Sinopsis K- Drama : Memorist Episode 11 Part 2
Original Network : tvN
"Semua aksara, organisasi, daerah, dan kejadian ialah fiktif”
Sambil makan, Se Hoong menceritkan gosip yang didapatnya. Dia dan Kyung Tan telah menilik orang- orang yang tewas di Shimbae. Tidak semua korban tinggal di Kota Shimbae dan mereka juga kuliah di Universitas yang berbeda. Namun anehnya, mereka semua tewas di hari dan jam yang sama. Dan satu- satunya kesamaan mereka yakni kursus privat, mereka semua sama- sama mengikuti bimbingan privat di sebuah grup kecil semenjak masih Taman Kanak-kanak.
“Tim kami sudah tahu itu,” sela Sun Mi.
“Woah… Luar biasa,” puji Se Hoong bengong.
“Begitu rupanya,” gumam Kyung Tan. “Keluarga para mendiang cukup kaya dan berkuasa. Tapi tidak ada yang bersedia menjawab pertanyaan kami,” jelasnya.
“Kenapa tidak?” tanya Dong Baek, ingin tau.
“Mana aku tahu?” balas Kyung Tan sambil makan dengan lahap.
“Jadi, apa yang kalian temukan?” tanya Dong Baek, tidak sabaran.
Se Hoong menjelaskan apa yang di pikirkannya, berdasarkan nya ini semua abnormal, semua korban gres berusia 20 tahun dan tujuh di antaranya tewas, tapi tidak ada satupun anggota keluarga mereka yang mengeluhkan ajal mereka. Lalu ada satu laki-laki yang menarik perhatiannya diantara ketujuh korban. Dan ia menunjukkan data yang dibawanya.
“So Philip,” baca Sun Mi.
“Aku ingat di mana aku melihat nama itu,” terang Se Hoong. “Kamu memintaku dan Kapten mencari isu masalah tidak terpecahkan.”
“Arsip SMPA?” tanya Dong Baek.
“Benar. Aku melihat namanya di salah satu dokumen resmi. "Mati dicekik, So Philip dan enam lainnya". Itu nama yang tidak biasa. "So Philip",” terperinci Se Hoong.
“Tapi itu tidak masuk logika. Penyelidikan internal kasus Kota Shimbae tidak dilakukan siapa pun,” balas Sun Mi, berpikir.
“Lalu kenapa mereka meminta hasil penyelidikan internal?” tanya Dong Baek, heran.
“Itu berarti seseorang menghapus semua sisa jejak penyelidikan itu,” kata Se Hoong dengan yakin.
Dong Baek membaca dokumen kejadian tersebut dengan baik. Dan ia menemukan sebuah nama yang menarik, Chun Ki Soo. Yaitu Detektif yang Sun Mi temui dulu. Dan pemimpin kasus Kim So Mi dari 20 tahun yang kemudian.
“Aku meneleponnya tadi, tapi dia bilang sedang libur. Jadi, saya baiklah untuk menemuinya besok pagi,” kata Kyung Tan, memberitahu. Dan Dong Baek mengerti.
“Menurutmu kenapa ia menghapus catatan penyelidikan?” tanya Se Hoong, ingin tahu.
“Kita akan mencari tahu,” balas Dong Baek. Kemudian beliau memandangi Sun Mi. “Bagaimana? Bagaimana dengan investigasi adonan?” tanyanya, mengajak bekerjasama.
Dengan penuh harap, Se Hoong tersenyum dan memandangi Sun Mi juga. Dan Sun Mi membisu serta berpikir. “Kalian mampu menginap malam ini,” katanya. Lalu ia pergi untuk beristirahat.
“Tanpa ia, kita tidak mampu menyebut diri kita Avengers,” komentar Kyung Tan. Dan Dong Baek menatap nya dengan kesal.
Semua orang tertidur dengan nyenyak, tapi Dong Baek sama sekali tidak mampu tidur. Dia mengingat kenangan abad kemudian nya.
Dong Baek mengikuti Si Wanita yang telah menyelamatkan nya. Dia mengikutinya secara diam-diam, tapi pada kesannya dia ketahuan juga. Dan saat tertangkap tangan, dia menyangkal jika beliau membuntuti nya. Dan mendengar itu, Si Wanita mengatai Dong Baek payah.
“Jangan lakukan itu,” kata Dong Baek, menghentikan Si Wanita. “Jangan mencoba melukai dirimu.”
