaik-baiknya. Hiduplah dengan bahagia demi Seo-woo. Jika kamu memikirkanku, jangan menangis, tapi tersenyum. Jangan duka. Tersenyumlah.” “Pasti,” kesepakatan Gang Hwa. “Aku akan mengingatmu. Aku hanya akan mengingat kenangan yang indah. Pasti kuingat.” Mereka saling berpelukan. Siap untuk berpisah. --
Ibu keluar rumah dan melihat bunga sakura di halaman rumah yang mulai bermekaran.
--
Yu Ri sudah siap pergi dan berpamitan kepada Seo Woo. Dia membelai rambut Seo Woo dan wajahnya. “Seo-woo. Seo-woo-ku yang cantik. Bergembiralah. Selalu tersenyum. Di kehidupan berikutnya, tolong temui ibu lagi. Ya?” tanya Yu Ri. Yu Ri berusaha menahan tangisnya dan memeluk Seo Woo.
Seo Woo belas memeluknya dan mengatakan : “Selamat jalan, Ibu.” Yu Ri menangis senang. Ini pertama kalinya, Seo Woo memanggilnya “IBU.” --
Seiring dengan bermekaran-nya bunga sakura, Yu Ri pun harus pergi. Midong yang mengantar kepergiannya. Yu Ri berterimakasih padanya. Midong merasa duka tapi berusaha keras untuk tidak menangis. Dia berujar kalau Yu Ri beruntung karena tidak semua orang mampu berpamitan sebelum mereka meninggal. Dewa niscaya sangat menyukai Yu Ri. Midong memperlihatkan cermin untuk Yu Ri, semoga bisa berpamitan pada diri sendiri. Yu Ri menatap pantulan wajahnya di cermin. “Cha Yu Ri. Selamat jalan,” ujar Yu Ri kepada dirinya sendiri.
Yu Ri berpamitan pada Midong. Dan kemudian, ia berjalan menyusuri jalanan, seorang diri. Gang-hwa. Seo-woo. Saat kalian masuk Surga, Dewa akan menanyakan dua pertanyaan. Jika menjawab ya di kedua pertanyaan itu, kalian bisa terlahir sebagai manusia di kehidupan berikutnya. Pertanyaan pertama, "Kau senang dengan hidupmu?" Pertanyaan kedua, "Apa orang lain senang karenamu?" Mari terlahir kembali sebagai manusia dan saling bertemu kehidupan berikutnya. Bertahun-tahun telah berlalu…
Gadis kecil Seo Woo telah tumbuh menjadi wanita yang manis. Di hari bunga sakura bermekaran, Seo Woo duduk membaca sebuah buku. Di sela buku ada foto Gang Hwa, Yu Ri dan Seo Woo di taman bermain dulu. Di bawah foto ada tulisan : “Anakku, akankah kau ingat bahwa aku pernah bersamamu?” Buku yang di baca oleh Seo Woo berjudul : Kelopak berguguran, tapi bunga tak pernah pudar.
Sesoerang memanggil nama Seo Woo. Ayah dan ibunya. Gang Hwa dan Min Jeong. Terlihat bila Seo Woo juga mempunyai buku Naskah Cho Seo Woo dan buku Pengkajian Film. Seo Woo berlari bahagia ke arah ayah dan ibunya. Kelopak berguguran, tapi bunga tak pernah pudar. Aromanya tertinggal di dunia dan merasuk dalam memori kita.
==EPISODE TERAKHIR==
==KELOPAK BERGUGURAN TAPI BUNGA TETAP BERTAHAN==