“Melukai diriku?” balas Si Wanita dengan sikap geli. “Lucu sekali. Aku tidak seperti kau yang mencoba bunuh diri. Berhenti membuntutiku dan pulanglah.”
“Aku tahu kamu juga beberapa kali mencoba melompat,” kata Dong Baek dengan yakin. “Kamu mencoba mati,” tegasnya.
“Kamu pernah melihatku mencobanya?” sangkal Si Wanita.
“Aku memindai ingatanmu,” jawab Dong Baek dengan pelan.
Si Wanita tampak kesal mirip salah paham. Dia mengira Dong Baek sedang mencoba untuk mengoda nya, jadi beliau menyuruh Dong Baek untuk pergi menggoda perempuan lain saja. Dan Dong Baek mengabaikan perkataannya itu, dengan tegas ia menyampaikan bahwa beliau tahu jikalau Si Wanita merasa tersiksa.
“Kamu diselamatkan tepat sebelum mati dan diadopsi. Dan kamu masih tertekan alasannya ingatan itu,” terang Dong Baek, pertanda jikalau dia berbicara jujur.
“Siapa yang memberitahumu?” teriak Si Wanita, marah.
Dong Baek mendekati Si Wanita dan memegang tangannya. Lalu dia menutup matanya dan memakai kekuatannya untuk memindai ingatan Si Wanita.
Pagi hari. Matahari telah bersinar dengan jelas. Dan Se Hoong memanggil- manggil Dong Baek untuk membangunkannya. Dan setelah Dong Baek bangkit, Kyung Tan memberikan sebuah kabar yang mengejutkan kepadanya. “Pak Chun mengalami kecelakaan,” katanya.
Sun Mi keluar dari dalam kamarnya. “Aku akan ikut kalian,” jelasnya.
“Baiklah. Ayo, Avengers,” seru Kyung Tan dengan bersemangat.
Kyung Tan, Se Hoong, Dong Baek, dan Sun Mi. Mereka berempat menemui Ki Soo yang berada di rumah sakit. Tapi ketika mereka bertanya- tanya, Ki Soo menjawab bahwa dia tidak ingat apapun sebab gegar otak. Sekeras apapun beliau mencoba untuk mengingat, tapi dia tidak bisa mengingat wajah ‘nya’.
Dalam perjalanan pulang. Didepan lampu merah. Ki Soo membuka jendela mobilnya untuk menghirup udara segar. Dan disaat itu seorang pengendara motor berhenti di sebelahnya dan menyentuh tangannya.
Ntah apa yang terjadi, saat Ki Soo tersadar, kendaraan beroda empat nya dalam keadaan terbalik. Dan dia terjebak didalamnya, sebab tubuhnya terhimpit. Lalu putranya, Joon Young yang berada di belakang kendaraan beroda empat tidak sadarkan diri. Ki Soo memanggil- manggil nama putranya, tapi Joon Young sama sekali tidak bangkit dan tidak bereaksi.
Seseorang datang dan membantu Ki Soo untuk keluar dari mobil. “Tolong kami. Putraku ada di kursi belakang! Joon Young! Tolong bantu putraku. Joon Young! Joon Young... Tidak, ambil putraku dahulu. Tidak, putraku. Joon Young!” pinta Ki Soo, berteriak, putus asa.
Ketika orang tersebut menyeret Ki Soo keluar dari mobil. Secara perlahan mobil Ki Soo mulai terbakar.
Dengan frustasi, Ki Soo memegang tangan Orang tersebut dan memohon kepadanya. “Apa yang kau lakukan? Seseorang masih ada di dalam kendaraan beroda empat. Ada orang di bangku belakang. Putraku ada di dalam. Keluarkan beliau! Joon Young!” pintanya.
Tapi Orang tersebut hanya diam saja dan tidak merespon untuk membantu.
Ki Soo menjelaskan dengan kesal bahwa ia sama sekali tidak bisa ingat wajah Orang tersebut. Dan ia meminta Dong Baek untuk memindai ingatannya agar Dong Baek mampu menangkap Orang tersebut. Dan Dong Baek pun melakukannya.
Namun dikala Dong Baek gres memegang tangan Ki Soo sebentar saja, ia sudah merasa kesakitan. Tapi walaupun begitu, dia tetap melakukannya. Dia memindai ingatan Ki Soo.
Orang yang menyelamatkan Ki Soo, Orang tersebut ialah Si Penghapus. Dong Baek berusaha untuk melihat mirip apa rupanya, tapi ia mulai merasa sangat kesakitan. Dan ketika dia berhasil melihatnya, beliau hanya melihat topeng yang dikenakan Si Penghapus dan mata merahnya.
“Pembunuh yang membunuh para bedebah?” tanya Ki Soo. “Kenapa… Lalu kenapa dia membunuh putraku?” tanyanya, marah. “Dia anak yang manis. Dia bahkan tidak sanggup membunuh serangga. Aku akan mencabik-cabiknya. Aku akan membunuhnya sendiri.”
“Serahkan,” kata Dong Baek dengan tegas sambil menatap Ki Soo. “Benda di sakumu itu.”
Ki Soo diam memandangi Dong Baek, kemudian dia mengeluarkan sesuatu yang berada didalam sakunya. Itu yakni kancing di baju Si Penghapus.
Ki Soo tidak sengaja mencabut salah satu kancing di jas lengan Si Penghapus, saat ia memegang tangannya. Dan dengan segera, ia menelan kancing tersebut di dalam ekspresi nya.
Dengan fokus, Sun Mi memperhatikan bentuk kancing tersebut. “Aku melihat sebuah bentuk. Terlihat seperti api. Kurasa aku tahu apa itu,” gumam nya.
Sun Mi menyuruh Bong Kook untuk mengusut kancing tersebut. Dan mereka berhasil mengetahui darimana asal kancing tersebut. Kancing itu memiliki bentuk obor di tengah mawar Saron yang dibawa oleh seekor burung dan itu ialah inti dari logo pemadam kebakaran. Dia berhasil mengetahui ini berkat sentra data kejahatan. Dan dialah yang mendirikan itu. Mengetahui hal tersebut, Kyung Tan serta Se Hoong merasa sangat kagum kepada Sun Mi.
“Ini yang disebut keindahan menjadi berakal,” kata Kyung Tan sambil menepuk- nepuk pundak Dong Baek untuk menyindirinya. Dan tanpa peduli, Dong Baek mengabaikan sindirannya.
“Apa karakter yang tertera di sana?” tanya Dong Baek, serius.
“S dan B,” jawab Se Hoong.
“Ada total delapan unit di pemadam kebakaran dengan inisial S dan B termasuk kantor distrik,” terperinci Sun Mi. “Tapi tidak perlu mempersempitnya.”
“Tempat itu. Tempat beliau kali pertama muncul. Di sanalah persembunyiannya,” terperinci Dong Baek dengan yakin.
Kyung Tan bertanya- tanya, benarkah Ki Soo yang telah menutupi peristiwa 20 tahun lalu. Jika itu benar, kenapa Si Penghapus malah membunuh Putra Ki Soo. Dan Dong Baek menjawab tidak tahu.
“Kamu tidak tahu? Kamu hanya bisa melihat kejadian semalam? Apa kepalamu bermasalah belakangan ini?” tanya Kyung Tan, perhatian.
“Haruskah saya menghubungi tim medis?” tanya Se Hoong.
“Jangan ikut campur,” balas Dong Baek.
Sesampainya di kantor kebakaran kota Shimbae. Dong Baek, Sun Mi, Kyung Tan, dan Se Hoong, mereka berempat menemui Ketua disana. Dan menawarkan kancing Si Penghapus. Mereka menjelaskan dengan jujur bahwa kancing ini berkaitan dengan kasus pembunuhan, jadi mereka memohon sumbangan mereka.
“Ini bukan milik kami,” kata Si Anak buah Ketua dengan yakin. Lalu datang- tiba dia teringat sesuatu. “Seragam upacara. Ada di seragam yang diberikan kepada orang-orang yang bertugas 20 tahun di departemen.”
“Ya, kau benar,” kata Ketua, teringat. Lalu dia menunjukkan seragam miliknya. Dan benar, kancing Si Penghapus sama persis dengan kancing di baju seragam Ketua.
Sun Mi meminta daftar semua orang yang pernah menerima seragam ini. Dan Ketua mengiyakan, ia menyuruh anak buahnya untuk mengambilkan data tersebut. Kemudian Dong Baek menanyakan sudah berapa usang Ketua bekerja di sini. Dan Ketua menjawab sekitar 30 tahun.
“Apakah Anda ingat gudang telantar 20 tahun kemudian tempat para korban tercekik?” tanya Dong Baek.
“Tempat yang merenggut nyawa para mahasiswa itu?” tanya Ketua, memastikan.
“Jadi, Anda tahu.”
“Tempat itu besar.”
Ketua menjelaskan kepada mereka berempat. Insiden dikala itu tidak di beritakan menjadi informasi utama, alasannya adalah para keluarga korban mencegah pelaporannya. Walaupun keluarga para korban kaya, tapi mereka menolak melapor, karena ada rumor. Menurut rumor, para korban ada menggunakan narkoba. Narkotika.
Mendengar itu, Dong Baek, Sun Mi, Kyung Tan, dan Se Hoong. Mereka diam dan berpikir.
Si anak buah Ketua bertemu dengan rekan kerjanya. Si Rekan menanyakan, benarkah Dong Baek ada datang. Dan Si Anak buah mengiyakan, lalu beliau memberitahu kenapa Dong Baek datang.
“Apa? Seragam kita?” tanya Si Rekan, heran.
“Bukankah kau juga menerimanya?”
“Itu hilang. Aku membawanya untuk dicuci kering, tapi malah hilang di sana.”
Dong Baek masih tidak mengerti, bagaimana mungkin para korban teler hingga kehilangan akal dan saling memukul hingga mati. Lalu penyebab maut mereka yang dilaporkan ialah mereka meninggal akibat keracunan karbon monoksida. Dan Ketua membenarkan itu, dia menjelaskan bahwa banyak yang bilang kalau para korban tewas sesudah menghirup asap dari api unggun, itu alasannya para korban sedang dalam keadaan teler.
Si anak buah kembali dan menawarkan daftar yang diminta. Dan Dong Baek serta Sun Mi pun pribadi melihat daftar tersebut. Ada enam orang di dalam daftar, jikalau menghapus para perempuan.
“Bisakah kami menemui mereka?” tanya Sun Mi.
“Hanya ada tiga orang di sini. Yang lainnya libur hari ini,” terperinci Si Anak buah.
Jaksa Oh mendapatkan laporan dari anak buahnya, bila Dong Baek sedang berada di dinas kebakaran Shimbae. Dan mengetahui itu, Jaksa Oh memerintahkan mereka untuk jangan sampai kehilangan Dong Baek.
Kim Do Soo dari Depatermen Intelijen. Dia menghubungi Shin Woong dan mengabarkan lokasi Dong Baek. Dia juga memberitahu perihal anggota kejaksaan yang sedang dalam perjalanan untuk menangkap Dong Baek. Dan Shin Woong mengerti, beliau menyuruh Do Soo untuk terus mengawasi Dong Baek. Dan Do Soo mengiyakan.
Setelah akhir bertelponan, Shin Woong menghubungi sekretaris nya. “Kosongkan jadwalku hari ini,” katanya.
Alarm kantor kebakaran berbunyi. “Kebocoran gas beracun di pabrik di Shimpan-dong. Penyelamat Satu. Penyelamat Satu berangkat,” kata suara dari loudspeaker.
Ketua meminta maaf dan menyuruh mereka berempat untuk menunggu. Lalu tiba- datang ia teringat satu hal yang asing dari peristiwa yang mereka berempat tanyakan. Saat itu, dikala mereka hingga ditempat kejadian, ia mendengar sudah ada seorang polisi yang tiba. Tapi Si Polisi tidak ada melaksanakan apapun dan melarikan diri. Mungkin Si Polisi tidak mau terlibat. Lalu kendaraan beroda empat yang digunakan Si Polisi bukan dari kepolisian.
Mendengar itu, Sun Mi merasa ada sesuatu yang cukup asing. “Hanya pemadam kebakaran yang diberi tahu. Polisi sama sekali tidak diberi tahu. Jadi, masuk akal bila pemadam kebakaran tiba lebih dahulu,” terperinci nya.
“Begitu pemadam kebakaran dipanggil, polisi otomatis dipanggil,” balas Si Anak buah Ketua, menjelaskan.
“Tapi itu bukan mobil patroli. Polisi tidak mungkin lebih cepat daripada pemadam kebakaran,” balas Sun Mi dengan yakin.
“Jika ia hingga di sana dahulu…” tebak Kyung Tan.
“Apakah polisi itu si Penghapus?” lanjut Se Hoong, bertanya.
Jika Si Penghapus yakni polisi, maka semuanya akan jadi masuk nalar. Karena itu berarti, Si Penghapus mampu menghapus semua catatan kepolisian. Mendengar nama ‘Si Penghapus’, Ketua merasa terkejut.
“Tunggu. Bagaimana dengan kancingnya?” tanya Sun Mi, masih tidak mengerti. “Kita di sini karena kancing setelan pemadam kebakaran yang dikenakan si Penghapus. Jika si Penghapus bukan petugas pemadam kebakaran, tapi polisi yang terlihat di gudang telantar,” jelas nya. Dan semua orang merasa itu benar.
“Lalu siapa petugas pemadam kebakaran yang menggunakan setelan itu?” gumam Se Hoong, bertanya.
Ketua merasa gundah dengan pembicaraan mereka berempat. Dan tanpa berniat untuk menjelaskan, Dong Baek bertanya kepada Ketua, siapa orang yang melihat polisi tersebut. Dan Kyung Tan menekankan bila ini adalah hal yang penting. Dan Ketua pun menjawab bahwa orang yang melihat Si Polisi, orang tersebut yaitu bagian dari tim penyelamat. Noh Kwan Kyu.
“Kapten Noh?” kata Si Anak buah ketua dengan perilaku terkejut. “Aku gres menanyainya dan…” katanya, menjelaskan perkataan Kwan Kyu barusan. “Dia bilang setelannya hilang.”
“Di mana beliau kini?” tanya Dong Baek.
“Dia mungkin pergi ke TKP.”
Sun Mi merasa khawatir, ia yakin bahwa kini Kwan Kyu sedang berada di dalam ancaman. Setelan yang dipakai oleh Si Penghapus yakni umpan. Jadi korban pembunuhan berikutnya yakni Kwang Kyu.
“Perintahkan Kapten Noh untuk segera kembali,” perintah Dong Baek.
Si Anak buah ketua menghubungi Kwang Kyu dan menceritakan keadaan kini padanya, lalu beliau menyuruh Kwang Kyu untuk jangan pergi ke lokasi. Tapi Kwang Kyu tidak mau mendengarkan, menurutnya itu adalah omong kosong.
Sun Mi mengajak, Dong Baek, Kyung Tan, dan Se Hoong untuk pergi menghentikan Kwang Kyu.
Sun Mi menjelaskan analisis nya. Dan Dong Baek dengan yakin mengatakan kalau Si Penghapus tampaknya ingin menyingkirkan saksi, ialah Kwang Kyu. Tepat disaat mereka sedang mengobrol, para anak buah Jaksa Oh dari kejaksaan tiba untuk menangkap Dong Baek.
“Kami akan mengorbankan badan kami,” tambah Se Hoong.
“Sampai jumpa,” kata Dong Baek, mengerti. Lalu dia pribadi kabur duluan.
“Dia di sana,” jawab Dong Baek.
“Apa?”
“Dia… Dia masih di bersahabat sini,” jawab Dong Baek dengan kesusahan.
Mendengar itu, Kyung Tan dan Se Hoong segera pergi untuk mencari Si Penghapus.
“Kami polisi. Ini darurat,” kata Sun Mi menjelaskan. Lalu dia dan Dong Baek masuk ke dalam mobil ambulans juga.
“Detektif Dong, kau tidak sehat. Lupakan saja!” kata Sun Mi, menghentikan Dong Baek. Tapi Dong Baek menepis tangannya dan tetap berusaha untuk memindai ingatan Kwang Kyu.
Kwang Kyu merusak gembok pintu. Dan saat ia berhasil membuka pintu tersebut, beliau masuk ke dalam dan menemukan dua orang. Satu pria terluka di lengan. Satu wanita SMA terbaring tidak sadarkan diri. Dan Kwang Kyu pun segera menunjukkan derma pertama kepadanya.
Wanita Sekolah Menengan Atas itu yaitu Sang Ah.
“Lengan kanannya? Kamu melihat wajahnya?”
“Tidak. Dia menggunakan topeng, jadi, saya tidak mampu melihat wajahnya.”
Sun Mi memandangi Dong Baek dan beliau terkejut, saat melihat Dong Baek mimisan.
“Dia punya... Bekas luka besar,” kata Dong Baek. Lalu dia pingsan.
“Sayang, masukkan cuciannya di mesin cuci,” panggil seorang Wanita.
"Dong Baek," panggil Sun Mi, panik.
Lalu Sun Mi membungkuk memberikanhormat kepada Ayahnya dan ke- 17 korban Ayah nya.